Thursday 21 June 2012

Mengikatkan Diri Kepada Tuhan

Bagaimana kita bisa memiliki belas kasihan kepada orang lain? Kalau kita ­hidup dalam persekutuan dengan Tuhan terus menerus, maka kita akan ­menerima ­impartasi spirit dari Dia. Spirit itulah gairah yang ada pada diri Anak ­Allah yang Maha Agung. Inilah gairah anak Allah yang selalu melihat manusia ­berdosa ­dengan mata yang penuh belas kasihan. Dalam 1 Korintus 6:17 ­tertulis: “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia”. Pembahasan 1 ­Korintus 6:12-20 mengenai persekutuan dengan perempuan cabul. Kita bisa ­mengikatkan diri ­dengan Tuhan untuk menikmati Dia. Hal ini akan ­membuat seseorang menerima impartasi spirit. Orang yang bisa menikmati ­Tuhan adalah orang-orang yang sudah padam terhadap kesukaan dunia. Orang-orang yang sukacita jiwanya masih ­ditentukan oleh fasilitas materi dan hiburan ­dunia adalah orang-orang yang tidak setia, ­Alkitab sebut sebagai orang yang ­bercabul (Yun. moikhalides; μοιχαλίδες; pejinah). ­Dengan demikian orang yang masih ­mencintai dunia ini tidak bisa ­mengikatkan dirinya menjadi satu roh dengan Tuhan. Dengan demikian ia tidak bisa menerima ­impartasi spirit, sebagai akibatnya ia tidak akan pernah memiliki belas kasihan seperti yang Tuhan miliki. Jadi apa pelayanan pekerjaan Tuhan yang dikerjakan oleh orang-orang seperti ini? Tetapi faktanya tidak sedikit orang yang masih mencintai dunia ini mengambil bagian dalam pelayanan. Pelayanannya menjadi bisnis untuk suatu kepentingan, bukan bagaimana ­membawa jiwa-jiwa menjadi anak-anak Allah yang dilayakkan menjadi anggota keluarga ­Allah, sebab si pelayan sendiri belum layak menjadi anak-anak Kerajaan Sorga.

Orang-orang yang belum mengikatkan dirinya menjadi satu roh dengan ­Tuhan belum memiliki api Tuhan dalam dirinya. Api pelayanan yang ­dimiliki adalah api ­asing yang pasti belum memuaskan hati Allah. Sekilas pelayan ­seperti itu bisa ­melayani Tuhan dengan baik dan bisa dirasakan oleh orang lain ­sebagai seorang yang berhati baik, tetapi sebenarnya ia belum mengekspresikan ­perasaan Tuhan. Padahal yang ideal yang dikehendaki oleh Allah adalah melayani ­Tuhan ­dengan hati ­Tuhan. Kalau belum melayani dengan hati Tuhan, masih ada ­motivasi yang ­tidak bersih. Kualitas pelayanannya masih rendah dan masih ­rentan. Bila ­melayani dengan hati Tuhan maka pelayan Tuhan tersebut akan dibuat ­memahami ­rencana-rencana ­Tuhan secara tepat. Dengan hal itu pekerjaan Tuhan akan ­bergulir sesuai dengan program Tuhan secara akurat. Jiwa-jiwa benar-benar ­dipindahkan ke Kerajaan-Nya.

Pelayanan yang menyenangkan hati Tuhan adalah membawa jiwa-jiwa berdosa ke dalam karya keselamatan-Nya.

No comments:

Post a Comment