Thursday 29 November 2012

Menyerah Kepada KehendakNya

Tidaklah salah untuk meyakini sesuatu pasti akan tercapai atau terkabul, asal saja keyakinan tersebut berasal dari “kehendak-Nya”. Segala sesuatu yang sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya, pasti mendatangkan kemuliaan Tuhan. Untuk menemukan kehendak Allah seseorang harus memahami prinsip-prinsip kebenaran Injil, sehingga mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Berbicara mengenai iman, sering orang mendasarkan pandangannya pada Ibrani 11:1 yang berbunyi: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sesuatu yang termuat di ayat ini sering diisi dengan bermacam-macam isian. Sesuatu itu bisa diartikan sebagai kesembuhan, jalan keluar dari problem ekonomi, sukses dalam karir atau studi, jodoh dan lain sebagainya. Pada hal yang dimaksud dengan sesuatu tersebut adalah “kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri”. Jadi kalau seseorang memiliki iman yang benar, maka ia akan menujukan pikiran-Nya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Obyek iman adalah sesuatu yang rohani, yaitu Tuhan sendiri, bukan pemenuhan kebutuhan jasmani. Iman yang sejati adalah iman yang bertumpu pada keyakinan bahwa semua yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan dan dialami atau yang Tuhan kerjakan adalah yang terbaik. Jadi seorang yang memiliki iman sejati tidak akan bersungut-sungut dalam segala keadaan, dan tidak memaksakan kehendaknya kepada Tuhan. Ia akan tetap mempercayai pribadi Allah, walaupun keadaannya tidak memuaskan hatinya. Ia tetap mempercayai Tuhan sekalipun doanya tidak dikabulkan Tuhan.

Iman yang sejati ditunjukkan Tuhan Yesus melalui pergumulan-Nya di taman Getsemani dengan pengakuan: Bukan kehendak-Ku yang jadi tetapi kehendak -Mu lah yang jadi (Mat. 26:39-44). Di sini Tuhan Yesus menunjukkan ketaatan-Nya sebagai seorang Anak. Tuhan Yesus dapat memuaskan hati Bapa oleh kataatan-Nya tersebut. Itulah sebabnya dikatakan, bahwa Ia yang akan membawa iman kita kepada kesempurnaan. Kehidupan seperti inilah yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita agar iman kita menuju kesempurnaan (Ibr. 12:1-3). Hendaknya, beriman kepada Tuhan tidaklah berdasarkan atas apa yang telah Allah kerjakan menurut selera atau kesukaan kita, tetapi menyerah total kepada apapun yang Tuhan kehendaki harus kita lakukan. Percaya kepada pribadi Allah berarti percaya kepada apa yang diajarkan Alkitab mengenai Dia. Oleh karenanya ajaran yang diterima orang percaya haruslah Injil yang benar bukan Injil yang lain, haruslah Yesus yang benar bukan Yesus yang lain (2 Kor. 11:2-3).

Beriman kepada Tuhan berarti menyerah total kepada apapun yang Tuhan kehendaki harus kita lakukan.

Wednesday 28 November 2012

Iman Yang Diekspresikan

Hendaknya kita tidak turut terjebak dengan ajaran banyak orang hari ini, seolah-olah dengan iman seseorang dapat mengatur Tuhan. Hal tersebut bertolak belakang dengan pengertian iman yang benar, iman adalah penurutan terhadap kehendak Allah. Seorang yang beriman pasti hidup dalam pengaturan Tuhan. Abraham disebut sebagai Bapa orang percaya sebab ia meresponi positif panggilan Allah dan mentaati-Nya (Kej. 12:1-3). Percayanya terhadap Allah yang tidak kelihatan itu diwujudkan secara kongkrit dengan meninggalkan Urkasdim, pergi ke negeri yang Allah akan tunjukkan. Pada waktu itu Abraham sendiri tidak tahu kemana perginya, namun ia tetap beriman. Inilah ketaatan tak bersyarat. Selanjutnya dalam perjalanan hidupnya Abraham selalu taat kepada kehendak Allah sampai kesediaannya mematuhi perintah yang paling tidak masuk akal, yaitu mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran. Selama ini telah terjadi kerancuan antara iman dan positive thinking (berpikir positif). Iman bukanlah positive thinking atau berpikir positif, tetapi iman pasti berpikir positif (menurut Tuhan). Ukuran positif atau kebaikkannya bukanlah didasarkan pada keinginan, apa yang dipandang sebagai kebutuhan, kesenangan dan cita-cita manusia, tetapi segala hal yang sesuai dengan kehendak Allah. Di luar kehendak Allah tidak ada sesuatu yang positif. Tuhan Yesus menyatakan bahwa tidak ada yang baik selain Allah saja (Mrk. 10:18). Di luar kehendak Allah berarti apa yang dipikirkan manusia, dan apa yang dipikirkan manusia berasal dari iblis (Mat. 16:23).

Banyak orang berpikir, apabila meyakini sesuatu terjadi, maka sesuatu tersebut pasti terjadi, itulah yang dipahami sebagai iman. Ini bukan iman, ini masih berkategori sebagai berpikir positif. Pola iman tersebut salah, yaitu meyakini bahwa apa yang diingini pasti terwujud adalah usaha untuk melakukan praktik eksploitasi terhadap Tuhan dan manipulasi kuasa-Nya. Ini adalah tindakan orang-orang oportunis (orang-orang yang mencari keuntungan sendiri). Di sini jelas dikesankan, bahwa Tuhan dapat diatur oleh pikiran positif dan keyakinan manusia. Oleh keyakinan seseorang maka pintu berkat sorga pasti bisa terbuka dan apapun yang diingini dapat terkabul. Di sini iman disejajarkan dengan kata sandi atau password yang ditemukan Alibaba (dalam dongeng untuk membuka gua tempat penyimpanan harta sekelompok perampok). Dengan “keyakinan atau iman” tersebut Tuhan sepertinya bisa disiasati sehingga Tuhan menjadi tidak berdaya untuk menolak keinginan dan permintaan manusia. Akhirnya Tuhan menuruti apa saja keinginan manusia. “Keyakinan atau iman” seperti ini adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal.

Meyakini yang diingini pasti terwujud adalah eksploitasi terhadap Tuhan dan manipulasi kuasa-Nya, bukan iman.

Tuesday 27 November 2012

Colossians 3:16

“Let the peace of Christ keep you in tune with each other, in step with each other. None of this going off and doing your own thing. And cultivate thankfulness. Let the Word of Christ—the Message—have the run of the house. Give it plenty of room in your lives. Instruct and direct one another using good common sense. And sing, sing your hearts out to God! Let every detail in your lives—words, actions, whatever—be done in the name of the Master, Jesus, thanking God the Father every step of the way.” Colossians 3:16 MSG

Ber-Tuhan dengan Benar

Banyak orang merasa sudah beriman hanya karena percaya bahwa Tuhan itu ada. Kepercayaan seperti ini bukanlah iman yang benar, sebab kalau hanya kepercayaan berangkat dari persetujuan pikiran bahwa Allah itu ada maka roh-roh jahat pun percaya kepada Tuhan dan menggeletar (Yak. 2:19), artinya roh-roh itupun percaya bahwa Allah ada tetapi tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan, bahkan mereka memposisikan diri sebagai musuh. Dalam hal ini roh jahat bukan pribadi yang bisa dikatakan beriman kepada Tuhan, walau ia percaya Allah itu ada. Beriman atau percaya kepada Tuhan bukan hanya mengakui status-Nya, bahwa Dia Pencipta alam semesta atau Allah yang layak dipuji dan disembah, tetapi juga penyerahan kepada kehendak-Nya. Penyerahan kepada kehendak-Nya ini akan terkristal dalam tindakan nyata. Orang yang memahami kebenaran ini tidak akan berdoa untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Di masyarakat yang memiliki nilai-nilai spiritual religius seperti Indonesia semua orang bisa mengaku beriman kepada Tuhan, tetapi sebenarnya mereka belum “ber-Tuhan dengan benar”. Banyak orang yang secara teori ber-Tuhan tetapi dalam prakteknya tidak. Ini berarti theis teoritis (ber-Tuhan secara teori) tetapi atheis praktis. Seseorang yang mengaku beriman, harus diukur dari kualitas hubungannya dengan Tuhan, dan kualitas hubungan dengan Tuhan akan nampak dari perilaku kehidupannya.

Selama ini banyak orang Kristen yang mengarahkan obyek imannya kepada sesuatu, bukan kepada Tuhan. Ini merupakan kesalahan yang sangat fatal. Obyek iman kita haruslah Tuhan sendiri. Bila obyek iman bukan Tuhan, maka itu bukanlah iman yang menyelamatkan. Mengapa demikian? Apa maksudnya? Oleh sebab itu, obyek iman kita pada prinsipnya bukan sejumlah keinginan atau cita-cita, juga bukan suatu barang yang kita merasa butuhkan, melainkan pribadi Tuhan Yesus Kristus. Kepada pribadi Tuhan Yesus tersebut kita mempercayai bukan saja kuasanya, tetapi totalitas kepribadian-Nya, yaitu hikmat-Nya, kebijaksanaan-Nya dan rencana-Nya. Mempercayai Tuhan Yesus berarti menuruti kehendak-Nya. Iman merupakan penyerahan diri sepenuh kepada seluruh kehendak Tuhan secara mutlak. Hal ini sesuai dengan pengertian iman dalam bahasa Alkitab yaitu aman (Ibrani) dan pisteuo (Yunani) yang artinya menyerahkan diri yang secara konsisten dan berkesinambungan kepada sesuatu atau seseorang. Oleh sebab itu seseorang tidak akan dapat meningkatkan kualitas imannya kepada Tuhan kecuali bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan yaitu hakekat-Nya, hikmat-Nya, kebijaksanaan-Nya dan rencana-rencana-Nya.

