Dalam hidup kita sebagai anak-anak Allah, Tuhan mengajar kita memandang
manusia lain seperti Tuhan memandang. Hal ini merupakan
langkah-langkah nyata menerapkan kasih kepada sesama. Itulah sebabnya
orang percaya harus ada di tengah-tengah masyarakat dalam berbagai
lingkungan. Dari anggota keluarga sendiri, keluarga besar sampai
masyarakat luas, masyarakat kelas bawah sampai atas, dari yang tidak
berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Dari yang rohani
dan yang saleh sampai kepada yang tidak bermoral, dari mereka yang
menguntungkan sampai kepada yang merugikan, dari yang mengasihi kita
sampai kepada yang membenci, dari yang setia dan yang berkhianat dan
lain sebagainya. Meninggalkan keramaian menjauhi manusia lain dan
pergaulan untuk bisa menyepi di tempat terpencil merupakan usaha untuk
melarikan diri dari kehidupan normal adalah sikap pengecut yang tidak
membuat seseorang memiliki keunggulan sebagai manusia yang memanusiakan
orang lain. Biasanya mereka berpendirian bahwa dengan melakukan hal
tersebut mereka memiliki hubungan yang eksklusif dengan allah yang
disembah dan menjadi manusia yang unggul. Justru keunggulan seseorang
adalah ketika bergaul dengan manusia lain dan menjadikan manusia lain
sebagai sesamanya seperti yang Tuhan Yesus ajarkan; mengasihi sesama
seperti mengasihi diri sendiri.
Bagaimana kita bisa memandang manusia seperti Allah memandang? Harus dimulai dari pengertian kita mengenai kenyataan bahwa Allah menaruh roh yang berasal dari Dia dalam diri setiap insan. Sejatinya semua manusia yang memiliki roh dari Allah adalah anak-anak Allah. Tetapi karena dosa manusia telah tidak memiliki karakter seperti Bapa. Inilah yang menjadi pertimbangan awal. Bukan tanpa alasan kalau Tuhan mengingini roh yang ada dalam diri manusia dengan cemburu atau dengan sangat kuat. Allah mengingini roh tersebut dimaksudkan agar tidak terseret ke dalam api kekal. Oleh karena itu Allah Bapa mengutus putra tunggal-Nya untuk menyelamatkannya. Hal ini menunjukkan betapa mahal harga roh manusia. Nilai tinggi ini harus disadari sepenuh oleh orang percaya dan orang percaya berjalan sepikiran dan seperasaan dengan Allah Bapa yang mengupayakan keselamatan mereka. Kalau seseorang menyadari nilai hidup manusia ini, maka ia akan rela mengorbankan apapun demi keselamatannya. Dan ternyata apapun yang kita korbankan tidak ada artinya dibanding dengan nilai manusia itu. Itulah sebabnya beribu-ribu malaikat di Sorga bersukacita atas satu jiwa yang bertobat.
Kita harus memandang sesama dengan kerinduan agar mereka beroleh keselamatan di dalam Yesus.
Bagaimana kita bisa memandang manusia seperti Allah memandang? Harus dimulai dari pengertian kita mengenai kenyataan bahwa Allah menaruh roh yang berasal dari Dia dalam diri setiap insan. Sejatinya semua manusia yang memiliki roh dari Allah adalah anak-anak Allah. Tetapi karena dosa manusia telah tidak memiliki karakter seperti Bapa. Inilah yang menjadi pertimbangan awal. Bukan tanpa alasan kalau Tuhan mengingini roh yang ada dalam diri manusia dengan cemburu atau dengan sangat kuat. Allah mengingini roh tersebut dimaksudkan agar tidak terseret ke dalam api kekal. Oleh karena itu Allah Bapa mengutus putra tunggal-Nya untuk menyelamatkannya. Hal ini menunjukkan betapa mahal harga roh manusia. Nilai tinggi ini harus disadari sepenuh oleh orang percaya dan orang percaya berjalan sepikiran dan seperasaan dengan Allah Bapa yang mengupayakan keselamatan mereka. Kalau seseorang menyadari nilai hidup manusia ini, maka ia akan rela mengorbankan apapun demi keselamatannya. Dan ternyata apapun yang kita korbankan tidak ada artinya dibanding dengan nilai manusia itu. Itulah sebabnya beribu-ribu malaikat di Sorga bersukacita atas satu jiwa yang bertobat.
Kita harus memandang sesama dengan kerinduan agar mereka beroleh keselamatan di dalam Yesus.
No comments:
Post a Comment