Untuk bisa memandang manusia di sekitar kita seperti Allah memandang
sehingga bisa mengasihi mereka sesuai dengan kehendak Allah, kita tidak
boleh menuntut orang bersikap seperti yang kita inginkan. Hendaknya
kita tidak mematok dan memaksa orang untuk memiliki standar seperti yang
kita inginkan. Memang kita harus menjadi berkat untuk membawa orang ke
level kehidupan yang pantas menjadi anak-anak Kerajaan Allah atau paling
tidak masuk dunia yang akan datang. Tetapi hendaknya kita tidak memaksa
mereka untuk itu. Tuhan saja memberi pilihan bebas, siapakah kita
merasa berhak memaksa orang untuk mengambil suatu keputusan. Kita harus
ingat, bahwa untuk mencapai suatu level tertentu kita juga harus
melalui proses yang panjang dan melelahkan. Jadi, kalau mereka belum
sampai level yang telah kita capai kita harus berbesar hati. Sikap
kasar dan memaksa bisa mengakibatkan kita kehilangan mereka untuk
selamanya. Kita juga harus menerima kenyataan adanya orang-orang yang
lambat bertumbuh sampai pada level tidak bisa diubah lagi, seperti
istri Lot yang telah menjadi tiang garam. Seperti Tuhan merelakan dan
membiarkan istri Lot gagal, demikian pula kita harus rela kalau harus
ada yang tidak bisa diubah lagi.
Menghadapi orang-orang yang menurut kita tidak berlaku benar, kita harus memandang dan memperlakukan mereka sebagai orang-orang sakit. Mereka adalah orang-orang yang dikatakan Tuhan Yesus ”tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Kita harus tetap berusaha mencelikkan mata mereka bukan hanya melalui perkataan tetapi dengan perbuatan. Tindakan kasih akan menjadi sengatan kuat yang dapat menyadarkan mereka dari keadaan mereka yang sangat membahayakan. Kalau hanya kata-kata nasihat apalagi omelan, maki-makian sumpah serapah, kritik tajam dan pedas akan makin membuat mereka semakin jauh dari keselamatan.
Biasanya mata manusia memandang manusia lain dengan mata haus untuk memanfaatkan. Itulah sebabnya banyak orang hanya mau berurusan dengan orang yang menguntungkan dirinya. Inilah orang-orang yang bersikap oportunis; hanya mencari keuntungan bagi dirinya, tanpa mempertimbangkan kerugian atau nasib orang lain. Memandang manusia di sekitar kita harus berprinsip bahwa mereka bukan orang-orang yang boleh menjadi obyek manipulasi atau obyek pemerasan. Mereka adalah obyek kasih Allah melalui hidup kita. Mereka adalah saudara-saudara yang untuk mereka Tuhan bisa memerintahkan menyerahkan nyawa kita.
Kita harus mengasihi sesama tanpa membeda-bedakan, seperti kasih Kristus.
Menghadapi orang-orang yang menurut kita tidak berlaku benar, kita harus memandang dan memperlakukan mereka sebagai orang-orang sakit. Mereka adalah orang-orang yang dikatakan Tuhan Yesus ”tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Kita harus tetap berusaha mencelikkan mata mereka bukan hanya melalui perkataan tetapi dengan perbuatan. Tindakan kasih akan menjadi sengatan kuat yang dapat menyadarkan mereka dari keadaan mereka yang sangat membahayakan. Kalau hanya kata-kata nasihat apalagi omelan, maki-makian sumpah serapah, kritik tajam dan pedas akan makin membuat mereka semakin jauh dari keselamatan.
Biasanya mata manusia memandang manusia lain dengan mata haus untuk memanfaatkan. Itulah sebabnya banyak orang hanya mau berurusan dengan orang yang menguntungkan dirinya. Inilah orang-orang yang bersikap oportunis; hanya mencari keuntungan bagi dirinya, tanpa mempertimbangkan kerugian atau nasib orang lain. Memandang manusia di sekitar kita harus berprinsip bahwa mereka bukan orang-orang yang boleh menjadi obyek manipulasi atau obyek pemerasan. Mereka adalah obyek kasih Allah melalui hidup kita. Mereka adalah saudara-saudara yang untuk mereka Tuhan bisa memerintahkan menyerahkan nyawa kita.
Kita harus mengasihi sesama tanpa membeda-bedakan, seperti kasih Kristus.
No comments:
Post a Comment