Seseorang yang mengaku beriman, harus diukur dari kualitas hubungannya dengan Tuhan, dan itu akan nampak dari perilaku kehidupannya.

Monday 26 November 2012

Iman Dalam Doa

Jika melihat sekilas surat Yakobus mengenai doa, dikesankan bahwa doa itu mudah dikabulkan (Yak. 5:14-18). Jika kita memperhatikan dengan teliti, maka ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dikabulkannya suatu permintaan. Hal ini harus kita analisa dengan benar agar kita tidak sesat memahami hal pengabulan doa. Hal penting yang harus dimengerti dalam hal ini adalah “doa yang lahir dari iman”. Kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan iman. Iman atau percaya adalah kata yang sering terdengar dan dipercakapkan di kalangan orang beragama, bukan hanya orang yang beragama Kristen tetapi juga orang non Kristen. Iman adalah pokok pengajaran yang penting sebab bertalian dengan keselamatan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia iman berarti kepercayaan, biasanya ditujukan kepada Tuhan dan kitab suci. Iman juga berarti “ketetapan hati atau keteguhan batin”. Iman sering dipahami sebagai kata benda dari kata kerja percaya atau beriman. Bedanya antara beriman dan percaya adalah, percaya digunakan secara umum, tetapi beriman biasanya digunakan secara khusus untuk relasi antara Tuhan dengan umat. Jadi pada dasarnya iman sama artinya dengan kepercayaan. Percaya kepada Tuhan sama artinya dengan beriman kepada Tuhan.

Dalam bahasa Ibrani, kata iman adalah emunah. Kata kerjanya adalah aman. Kata “iman” dalam bahasa Yunani terjemahan dari “pistis” yang artinya “kepercayaan atau penyerahan kepada seseorang”. Kata kerja dari pistis adalah “pisteuo” yang mempunyai pengertian “percaya kepada, mempercayakan diri kepada”. Kata aman maupun pisteuo mengandung pengertian menyerah kepada sesuatu atau seseorang yang bersifat tetap atau teguh. Bila kita memeriksa Alkitab, dapat dijumpai banyak kata iman. Masing-masing memiliki pengertian yang berbeda dan dalam konteks yang berbeda. Dari teks-teks yang terdapat dalam Alkitab yang berbicara mengenai iman, dapat disimpulkan bahwa paling tidak terdapat tiga jenis iman. Dalam memahami kata iman dengan tepat menurut Alkitab, perlu diperhatikan bukan saja aspek kepercayaan secara pikiran atau persetujuan secara pikiran. Bukan saja berkenaan dengan keyakinan akali atau pengaminan akali, tetapi terutama berkenaan dengan hubungan antara umat dan Tuhan. Umat sebagai subyek yang percaya dan Allah sebagai obyek kepercayaannya. Jadi iman sangat bertalian dengan kualitas hubungan antara umat yang percaya dan Allah yang dipercayai. Kalau iman hanya dikaitkan dengan keyakinan akali atau persetujuan pikiran (sesuai dengan pengertian kata itu sendiri secara etimologis), maka belumlah dapat mencakup pengertian iman secara lengkap.

Orang beriman adalah orang yang yang menyerahkan diri kepada yang dipercayainya.
Sudahkah kita beriman secara benar kepada Yesus?

Sunday 25 November 2012

Yang Penting Sumbernya

Berkenaan dengan penggunaan lidah yang perlu ditegaskan dan dipersoalkan bukan hanya sumbu tetapi minyak dan sumber apinya. Kalau hati diisi dengan kebenaran Firman yang murni, maka lidah akan memainkan apa yang ada di dalam hati tersebut. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak berpikir secara sempit, seakan-akan dengan lidah bisa dikendalikan atau diatur, maka berarti itu suatu nilai yang tinggi. Yang diatur dan dikendalikan sesungguhnya bukan lidah itu sendiri tetapi hati yang harus dikuduskan oleh Firman Tuhan. Oleh sebab itu kecerobohan bukan terletak pada mengatur lidah atau managemen lidah, tetapi managemen hatinya. Dalam Yakobus 3:4 kemudi yang kecil bisa mengarahkan kapal yang besar. Betapa hebat peran kemudi yang kecil tersebut. Kalau seorang pengajar mengajarkan sesuatu yang tidak berasal dari Allah tetapi dari api neraka, maka hal itu akan mengarahkan sejumlah besar orang ke arah yang salah. Hal ini sejajar dengan api kecil bisa membakar sebuah hutan yang luas (Yak. 3:5). Pengajaran yang salah yang diucapkan oleh lidah yang kecil bisa merusak suatu wilayah yang luas. Dalam Yakobus 3:7-8, tertulis: “Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan”.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang bisa menjinakkan lidah. Dalam hal ini membutuhkan intervensi Tuhan melalui kebenaran Firman yang menguduskan hati (Yoh. 17:17). Dengan demikian jelaslah bahwa kalau hanya bisa mengelola lidah secara umum, orang yang berbakat diplomatis bisa melakukannya. Dengan demikian jelaslah bahwa mengendalikan lidah ini berbicara mengenai membersihkan hati dan pikiran. Selanjutnya dalam Yakobus 3:12-18, Yakobus meneruskan pembahasan mengenai lidah dengan menghubungkan dengan sikap hati. Sikap hati disini menyangkut kebijaksanaan, kelemah lembutan, perasaan iri hati, mementingkan diri sendiri, kesombongan, dusta dengan melawan kebenaran. Semua itu berbicara mengenai kualitas inner man atau manusia batiniah. Ada hikmat dari atas tetapi juga yang datang dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Dalam hal ini jelaslah bahwa Tuhan menghendaki kita mengisi pikiran dengan kebenaran agar tidak memberi kesempatan iblis mengendalikan hidup ini terutama lidah kita. Pikiran adalah sumbernya. Kalau pikiran diisi dengan berbagai filosofi yang tidak berasal dari kebenaran Firman berarti lidah dikendalikan oleh api neraka.

Pikiran yang diisi oleh kebenaran yang murni akan dapat menguasai lidah.

Friday 23 November 2012

Psalms 18:25

You will be tested by hindrances and tempted with impatience. Stay calm and move as efficiently through your circumstances as possible and avoid stress as much as you can. Desperate times call for desperate measures, but emotional desperation will only produce chaos. You must do whatever it takes to stay in peace and show mercy, says the Lord.

Psalms 18:25 With the merciful You will show Yourself merciful; with a blameless man You will show Yourself blameless.

Tidak Memanjakan Fisik Lahiriah

Kita harus menghayati bahwa tubuh yang kita pakai ini adalah tubuh sementara. Tubuh ini bukanlah kemah permanen (2 Kor. 5:1). Kalau kita sadar dan menghayati bahwa tubuh ini kemah sementara, maka tidak akan mendandani tubuh ini sehingga mengorbankan harta abadi yang seharusnya kita kumpulkan. Memang kenyataannya hampir semua manusia cenderung mengumpulkan harta di bumi dari pada harta di sorga. Tubuh yang dikenakan sekarang ini bukanlah tubuh permanen, oleh sebab itu tidak perlu mempersoalkan apalagi menyesalkan warna kulit, tinggi badan, harmonisasi mata dan hidung atau bentuk wajah kita bahkan cacat atau utuh. Betapa celaka dan malangnya, banyak orang hari ini yang berusaha tampil baik di mata manusia untuk dihargai, dipuji bahkan disanjung. Padahal tubuh ini hanyalah kemah sementara yang jika kehilangan panasnya (meninggal dunia), maka akan segera membusuk. Orang yang sibuk mendandani manusia lahirahnya pasti tidak akan peduli dengan manusia batiniahnya. Orang yang manusia batiniahnya rusak pasti tidak memiliki kepedulian terhadap penderitaan orang lain (Luk. 16:19-31). Harus dicatat, orang Kristen yang belum diperbaharui tidak pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya, ia akan selalu menambah apa yang sudah ada, tidak pernah bisa berhenti sampai fisiknya tidak berdaya lagi. Bila sampai titik itu berarti ia tidak pernah menjadi orang yang menyenangkan hati Tuhan.

Perlu dicatat, bahwa dalam aliran kepercayaan, filsafat dan agama lain pun juga terdapat ajaran-ajaran untuk menjauhi keinginan duniawi berkenaan dengan harta dunia. Mereka bisa mencapai level-level yang menakjubkan. Tokoh-tokoh agama mereka bisa hidup dalam kesederhaan bahkan kemiskinan demi untuk mencapai apa yang mereka pandang sebagai kesempurnaan. Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya? Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai teladan yang dalam salah satu pernyataan-Nya menunjuk serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang tetapi dirinya tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Paulus juga senada dengan hal ini, menyatakan bahwa asal ada makanan dan pakaian cukup (1 Tim. 6:8). Yohanes menasihati orang percaya dengan pernyataan: Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia… (1 Yoh. 2:15-77). Lebih dari itu, Banyak teks lain yang menunjukkan bahwa orang percaya tidak boleh mengingini dunia dan segala isinya ini.

Orang yang sibuk mendandani manusia lahirahnya pasti tidak akan peduli dengan manusia batiniahnya.

