Monday 3 December 2012

Pelabuhan Terakhir

Ketika seseorang berlabuh kepada Tuhan Yesus seperti kapal yang membuang sauh, ia tidak boleh lagi berpikir akan beranjak ke pelabuhan yang lain. Baginya itulah tujuan akhir perjalanannya. Ia harus mulai belajar tidak mementingkan keinginannya untuk memiliki sesuatu. Baginya segala sesuatu yang dimilikinya semata-mata untuk kepentingan pekerjaan Tuhan (Flp. 1:21). Prinsipnya adalah “aku tidak lagi memiliki kebutuhan kecuali untuk pelayanan pekerjaan-Nya”. Sampai pada level ini sulitlah seseorang menjadi egois, sebab semua yang diperjuangkan adalah untuk Tuhan. Memang kadang-kadang oleh karena fokusnya kepada pekerjaan Tuhan, maka ada pihak-pihak tertentu yang merasa dikorbankan akan menuduh mereka sebagai fanatik (khususnya keluarga sendiri). Tetapi hal ini tidak perlu menggelisahkan. Tentu saja sebagai pelayan Tuhan, semua hak-hak orang di sekitarnya harus dipenuhi supaya tidak menjadi batu sandungan.

Orang yang berlabuh dalam Tuhan, tidak lagi memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan atau yang olehnya ia bisa bermegah (Flp. 3:7-8). Kalau mau bermegah maka kemegahannya adalah ikut menderita demi pelayanan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan bermegah dalam Tuhan Yesus dan salib-Nya (Gal. 6:14; Flp 3:3). Prinsipnya adalah “aku bangga karena aku boleh menderita bersama dan untuk Tuhan-ku”. Perasaan yang muncul adalah perasaan seorang yang mendapat eksekusi hukuman mati atau seorang yang mengidap penyaklit kronis, dimana dokter sudah menyerah tidak sanggup mengobati, umur tinggal beberapa saat. Perasaan seperti ini juga ada pada mereka yang berani membela keyakinannya, bahkan menjadi teroris dan mentargetkan beberapa obyek dan mengorbankan nyawanya dengan melakukan bom bunuh diri. Kalau mereka bisa berbuat demikian mengapa sebagai anak Tuhan tidak bisa melakukannya? Yaitu membela kepentingan Tuhan dengan cara yang tidak mencelakai siapapun? Prinsip seperti ini dikemukakan oleh Paulus: “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat” (2 Tim. 4:6). Bagi Paulus adalah kebanggaan dan kebahagiaan dapat mengorbankan nyawanya untuk kepentingan pekerjaan Tuhan. Sejatinya orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang sudah merdeka dan sangat berbahagia. Ia mengikatkan dirinya dengan Tuhan tanpa batas. Dalilnya adalah dimana seseorang semakin terikat dengan Tuhan berarti ia semakin merdeka, tetapi semakin orang merdeka dari Tuhan berarti ia semakin terbelenggu oleh Iblis. Iblis memang ingin menggiring manusia ke kerajaan kegelapan sebagai mempelainya. Berbahagialah orang yang melabuhkan perahu kehidupanya di pelabuhan Tuhan.

Yang berlabuh di pelabuhan Tuhan sebagai pelabuhan terakhir akan mengikatkan dirinya dengan Tuhan tanpa batas.

No comments:

Post a Comment