Thursday 22 November 2012

Landasan Naluri Kemusafiran

Naluri kemusafiran bukan hanya didasarkan pada kenyataan bahwa kita memiliki waktu yang terbatas dalam dunia ini dan dunia ini bukan tempat permanen, tetapi juga penghayatan bahwa tubuh yang kita pakai ini adalah tubuh sementara. Tubuh ini bukanlah pakaian atau kemah permanen (2 Kor. 5:1). Jarang sekali orang menghayati kenyataan ini. Pada umumnya orang berpikir bahwa tubuh yang dikenakan hari ini adalah milik permanennya. Hal ini akan mengakibatkan keadaan dimana seseorang tidak waspada bahwa tubuh ini bila tidak dikendalikan atau tepatnya ditundukkan bisa menjadi jahat sehingga membinasakan jiwa ke api kekal (Gal. 6:7-8). Rasul Paulus menunjukkan bahwa di dalam tubuh kita ini ada hasrat yang bertentangan dengan kehendak Allah (Rm. 7:21-23; Gal. 5:17-23). Jadi, kita seperti terpenjara di dalam tubuh yang memiliki hasrat yang bertentangan dengan kehendak Allah. Ini juga sering disebut sebagai sinful nature atau kodrat dosa. Oleh karena daging dan jiwa merupakan komponen dalam diri manusia yang tidak terpisahkan, maka kodrat dosa dalam daging juga mempengaruhi jiwa, jika tidak diantisipasi dengan sungguh-sungguh, maka daging bisa menggiring jiwa manusia menjadi rusak. Pergumulan menundukkan daging ini merupakan pergumulan yang panjang, tetapi kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh maka kita dapat hidup menurut roh bukan menurut daging (Gal. 5:18,25).

Salah satu langkah penting yang harus kita lakukan adalah “tidak memanjakan daging”. Memanjakan keinginan daging tidak akan bisa dihentikan, karena daging tidak pernah berkata “cukup”. Daging selalu menuntut untuk dipuaskan sampai seseorang tidak pernah memiliki keinginan untuk melakukan kehendak Allah. Diperlukan usaha keras agar kita bisa keluar dari penjara daging ini dan mengendalikanya untuk menyukakan hati Allah. Ini adalah panggilan bagi setiap orang percaya yang harus ditunaikan guna membuktikan bahwa kita percaya kepada Tuhan Yesus. Orang yang mengaku percaya tetapi tidak menaklukkan dagingnya berarti ia menolak menjadi milik Kristus, berarti ia bukan orang percaya (Gal. 5:24-25). Latihan menundukkan daging ini juga dilakukan oleh beberapa aliran agama. Mereka pun juga bisa mencapai level-level yang mengagumkan. Bagaimana dengan orang percaya? Seharusnya level yang dicapai adalah tubuh menjadi bait Roh Kudus. Menjadi bait Roh Kudus bukan berarti Roh Kudus diam statis dalam diri orang percaya, tetapi segala sesuatu yang dilakukan oleh tubuh ini sesuai dengan keinginan Allah Bapa. Dalam hal ini barulah bisa dikatakan telah memuliakan Allah dengan tubuhnya (1 Kor. 6:19-20).

Orang yang mengaku percaya tetapi tidak menaklukkan dagingnya berarti ia menolak menjadi milik Kristus, berarti ia bukan orang percaya.

Wednesday 21 November 2012

Difficult Circumtances

Dewasa ini semakin banyak pembicara-pembicara yang berbicara dalam orientasi mengenai mengelola batin. Hal ini sejajar dengan usaha pengembangan kepribadian, aktualisasi diri dan lain sebagainya. Ini menunjukkan adanya kesadaran terhadap manusia batiniah yang harus digarap dengan serius. Tentu saja kalau mereka melakukannya dengan baik akan membuat mereka menjadi pribadi-pribadi yang bermoral baik, santun dan mulia di mata masyarakat. Apakah ini berarti sama dengan pembaharuan manusia batiniah seperti yang dimaksud oleh Paulus dalam 2 Korintus 4:16? Sebenarnya agak mirip atau nyaris, tetapi tetap berbeda. Pembaruan manusia batiniah dalam Kekristenan mengarah atau menunjuk untuk selalu berkeadaan seperti Tuhan Yesus. Untuk mengalami pembaharuan manusia batiniah harus ada perjuangan yang tidak ringan. Paulus menyatakan bahwa penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan tersebut (2 Kor. 4:17). Kata penderitaan dalam teks aslinya adalah thlipseos (θλίψεως), yang juga berarti suatu keadaan yang sulit (Difficult circumstances). Sayang sekali, banyak orang menghindari keadaan sulit ini. Mereka hanya mau senang-senang dalam hidup ini tanpa melihat keadaannya di hari esok.

Hal ini sama dengan orang yang sembrono dalam mengelola kesehatan fisik jasmaninya, suatu saat ia harus menuai apa yang telah ditaburnya. Ia harus mengidap kanker, kakinya harus diamputasi karena luka tak tersembuhkan dan diabetes, sungguh suatu ketragisan. Lebih tragis lagi kalau seseorang dibuang dari hadirat Allah selamanya. Oleh sebab itu mulai sekarang harus ada usaha yang serius untuk dapat terhindar dari hal tragis tersebut. Sebagaimana orang tidak memikirkan akibat perbuatannya berkenaan dengan kesehatan tubuh di waktu mendatang demikian pula dengan banyak orang hari ini yang tidak memperdulikan keadaan kekalnya. Ingat! iblis paling bisa menyembunyikan kenyataan kekekalan di balik kubur. Sehingga banyak orang tidak memperdulikan manusia batiniahnya. Mereka mengumbar segala keinginan tanpa memperdulikan keinginan atau kehedak Tuhan yang harus dipahami dan dituruti. Kesenangan-kesenangan sesaat menggantikan kemuliaan kekal. Seperti Esau yang menukar hak kesulungannya. Seharusnya Esau berjuang untuk tidak tergiur dengan kesenangan sesaat yang membuat ia kehilangan hak kesulungan yang begitu mahal. Demikian pula kita, kita harus berjuang untuk memadamkan segala keinginan yang tidak menyukakan hati Allah. Kita bisa hidup tanpa kesenangan-kesenangan tersebut.

Pembaruan manusia batiniah dalam Kekristenan mengarah untuk selalu berkeadaan seperti Tuhan Yesus.

Tuesday 20 November 2012

Keindahan Manusia Batiniah

Nasihat agar menjaga kesehatan fisik dimaksudkan agar seseorang dapat menikmati hidup jasmaninya di bumi ini dengan nyaman. Oleh karenanya ada filosofi bahwa kesehatan adalah harta termahal dalam hidup. Pada kenyataannya banyak orang menyadari hal ini, sehingga mereka berusaha dengan giat dan serius mengelola kesehatan fisiknya dengan berbagai cara. Bila sakit, orang berani mempertaruhkan apapun yang dimiliki tanpa batas demi kesehatannya. Sejajar atau analogi dengan hal ini, nasihat Firman Tuhan agar kita menabur dalam roh artinya mengelola batiniah manusia agar beroleh hidup yang kekal (Gal. 6:8). Hidup yang kekal artinya hidup yang berkualitas di hadapan Tuhan selama di bumi ini dan nantinya di belakang langit biru diperkenan masuk ke dalam rumah Bapa sebagai anggota keluarga Allah atau menjadi anak-anak Allah di keabadian. Hidup yang berkualitas di hadapan Tuhan berarti hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Untuk ini seseorang harus mengenal Allah dengan benar dan memahami pikiran dan perasaan Allah. Pada kenyataannya tidak banyak orang yang menyadari pentingnya kehidupan batiniah ini sehingga mereka mengabaikan manusia batiniahnya. Paulus menyadari betapa pentingnya manusia batiniahnya sehingga ia berkata bahwa ia tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah semakin merosot, namun manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari (2Kor. 4:16). Karena lebih pentingnya manusia batiniah sehingga ia tidak mempersoalkan keadaan manusia jasmaniahnya.

Manusia jasmaniah di sini adalah hal makan dan minum serta segala hal yang menyangkut perkara-perkara materi. Mengapa manusia buta terhadap kepentingan yang begitu besar? Sebab mereka hanyut oleh segala kesenangan dunia tanpa mengelola jiwa atau batiniahnya dengan baik. Mereka tidak menyadari bahwa mengabaikan hal ini akan berakibat fatal, yaitu kebinasaan. Selanjutnya Paulus juga menyatakan bahwa ia tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal (2 Kor. 4:18). Bagaimana dengan kita? Jangan pernah berpikir bahwa anugerah Allah sudah cukup untuk membuat seseorang “selamat”, sehingga tidak perlu ada usaha untuk memahami batiniah manusia yang kompleks dan memperbaharuinya setiap hari. Kadang-kadang usaha untuk mengelola manusia batiniah dianggap sebagai tindakan kurang mempercayai anugerah Allah. Hal ini mengakibatkan banyak orang Kristen yang mentalnya tidak lebih baik dari orang non Kristen. Lebih konyol lagi kalau tenyata tidak sedikit orang-orang Kristen yang kualitas moralnya lebih rendah.

Dandani manusia batiniah kita dengan kebenaran sampai kita didapati berkenan di hadapan-Nya.

Monday 19 November 2012

Kompleksitas Manusia

Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks. Sejatinya bukan hanya berkenaan dengan fisik manusia yang masih menyimpan misteri yang belum terungkap, tetapi juga terlebih lagi keadaan batiniah yang non fisik manusia. Sebagai manusia yang diberi rasio untuk menganalisa, kita harus memahami selengkap mungkin keadaan fisik atau tubuh jasmani agar bisa mengelolanya dengan

baik. Dari ilmu pengetahuan yang sudah ditemukan mengenai tubuh jasmani manusia, kita tahu betapa menakjubkan tubuh manusia dengan metabolismenya. Tuhan mempercayakan ini kepada kita untuk dirawat dengan sebaik-baiknya. Hukum tabur tuai tetap berlaku dengan ketatnya atas keadaan fisik kita, yaitu apa yang kita konsumsi dan perlakukan dengan tubuh ini menentukan keadaannya. Dalam hal ini hendaknya kita tidak menggantikan tanggung jawab mengelola tubuh

jasmani dengan mujizat Tuhan. Seakan-akan mujizat Tuhan bisa diharapkan untuk menopang kesehatan kita tanpa tanggung jawab pribadi. Paralel dengan hal ini, demikian pula dengan manusia rohani atau batiniah yang non fisik. Sebagai manusia yang diberi rasio untuk menganalisa kita harus memahami selengkap mungkin keadaan manusia rohani atau batiniah yang non fisik. Tuhan pasti memberikan kemampuan kepada manusia untuk memahaminya dengan baik sehingga bisa mengelolanya dengan baik pula.

Dari kebenaran Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab mengenai kehidupan rohani atau batiniah manusia, kita dapat mengerti betapa menakjubkan manusia rohani atau batiniah dengan segala fenomenanya. Dalam hal ini pikiran harus digunakan semaksimal mungkin menggali kebenaran Firman Tuhan untuk memahaminya. Tuhan mempercayakan manusia rohani atau batiniah ini kepada kita untuk dirawat dengan sebaik-baiknya atau tepatnya didewasakan dan disempurnakan. Hukum tabur tuai tetap berlaku atas keadaan rohani atau batiniah, yaitu apa yang kita konsumsi dalam jiwa kita dan perlakuan terhadap manusia batiniah ini akan menentukan keadaannya di kekekalan nanti. Harus diingat bahwa manusia lahiriah adalah sementara tetapi manusia batiniah kita kekal. Hendaknya kita tidak menggantikan tanggung jawab mengelola manusia rohani atau batiniah kita dengan karunia anugerah Tuhan semata-mata, seakan-akan anugerah Tuhan bisa secara otomatis membuat seseorang sempurna atau memiliki manusia batiniah yang baik di mata Tuhan. Firman Tuhan menyatakan bahwa barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu (Gal. 6:8).

Tuhan mempercayakan manusia rohani atau batiniah ini kepada kita untuk didewasakan dan disempurnakan.

Sunday 18 November 2012

Darash

Malangnya, banyak orang merasa sudah menemukan Tuhan pada hal ia baru menemukan sebuah agama atau kepercayaan. Mereka juga tidak berani menginvestasikan hidupnya secara memadai untuk menemukan Tuhan ini. Firman Tuhan jelas mengatakan: “Carilah Tuhan selama Ia berkenan di temui (Yes. 55:6). Kata cari dalam teks aslinya adalah “darash’ (שׁרדּ), selain artinya to seek (mencari) juga berarti to resort (mengunjungi) dan menanyakan (enquire) (frequent; sering). Kata ditemui dalam teks aslinya adalah “matsa” (אָצָמ) yang juga berarti dicapai (attain to). Kata matsa mengesankan jelas bahwa untuk menemukan Tuhan atau mencapai Tuhan bukan sesuatu yang dapat atau bisa terjadi secara otomatis. Harus ada usaha keras untuk mencari, mengunjungi dan menanyakan. Banyak orang yang sebenarnya tidak atau belum mencari Tuhan. Mereka hanya menemukan agama Kristen dengan segala kegiatan lahiriahnya, tetapi tidak atau belum menemukan Tuhan. Untuk hal lain banyak orang mengerahkan seluruh potensi hidupnya, tetapi untuk Tuhan, dianggap sebagai tambahan dan Tuhan dicari ala kadarnya. Kalau itu sesuatu seperti uang, bisa diketahui berapa jumlah yang berhasil dicapainya, tetapi kalau Tuhan tidak dapat dihitung. Karena sifatnya pribadi sehingga hal ini tidak mudah dijelaskan, tetapi salah satu indikator bahwa seseorang sungguh-sungguh telah menemukan Tuhan di lihat dari dua ukuran, yang pertama karakter orang tersebut dan kedua kecintaan serta pembelaannya untuk Tuhan.

Karakter yang baik dibuktikan dengan kehidupannya yang tidak melukai siapapun, kecintaan dan pembelaannya bagi Tuhan tanpa batas. Faktanya banyak orang untuk keinginan dan cita-citanya ia bela tanpa batas, tetapi terhadap Tuhan tidak demikian. Itulah sebabnya tiada henti diserukan agar seluruh waktu hidup kita selain untuk memenuhi tugas-tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua, sebagai anak dan lain sebagainya, kita harus mencurahkannya untuk mencari Tuhan. Sudah saatnya kita menjadi “kalap” untuk satu hal ini, sebab inilah harta yang terpenting. Harta yang akan kita nikmati disaat kita hidup dalam kekekalan di langit yang baru dan bumi yang baru. Dalam hal ini seorang pemberita kebenaran menjadi sangat dibutuhkan. Pemberita kebenaran adalah seorang yang mengajarkan prinsip-prinsip utama dan penting mengenai hakekat Allah sesuai dengan Alkitab. Tentu untuk ini seorang pemberita kebenaran harus memahami bagaimana membedah atau meng “eksegesis” Alkitab. Sayangnya dunia hari ini semakin langka orang yang benar-benar menyampaikan kebenaran, sehingga dengan demikian langka pula orang untuk benar-benar menemukan Tuhan.

Karakter yang baik dibuktikan dengan kehidupannya yang tidak melukai siapapun, kecintaan dan pembelaannya bagi Tuhan tanpa batas.

Saturday 17 November 2012

Tugas Kehidupan Yang Harus Ditunaikan

Tugas kehidupan yang harus dipenuhi setiap insan manusia adalah menemukan Tuhan dalam kehidupannya. Banyak orang tidak tahu apakah tugas kehidupan itu? Mereka memahami tugas kehidupan adalah menjalani hidup seperti orang lain kebanyakan, yaitu: sekolah, kuliah, berkarir, menikah, memiliki berbagai fasilitas, berketurunan, memiliki menantu dan seterusnya. Mereka telah mewarisi cara hidup seperti ini dari nenek moyang dan melihat apa yang dilakukan hampir

semua manusia di sekitarnya (1 Ptr. 1:18). Itulah harta yang dapat dimiliki dan dapat dinikmati.

Setelah mencapai semua itu mereka merasa telah sukses, sebab telah memenuhi tugas kehidupan. Betapa malangnya, sebab sejatinya mereka belum kaya di hadapan Tuhan. Mereka akan pulang ke rumah abadi dalam kemiskinan dan ketelanjangan. Betapa tragisnya ketika harus melepaskan semua yang telah diusahakan itu. Sebagian orang berpikir bahwa semua itu diusahakan untuk anak cucu. Mereka tidak tahu bahwa setiap orang memiliki bagiannya masing-masing yang Allah sediakan. Masing-masing orang harus memperjuangkannya. Tuhan berjanji kalau kita hidup benar, maka anak cucu kita tidak akan menjadi peminta-minta atau pengemis (Mzm. 37:25).

Irama hidup seperti ini telah mendarah daging sampai tidak bisa diubah lagi. Ketika dijelaskan bagaimana seharusnya manusia hidup mencari Tuhan, mereka tidak bisa memahaminya dan tidak akan pernah memahami sampai selamanya. Mereka tidak tahu bahwa kebinasaan menanti mereka di kekekalan. Apalagi kalau mereka menemukan kelakuan pihak gereja yang melakukan kegiatan pelayanan hanya untuk mencari keuntungan materi, mereka semakin mendapat penegasan untuk

tidak perlu berurusan atau serius dengan Tuhan. Mereka adalah gandum yang dituai oleh kuasa kegelapan. Kalau saudara memiliki hidup seperti ini, saudara harus segera bertobat sebelum waktu hidup ini usai dan tidak ada kesempatan lagi. Firman Tuhan berkata agar kita mencari Tuhan selama ia dekat. Kata dekat disini adalah “qarowb” (בוֹרָק) yang artinya dekat dalam arti jarak (distance) tetapi juga berarti waktu (time). Berarti mencari Tuhan selama masih ada waktu. Setiap orang harus memiliki pengalaman yang sangat spesifik, istimewa dan sangat pribadi dengan Tuhan. Pengalaman tersebut pasti akan membentuk karakter seseorang. Oleh karena Tuhan berpribadi mulia, maka orang yang sudah menemukan Tuhan ditandai dengan karakter yang mulia. Jadi, kalau karakter seseorang belum mulia berarti ia belum menemukan Tuhan. Ini berarti ia harus bekerja keras lebih dari apapun yang pernah dia lakukan demi pengalaman riilnya dengan Tuhan.

Tugas kehidupan yang harus dipenuhi setiap insan manusia adalah menemukan Tuhan dalam kehidupannya.

Friday 16 November 2012

Ketidak Hadiran Seseorang

"Jika kita menunggu orang lain untk memotivasi kita, apakah yang terjadi saat seorang pelatih, seorang atasan atau orang yg menginspirasi lainnya tidak muncul?"

Meski kita tidak bisa hidup sendiri, namun akan ada waktunya di mana orang-orang tertentu tidak bisa selalu menemani / memandu kita dalam melakukan sesuatu.

Apakah ketidakhadiran seseorang menjadi alasan bagi kejatuhan, kekalahan atau hidup yang sembrono?

Saya memutuskan untuk tidak ingin dikalahkan oleh ketidakhadiran orang-orang tertentu, disaat saya paling membutuhkan mereka.

Mengasihi, menghormati & menjaga hubungan dgn semua orang yg menjadi mentor, pembimbing atau bapa rohani kita adalah sebuah hal yg penting. Sampai kpn pun hubungan kita dgn org2 tsb hrs tetap dijaga dgn baik.

Hubungan dengan sesama menempati posisi yg sgt penting di dalam prinsip Kerajaan Allah. Namun, pd sisi yg lain, Allah tdk menghendaki hubungan-hubungan tsb menjadi berhala dalam kehidupan kita.

Krn itu, Allah mengizinkan terjadinya momen-momen di mana para pembimbing kita tdk selalu bisa hadir & menemani kita melalui saat-saat krisis, hanya untk mengembalikan kebergantungan kita pd Allah.

Hal ini bukan berarti bhw kita tidak lagi membutuhkan mereka. Kita akan selalu membutuhkan mereka, & mereka akan membutuhkan kita. Tapi dia atas segalanya, kita semua membutuhkan Allah.

Ketika momen-momen yg terjadi hari-hari ini terasa berbeda (tidak sama spt dulu), kenalilah perubahan yg sedang terjadi & jgn mudah menjadi kecewa dgn apa yg tdk lagi menjadi milik kita & siapa yg tdk lagi hadir di sisi kita.

Apa yg tidak miliki & siapa yg tdk lagi hadir, tdk boleh menjadi alasan untk kita mengalami kejatuhan, kekalahan, & hidup scr sembrono.

Ketidakhadiran seseorg tdk berarti bhw org tsb tdk lagi mengasihi kita.

Mari sikapi hidup scr positif, shg kita selalu dapat mengambil keuntungan dr setiap keadaan yg terjadi di hidup kita!

Manah

Jebakan yang paling ampuh untuk membinasakan banyak orang Kristen adalah selalu menunda apa yang seharusnya untuk dilakukan segera. Penundaan-penundaan tersebut telah membuat momentum-momentum yang berharga yang disediakan Tuhan guna pertumbuhan iman berlalu sia-sia. Padahal setiap momentum ada berkat khusus yang tidak bisa diberikan di waktu yang berbeda. Konyolnya banyak orang berpikir bahwa penundaan tidak memiliki akibat yang signifikan.

Mereka berpikir bahwa penundaan hanya memperlambat berkat yang Allah sediakan, padahal penundaan berarti menghilangkan berkat Tuhan yang seharusnya diterima pada saatnya. Pada suatu saat nanti banyak orang meratapi kesempatan-kesempatan berharga yang telah disia-siakan. Tetapi ratapannya tidak mengembalikan kesempatan-kesempatan tersebut. Sebelum hal itu terjadi, seharusnya seseorang bertobat sekarang ini untuk tidak menunda apa yang seharusnya

dilakukan pada waktunya. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kewaspadaan terhadap diri sendiri yang cenderung atau lebih suka menunda. Hal itu juga dikarenakan mereka terlena oleh segala kegiatan yang tidak mengarahkan orang percaya kepada Kerajaan Allah. Untuk mengatasi hal ini, kita harus menghitung waktu kita setiap hari (Mzm. 90:12). Kata menghitung dalam bahasa aslinya adalah “manah” (הַנָמ) yang juga berarti membagi sesuai dengan urutannya atau bisa berarti pula memisahkan sesuai dengan urutannya.

Menghitung waktu yang tersedia, mengalokasikan dan memprioritaskan waktu untuk mencari Tuhan secara khusus (membaca buku rohani, berdoa, ke pendalaman Alkitab atau Suara kebenaran dan lain sebagainya). Harus diusahakan untuk mengalokasikan waktu yang memadai untuk itu, bukan menyisakan tetapi menyisihkan. Bila hal ini tidak dilakukan segera atau selalu menundanya, maka ia tidak akan pernah melakukannya. Sering terjadi, orang-orang Kristen ini tidak bermaksud mengkhianati Tuhan, tidak bermaksud untuk tidak menyediakan diri mencari Tuhan, tetapi hanya menundanya. Harus diingat bahwa penundaan ini mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan berharga untuk menerima lawatan-Nya. Penundaan ini sama dengan menukar “hak kesulungan” dengan semangkuk makanan. Penundaan-penundaan tersebut sering melukai hati Tuhan, sebab meremehkan hal-hal rohani, juga bisa berarti meremehkan Tuhan sendiri. Akhirnya orang-orang seperti ini tidak lagi dapat menemukan saat mana Tuhan melawat mereka, sebab mereka tidak menjadi peka bilamana Allah melawat mereka. Kalau sudah demikian, iblislah yang akan selalu menggarapnya.

Dalam setiap momentum ada berkat khusus yang tidak bisa diberikan di waktu yang berbeda. Maka jangan menunda!

1 Corinthians 16:13

Being taken out of your comfort zone is an opportunity to hear and see things that you normally would miss. When you get too comfortable in your surroundings and in your routine you can take things for granted and get lazy in your discernment. Set yourself to be watchful and pay attention so you won't miss the nuances. The spiritual benefits will far outweigh the discomfort of your present situation, says the Lord.

1 Corinthians 16:13 Watch, stand fast in the faith, be brave, be strong.

Thursday 15 November 2012

Memiliki Proyeksi Yang Benar

Iblis akan berusaha agar manusia menjadi terlena oleh berbagai kesibukan, kesenangan dan cita-cita. Tujuannya agar manusia tidak memikirkan dengan serius keadaan kekalnya di balik kuburnya nanti. Kalau irama terlena ini tidak segera diubah, maka ia tidak pernah serius “mengumpulkan harta di Sorga”. Dimensi hidup yang dimiliki adalah dimensi hidup sekarang di bumi ini, dimensi hidup hewan yang tidak mengenal kekekalan. Dimensi hidup ini adalah dimensi hidup kefanaan yang telah mengalir dan menetap kuat di dalam setiap jiwa manusia. Mereka memikirkan hal-hal yang dibawah bukan yang di atas (Kol. 3:1-4; Yoh. 3:31). Dengan cara ini, si jahat menggiring banyak manusia ke dalam kegelapan. Harus ada suara keras dan tegas untuk memperingatkan manusia terhadap keadaan krisis ini. Penyesatan yang hebat dewasa ini adalah banyak orang Kristen yang ke gereja bahkan melakukan kesibukan pelayanan gerejani, tetapi masih hidup dalam dimensi hidup kefanaan. Proyeksi mereka masih pada kesenangan dunia hari ini dan di bumi ini, waktu hidupnya dihabiskan untuk berbagai kesibukan yang sia-sia. Tetapi mereka merasa bahwa mereka hidup dalam kewajaran. Memang hidup mereka wajar dalam kacamata manusia yang tidak mengenal anugerah, tetapi bagi manusia yang mengenal anugerah, berarti menyia-nyiakan keselamatan yang disediakan Tuhan.

Orang-orang seperti ini tidak memiliki kemajuan yang berarti dalam pertumbuhan imannya. Mereka tidak pernah menggeserkan hatinya dalam Kerajaan Sorga. Mereka tidak memperhatikan perkataan Tuhan, dimana ada hartamu di situ hatimu berada (Mat. 6:21). Sejatinya mereka tidak masuk dalam proses keselamatan. Mereka beranggapan kalau sudah masuk dalam kegiatan pelayanan, berbicara hal-hal rohani, menjadi aktivis gereja atau pejabat sinode seperti pendeta, berarti sudah memikirkan perkara-perkara yang di atas. Sayang sekali, mereka orang-orang baik yang tidak pernah menjadi anak-anak Allah, karena standar hidup sebagai anak-anak Allah yang mereka pahami sangat rendah. Mereka tidak memahami bahwa menjadi anak-anak Allah harus berpikir seperti Tuhan Yesus berpikir, tidak cukup hanya membantu Tuhan Yesus dalam pelayanan atau menjadi orang bermoral yang tidak melanggar hukum. Oleh sebab itu mereka tidak berupaya dengan keras mengenal Allah, sebab mereka sudah merasa cukup mengenal Allah. Mereka merasa bahwa pemahaman mereka mengenal Allah sudah cukup, dan bisa membawa mereka kepada kehidupan yang berkenan kepada Allah. Padahal keberkenanan di hadapan Allah adalah kehidupan dengan standar Tuhan Yesus sendiri.  Suatu level yang harus diperjuangkan dengan hebat.

Proyeksikan hidup kita pada hal-hal yang membawa kita pada kebenaran

Wednesday 14 November 2012

Nilai Waktu

Berapa nilai waktu seseorang tergantung dari apa yang dilakukan dengan atau di dalam waktu tersebut. Satu menit waktu kita sebenarnya nilainya tidak terhingga, sebab waktu itu berjalan dan tidak penah bisa kembali. Kalau isi kegiatan di dalam waktu tersebut untuk sesuatu yang bernilai kekal dari Allah, maka waktu menjadi berharga, tetapi kalau diisi kegiatan yang tidak menghasilkan kekayaan kekal, maka waktu menjadi tidak berharga sama sekali. Jadi, berapa nilai waktu seseorang tergantung dari masing-masing individu. Mengapa Tuhan mengatakan agar kita menggunakan waktu yang ada? Sebab hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:16). Kata waktu di sini adalah “kairos” (καιρός). Kata ini juga dapat diterjemahkan sebagai opportunity yang menunjuk pada suatu momentum atau suatu kesempatan. Mahalnya waktu hidup kita adalah adanya kesempatan yang Allah sediakan bagi kita untuk melakukan suatu tindakan guna mengenal Allah Bapa dan kehendak-Nya. Setiap kesempatan memiliki nilai sendiri yang tidak bisa terulang. Pada kenyataannya banyak hal yang dianggap lebih berharga sehingga mengorbankan kesempatan untuk menemukan Tuhan. Seperti misalnya, duduk-duduk di depan layar kaca berjam-jam, jalan ke mall tanpa tujuan, ngobrol dengan teman yang tidak memberi pengaruh yang baik di cafe dan lain sebagainya. Betapa berartinya kalau waktu itu digunakan untuk mendengar Firman Tuhan, membaca buku atau majalah rohani yang baik, berdoa, bersekutu dengan orang-orang yang takut akan Allah akan memberi pengaruh rohani yang baik, datang ke pendalaman Alkitab dan lain sebagainya.

Ingatkah saudara, (khusus bagi yang pernah belajar rajin), betapa mahal waktu yang tersedia untuk belajar guna mencapai suatu nilai yang baik di sekolah. Anak-anak lain bisa bermain-main dengan cerianya, tetapi ada anak-anak yang masuk kamarnya untuk menekuni pelajaran-pelajaran sekolah. Ketika hari kenaikan sekolah, nampaklah wajah ceria anak yang mendapat predikat yang baik dalam prestasi belajarnya, sedangkan yang tidak belajar, menangis tersedu-sedu karena tidak naik kelas. Ini sama dengan yang digambarkan Tuhan Yesus di Lukas 16:19-31, seorang kaya yang setiap hari hidup dalam kemewahaan, pesta pora dan orang yang sibuk dengan berbagai urusan tetapi tidak kaya di hadapan Tuhan (Luk. 12:16-21). Pada akhirnya mereka terbuang ke dalam kesengsaraan yang hanya dapat digambarkan sebagai ratap tangis dan kertak gigi. Penyesalan seperti ini sudah tidak ada artinya, sebab tidak dapat mengubah keadaan. Kalau penyesalan dialami ketika seseorang masih hidup, maka pasti ada langkah-langkah untuk memperbaiki diri.

Berapa nilai waktu seseorang tergantung dari apa yang dilakukan dengan atau di dalam waktu tersebut.

Tuesday 13 November 2012

Huntara

Penduduk Yerusalem bisa menjadi gambaran kehidupan orang Kristen hari ini yang tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteranya. Dari kemasan luarnya adalah umat pilihan (seperti bangsa Israel), tetapi cara berpikirnya seperti anak-anak dunia yang bukan umat pilihan. Bagi anak-anak dunia yang perlu untuk damai sejahtera mereka adalah dunia ini dengan segala kesenangannya. Itulah sebabnya pikiran mereka tertuju kepada perkara-perkara dunia. Tetapi anak-anak Tuhan haruslah sangat berbeda. Anak-anak Tuhan harus menganggap dunia adalah huntara (hunian sementara), bukan huntap (hunian tetap). Istilah ini sebenarnya diambil dari peristiwa korban gunung Merapi. Mereka yang menjadi korban erupsi gunung Merapi di tempatkan pemerintah di huntara sebab sekitar gunung Merapi tidak lagi dapat menjadi tempat yang aman untuk dihuni atau tidak bisa menjadi huntap. Sumbatan yang menutupi mulut gunung Merapi sudah terkoyak ketika erupsi, sementara gunung itu masih aktif sampai sekarang. Ini seperti keadaan dunia ini, sejak meterai dibuka oleh Anak Domba Allah (Why. 6-8), maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi terjadinya berbagai pergerakan-pergerakan yang akan semakin mengubah sejarah dunia ini (Luk. 10:34).

Sebelum Tuhan Yesus datang, kerajaan dunia dikuasai dan dimiliki oleh iblis (Lusifer yang jatuh). Kedatangan Tuhan Yesus untuk mengakhiri sejarah Lusifer yang jatuh dan dunia ini. Dunia akan dibawa kepada keadaan yang terus bergolak sebelum jaman baru (Mat. 24:8), akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Dalam teks aslinya kata “permulaan penderitaan menjelang zaman baru” terjemahan dari “arkhe odinon” (ἀρχὴὠδίνων). Hal ini menunjuk penderitaan sebelum seorang ibu melahirkan anak (Ing. the pain of childbirth). Tidak akan ada jaman baru sebelum ada goncangan-goncangan. Kedatangan

Tuhan Yesus melegalisir atau mensahkan adanya goncangan tersebut. Betapa konyolnya kalau seorang Kristen berpikir bahwa kedatangan-Nya ke dunia untuk memberi damai sejahtera di bumi menurut cara anak-anak dunia (Luk. 12:49-56). Bumi akan terus digoncang dengan berbagai goncangan yang membuat bumi tidak lagi menjadi hunian yang aman. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak Tuhan mengerti bahwa maksud kedatangan Tuhan Yesus semata-mata hanya untuk mempersiapkan mereka masuk Kerajaan-Nya. Jika seseorang tidak mau mengerti hal ini, berarti menolak keselamatan yang disediakan Tuhan. Hal ini sama seperti istri Lot yang menolak untuk memiliki langkah-langkah penyelamatan sesuai dengan kehendak-Nya.

Bumi ini hanya hunian sementara untuk mempersiapkan hunian tetap kita di kekekalan.

Monday 12 November 2012

Yang Perlu Untuk Damai Sejahtera

Dalam kitab Perjanjian Baru jarang sekali dicatat mengenai Tuhan Yesus yang menangis. Tetapi ketika Ia melihat Kota Yerusalem, Ia menangis (Luk. 19:41-42). Mengapa Ia menangisi Yerusalem? Sebab Ia melihat bencana yang akan terjadi atas kota itu oleh karena sikap mereka yang tidak mau mengerti kehendak Allah Bapa. Hal ini menunjukkan kecintaan Tuhan yang sangat mendalam terhadap umat pilihan-Nya. Namun, betapa pun besar kasih Tuhan kepada umat-Nya, Tuhan tidak bisa menghindarkan mereka dari bencana, ketika mereka tidak mau bertobat dan mengerti kehendak-Nya. Dalam hal ini bukan karena Tuhan tidak mampu menolong menghindarkannya dari bencana, tetapi Ia tidak bisa melakukannya berhubung hal itu melanggar prinsip keadilan di dalam diri-Nya. Tuhan telah memberi pilihan bebas kepada masing-masing individu. Konsekuensi dari kehendak untuk memilih ini tidak bisa dibatalkan oleh Tuhan. Kemudian Tuhan menyampaikan suatu pernyataan: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu”. Satu hal yang ironi sekali, pernyataan Tuhan ini ditujukan kepada penduduk Yerusalem yang menyambut kehadiran Tuhan dengan sangat meriah di kota mereka (Mat. 21; Yoh. 12). Mereka rela menghamparkan pakaian mereka di jalan dimana keledai yang ditunggangi oleh Tuhan Yesus lewat. Ini menunjukkan penghormatan mereka yang sangat tinggi kepada Tuhan. Di mata Tuhan justru hal itu sia-sia, sebab mereka tidak memahami maksud kedatangan Tuhan Yesus ke dunia.

Hal ini sama artinya bahwa mereka tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Pengertian mereka telah menjadi gelap sehingga tidak menangkap maksud anugerah keselamatan yang Tuhan sediakan. Keadaan ini dinyatakan oleh Tuhan Yesus dengan pernyataan: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku (Mat. 15:8). Memang bangsa Israel sedang dalam tekanan yang hebat dari bangsa Roma, mereka membutuhkan pertolongan dari Tuhan untuk dapat membebaskan mereka dari kekuasaan bangsa lain. Mereka sibuk mengingini kemerdekaan secara duniawi. Hal ini telah membutakan mata pengertian mereka terhadap kemerdekaan lain yang Tuhan Yesus perjuangkan. Kemerdekaan yang lebih baik. Inilah yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Rupanya tidak ada kesepakatan atau kesamaan pengertian antara orang-orang Israel dengan Tuhan Yesus. Tuhan sudah berkali-kali menjelaskan kepada mereka, tetapi mereka tidak mau mengerti. Akhirnya mereka harus kehilangan kesempatan yang sangat berharga yang tidak pernah mereka temukan kembali.

Damai sejahtera yang bagaimana yang kita harapkan dari Tuhan Yesus?

Sunday 11 November 2012

Ia Tidak Pernah Membuang

Menyoroti Yohanes 9:37-39, terdapat dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, kalimat “dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang”. Kata membuang di sini dalam teks aslinya adalah “ekballo” yang dapat diterjemahkan to eject (menyemburkan, mengusir); cast out (membuang). Dalam Alkitab terjemahan lama diterjemahkan, “sekali-kali tiada Aku akan menolak dia”. Teks ini berarti bahwa Tuhan tidak akan menolak orang yang datang kepada-Nya. Kalimat ini harus dilihat dari subyek atau sudut Tuhan, bahwa Tuhan tidak akan membuang atau menolak orang yang datang kepada-Nya. Kalimat kedua adalah “supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang”. Kata hilang dalam teks ini adalah “apollumi” yang artinya destroy (menghancurkan) atau lose (hilang). Kalimat ini juga harus dilihat dari subyek atau sudut Tuhan, bahwa Tuhan tidak akan membuat terhilang atau membinasakan orang yang datang kepada-Nya. Jika dua kalimat diatas dilihat dari sudut manusia, maka kesan yang ditimbulkan bisa berbeda. Dari pihak Tuhan, pasti Tuhan tidak akan membuang, menolak atau membinasakan orang yang datang kepada-Nya, tetapi kalau manusianya sendiri tidak mau datang dan “tetap tinggal” di dalam Tuhan, maka Tuhan pun tidak bisa memaksa (Luk. 22:28; 2 Yoh. 1:9). Dalam Lukas 22:28 Tuhan Yesus menunjukkan bahwa tidak semua setia sampai akhir. Kalimat “tetap tinggal” dalam teks aslinya adalah “diameno” (διαμένω) yang artinya to stay constantly (tetap tinggal terus menerus). Tuhan Yesus berkata: Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (Mat. 24:13). Kata “bertahan” dalam teks aslinya “hupomeinas” yang artinya abide, endure (tetap menetap dan bertahan). Hal ini menunjukkan kesetiaan.

Di kitab Wahyu berulang-ulang Firman Tuhan menganjurkan agar orang percaya setia sampai mati (Why. 2:10; 17:14). Kalau orang tidak setia, maka Tuhan tidak bisa menyelamatkannya. Dalam hal ini Tuhan tidak memaksa seseorang untuk setia. Memaksa seseorang untuk setia berarti Tuhan tidak menciptakan kesetiaan yang sejati. Kesetiaan harus berangkat dari individu. Memaksa bukanlah tindakan Tuhan atau bukan hakekat Tuhan (Mat. 11;28-29; Yoh. 1:12). Di dalam Matius 11:28-29, Tuhan Yesus mendeklarasikan diri sebagai lemah lembut. Tidak sulit untuk mengartikan kelemah lembutan, yaitu pribadi yang tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Bapa menghendaki semua yang diberikan kepada Tuhan Yesus tidak ada yang hilang, tetapi Tuhan sudah memberi kehendak untuk memilih bebas. Pilihan bebas manusia membawa masing-masing kepada hasil akhir keputusannya, selamat atau binasa (2 Ptr. 3:9).

Tuhan tidak pernah membuang seseorang tetapi Tuhan juga tidak memaksa seseorang untuk setia.

Saturday 10 November 2012

Heko Dan Herkhomai

Jangan berpikir bahwa nasib atau keadaan kekekalan sudah ditentukan oleh Allah. Sama seperti keadaan semasa di dunia ditentukan oleh masing-masing individu, juga keadaan kekal seseorang sangat ditentukan oleh pilihan masing-masing. Bagaimanapun sulit dibantah bahwa keadaan hidup manusia di bumi menentukan nasib kekal seseorang. Kalau keadaan seseorang di bumi ditentukan oleh pilihannya, maka kekekalan juga ditentukan oleh pilihannya juga. Apakah Anda mau hidup suci atau tidak? Itu tergantung Saudara. Apakah Anda mau mengenal kebenaran dan berjalan di dalamnya? itu tergantung Anda juga. Kita perlu memeriksa beberapa ayat yang bisa mengesankan bahwa setiap orang yang dipanggil Tuhan pasti selamat atau tidak bisa menolak anugerah-Nya. Dalam Yohanes 6:37-39 Tuhan Yesus berkata: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman”.

Dari beberapa ayat ini terdapat kalimat yang mengesankan bahwa setiap orang yang datang kepada Tuhan pasti selamat atau tidak bisa binasa lagi. Benarkah demikian? Mari kita periksa dengan teliti dan jujur satu-persatu.Terdapat dua kata “datang” dalam teks ini dalam bahasa Indonesia, keduanya berbeda. Kata datang pertama dalam teks aslinya heko (ἥκω) yang bisa berarti have arrived (sudah tiba), be present (hadir), to come upon one unexpectedly (datang tanpa diharapkan). Sedangkan kata “datang” yang kedua adalah erchomai (ἔρχομαι), yang bisa berarti to come from one place to another place (datang dari satu tempat ke tempat yang lain), to appear (menampakkan diri), to come being (menjadi), be established (dibangun), become known (dimengerti) dan to follow (mengikut). Pembedaan dua kata datang dalam teks ini memberi pesan yang sangat kuat bahwa tidak semua yang datang (heko) berarti juga mengikut atau berubah keadaannya (erchomai). Teks tersebut menunjukkan bahwa semua yang dihadirkan pada jaman anugerah pasti diperhadapkan kepada salib. Kalau hanya melihat teks bahasa Indonesia atau bahasa lain yang tidak membedakan dua kata “datang” yang berbeda tersebut, maka akan mengesankan bahwa semua orang yang datang kepada Tuhan Yesus dihadirkan oleh Bapa secara otomatis akan selamat. Ini keliru. Keselamatan juga tergantung respon dan tindakan nyata pribadi setiap individu.

Keselamatan juga tergantung respon dan tindakan nyata pribadi setiap individu.

Sukses Bagi KemuliaanNya

Jangan berpikir bahwa saudara mutlak memerlukan doa untuk diberkati Tuhan dalam kehidupan nafkah jasmani. Bagi orang percaya yang dewasa doa adalah dialog bukan sekedar permintaan. Allah sudah menyediakan berkat bagi setiap individu. Tuhan Yesus menyatakan bahwa burung di udara saja Dia pelihara, apalagi orang percaya (Mat. 6:25-34). Yang diperlukan adalah pilihan untuk bekerja rajin, mengatur waktu dengan baik, menghindarkan kegiatan yang tidak perlu dilakukan, hemat, menjaga kesehatan dengan pola makan dan hidup yang baik dan lain sebagainya. Konon Hiroshima dan Nagasaki tidak akan pernah bisa didiami oleh manusia selama 75 sampai seratus tahun, tetapi Jepang mengambil keputusan untuk bekerja rajin menanggulangi keadaan itu, sehingga beberapa tahun kemudian mereka sudah bisa keluar dari keadaan terpuruk, juga dari keadaan kalah perangnya. Demikian pula Cina yang menjadi negara yang mengkhawatirkan dengan jumlah penduduk yang banyak dan memiliki banyak suku dan bahasa daerah, sering terjadi gempa dan banjir dan berbagai kesulitan. Tetapi ketika mereka memilih untuk bangkit dari keadaan itu, sekarang mereka menjadi negara yang disegani dunia.

Sebagai anak-anak Tuhan yang memiliki jaminan pemeliharaan dan hak istimewa dari Bapa, yang kita butuhkan adalah tanggung jawab, bukan doa pendeta atau orang suci manapun. Kita harus keluar dari keadaan terpuruk sekarang ini. Keputusan dan pilihan yang salahlah yang mengakibatkan keadaan seseorang hari ini. Oleh sebab itu kita harus mulai benar dan setia dari perkara-perkara kecil yang ada disekitar kita. Ingat perjalanan 10 km di mulai dari langkah 40 cm. Yakinlah bahwa Allah Bapa di samping kita, menjaga, memelihara dan menyediakan semua yang baik menurut Dia. Raihlah dengan usaha yang serius. Tuhan hendak dipermuliakan melalui kehidupan kita sebagai anak-anak-Nya. Biasanya kalau seseorang berkeadaan yang dipandangnya sebagai keterpurukan, Tuhan dipersalahkan. Ia menjadi kecewa. Ia berpikir bahwa keadaannya tidak bisa berubah. Memang Tuhan kadang-kadang membawa seseorang pada keadaan yang kurang dibandingkan orang lain. Tetapi Tuhan memberi kemampuan untuk bisa menjadikan keadaan itu indah, bahkan kekuatan yang menakjubkan, seperti seorang yang tidak memiliki dua kaki dan dua tangan, tetapi dengan mulutnya ia bisa menjadi pelukis yang mengagumkan. Fanny Crosby dengan dua mata yang buta bisa mengarang lagu dalam jumlah yang sangat banyak untuk liturgi gereja sampai hari ini. Bagaimana pun setiap orang memiliki keistimewaan dari Tuhan sehingga tidak ada orang yang tidak bisa berprestasi bagi Tuhan.

Setiap orang memiliki keistimewaan dari Tuhan sehingga tidak ada orang yang tidak bisa berprestasi bagi Tuhan.

Nazar

"Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, & korban syukur akan kubayar kepada-Mu." | Mazmur 56:13

Allah tidak pernah berhutang kepada kita; namun apakah kita pernah berjanji (bernazar) sesuatu kepada Allah & tidak menepatinya?

Menepati janji kita kepada Tuhan & kpd org lain mrpk bagian dari proses pendewasaan. Kedewasaan menuntut kita untk dpt mempertanggungjawabkan apa yg kita lakukan & katakan kpd Allah & org lain.

Dlm momen2 yg emosional (terlalu senang, terlalu sedih, terlalu marah), kadang kita terburu-buru dgn perkataan kita sehingga kita seringkali lupa dgn apa yg pernah kita janjikan kpd seseorg.

Proses menepati apa yg kita katakan/janjikan, akan melatih karakter kita untk selalu menghormati org lain, terutama menghormati Tuhan. Sikap hormat ini bukan hanya membuat karakter kita terus bertumbuh, tp jg membuat kualitas hubungan kita dgn org lain terus bertumbuh.

Mari kita terus bertobat dari pola hidup yang sembrono!

Thursday 8 November 2012

Ketika Harus Memilih

Jarang orang sungguh-sungguh menyadari betapa hebat kekuatan atau kuasa sebuah pilihan (the power of choice). Ketika Adam dan Hawa memilih makan buah yang dilarang di tengah taman Eden, mereka membinasakan dirinya dan seluruh anak cucunya. Suatu dampak yang pahit dari sebuah pilihan yang keliru. Ketika Kain mengambil keputusan untuk membunuh Habel, ia membunuh seperempat penduduk dunia (Kej. 4:1-12). Dilihat dari prosentasi suatu jumlah yang sangat besar, lebih besar dari jumlah korban perang dunia. Hal tersebut juga mengakibatkan Kain menjadi seorang yang terkutuk. Sebaliknya betapa beruntungnya ketika Nuh memilih untuk mentaati Tuhan untuk membuat bahtera, Abraham keluar dari Urkasdim walau ia harus mempertaruhkan masa depannya. Kekuatan sebuah pilihan menentukan masa depan dan kehidupan masing-masing individu. Nasib bukan di tangan siapa-siapa tetapi di tangan manusia itu sendiri. Dalam hal ini kehidupan menjadi luar biasa. Tetapi kalau manusia dipahami sebagai hidup di bawah penentuan takdir, maka hidup menjadi fatalistis, tidak menarik dan tanpa tantangan. Justru yang membuat hidup menjadi indah adalah kebebasan manusia menentukan nasibnya. Tentu kebebasan disini bukan kebebasan tanpa batas, sebab setiap kita pasti sudah dikurung dalam suatu sangkar tertentu. Misalnya anda seorang pria Manado lahir dari sebuah keluarga di kota Tomohon. Itu adalah sangkar yang tidak bisa dihindari. Tetapi apakah ia akhirnya menjadi orang Manado yang terberkati atau terkutuk? Tergantung diri sendiri.

Tuhan dalam integritas-Nya yang tidak berubah mengawal hukum-Nya dengan kokoh dan tidak bergeser. Kekuatan pilihan akan berakibat baik menyangkut seluruh keberadaan anda di muka bumi ini atau di kekekalan. Anda menjadi orang yang membebani atau orang yang memberkati orang lain tergantung pilihan anda sendiri. Salah satu penyesatan yang sangat kuat berdampak adalah ketika seseorang menunda untuk mengambil keputusan atau berpikir bahwa seluruh keberadaannya sudah ditentukan oleh takdir. Sebuah contoh kekuatan sebuah pilihan adalah kehidupan banyak tokoh-tokoh Alkitab, seperti Abraham, Yusuf, Musa, Daud, Daniel, Sadrach, Mesach, Abednego, Yeremia, murid-murid Tuhan Yesus, Paulus, Timotius dan banyak tokoh lain yang hikayat hidupnya bisa dibaca di dalam Alkitab. Mereka adalah orang-orang yang telah memilih keputusan yang tepat sehingga mereka termasuk orang-orang yang sukses dalam kehidupan. Kalau pada waktu itu mereka salah mengambil keputusan, maka hikayat hidup mereka tidak pernah terukir dengan tinta emas yang menjadi suri-teladan bagi banyak orang.

Kekuatan pilihan akan berakibat baik menyangkut seluruh keberadaan kita di muka bumi ini atau di kekekalan.

Keinginan

"lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." | Markus 4:19

Pertumbuhan rohani berkaitan erat dengan "perubahan keinginan." Kita tidak bisa bertumbuh, namun tetap memiliki keinginan-keinginan yg sama.

Keinginan kita harus didewasakan oleh Allah. Kita harus mengizinkan Allah mengkoreksi keinginan-keinginan kita, sebelum akhirnya keinginan tersebut menghancurkan kita.

Keinginan yg salah dapat menghancurkan hidup kita & hidup org lain. Keinginan yg benar membuat kita diberkati lebih, dipakai lebih & mengubahkan kehidupan org lain.

Rasa sakit akibat keinginan2 yg tidak terpenuhi & keinginan2 yg sdg ubah, sdg mempersiapkan kita menjadi pribadi yg lebih baik.

Seseorg dpt dikenal dari keinginan2nya. Jika seseorg berubah, maka keinginan2nya jg akan berubah.

Allah spt dokter yg mengerjakan operasi thd keinginan2 kita. Ia hendak membuang keinginan2 yg salah & menanam keinginan2 yg benar. Kita hrs bersedia melakukan "penyesuaian" (adjustment) thd proses operasi Allah atas keinginan2 kita.

Damai sejahtera & sukacita akan bertumbuh semakin besar seiring keinginan2 diubahkan oleh Tuhan.

Mari jalani kehidupan yg lebih ringan, namun berdampak!

Wednesday 7 November 2012

James 5:11

The battle is not over. You will be required to stand firm and refuse to be moved from a place of peace and faith. I am indeed doing a good work and moving you through your circumstances to resolution, but there is more work to be done. You were hoping your problems would be resolved by now. However, patience and perseverance will be required even though you can see the proverbial light at the end of the tunnel. Be strong and determined to press through even the most dire situations, says the Lord. Trust Me.

James 5:11 Indeed we count them blessed who endure. You have heard of the perseverance of Job and seen the end intended by the Lord—that the Lord is very compassionate and merciful.

Investasi Kehidupan

Bagaimana proses membunuh keinginan diri sendiri bisa berlangsung dengan baik dalam diri seseorang? Menghayati bahwa kita sedang ada di perjalanan menuju suatu tujuan yaitu Kerajaan Tuhan Yesus di langit baru dan bumi yang baru, maka kita akan lebih mudah melakukannya. Harus menghayati dengan kuat bahwa kita adalah musafir-musafir di dunia ini. Perjalanan hidup di dunia ini ibarat suatu perjalanan di sebuah jembatan. Hendaknya tidak membangun rumah di atas jembatan atau berhenti di tengah jembatan. Betapa menyesalnya seseorang ketika ada di kekekalan, menoleh ke belakang di tahun-tahun selama hidup di dunia telah terbelenggu oleh segala keinginan sehingga tidak mengumpulkan harta di Sorga (Mat. 6:19-20). Harta di Sorga merupakan sikap hati yang menyukakan hati Allah Bapa. Keinginan-keinginan tersebut telah menggerakkan seseorang menjalani hidup dan menghasilkan banyak hal, yang akhirnya harus dilepaskan untuk selamanya. Sungguh sia-sia. Padahal investasi waktu, tenaga dan pikiran untuk banyak hal tersebut adalah nilai yang sebenarnya tidak tehingga, yang seharusnya digunakan untuk mengumpulkan harta di Sorga. Nilai yang tidak terhingga ditukar dengan barang dunia fana dan kehormatan manusia yang lenyap dalam sekejap.

Kalau menyaksikan kelompok petapa yang meninggalkan kesenangan dunia, dan hidup dalam kesederhanaan bahkan kemiskinan, mereka dipandang begitu malang. Bahkan mereka dianggap sebagai konyol. Tetapi sebenarnya mereka bisa menjadi orang beruntung, sebab tidak menyia-nyiakan hidup yang singkat di dunia ini untuk berbagai kesenangan yang melukai hati Tuhan dan sesama. Mereka memilih apa yang terbaik yang tidak pernah disesali. Ini bukan berarti mereka sudah sempurna dan ada di jalan Tuhan yang benar, tetapi paling tidak mereka memperkecil kemungkinan melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Kalau hidup mereka didedikasikan untuk kegiatan sosial seperti yang kita lihat dalam kehidupan sebagian para biku, maka mereka sedang mengumpulkan harta di dunia yang akan datang. Mereka bukan orang-orang malang, sebaliknya mereka adalah orang-orang yang beruntung. Hal ini dikemukakan bukan bermaksud menganjurkan orang percaya menjadi seperti mereka. Tetapi sejatinya atau seharusnya kita menjadi orang yang mirip mereka. Hanya bedanya kita masih hidup ditengah-tengah keramaian, hidup di tengah-tengah masyarakat. Kita masih memiliki keluarga atau menikah. Kita masih bekerja dan berkarir. Tetapi kita tidak lagi menikmati semua keberadaan tersebut sebagai tujuan hidup, tetapi sebagai sarana agar kita berguna bagi sesama (Flp. 1:21-22), dan dapat membantu mereka untuk mengenal hidup.

Investasikan pikiran, waktu, tenaga dan semua fasilitas yg ada untuk kekekalan.

Tuesday 6 November 2012

Membunuh Nafsu Keinginan

Bagaimana kita dapat membunuh hasrat atau keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah? Ada beberapa langkah untuk dapat masuk wilayah tersebut. Harus disadari bahwa segala keinginan manusia akan berakhir sia-sia. Apapun yang diingini suatu hari akan berakhir dan lenyap tiada bekas, karena kebinasaan. Sebab keinginan manusia pada umumnya pasti menggeser keinginan untuk melakukan kehendak Tuhan. Hal ini membuat manusia menjadi tuhan bagi diri sendiri, bila kuat juga menjadi tuhan bagi sesamanya. Mereka tidak menyadari hal ini, sebab mereka berpikir bahwa memiliki keinginan adalah suatu kewajaran hidup. Bagi umat Perjanjian Lama, mereka dihalalkan memiliki keinginan dari diri sendiri dan memohon Tuhan meridhoinya, tetapi bagi umat Perjanjian Baru sangatlah berbeda. Sebab bagi umat Perjanjian Baru, mereka dipanggil untuk memuliakan Tuhan dalam dan melalui segala hal (1 Kor. 10:31). Ini berarti hidup untuk kepentingan Tuhan sepenuhnya. Hidup untuk kepentingan Tuhan berarti memiliki kepekaan untuk mengerti segala sesuatu yang Tuhan inginkan dalam hidupnya untuk dilakukan. Hal ini tidak hanya ditandai dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Oleh sebab itu jangan berpikir kalau seseorang melakukan kegiatan gereja berarti hidup untuk kepentingan-Nya. Dalam hal ini terjadi banyak penipuan.

Orang tertipu oleh dirinya dan menipu orang lain. Hidup untuk kepentingan Tuhan berangkat dari kepekaan seseorang memahami kehendak Tuhan dalam hidupnya secara pribadi. Sungguh, suatu hal yang sulit dideteksi, apakah seseorang melakukan sesuatu hal bagi Tuhan atau bagi dirinya sendiri. Hanya orang yang dengan murni dan jujur membunuh hasrat atau keinginannya sendiri yang dapat melayani Tuhan dengan benar. Membunuh keinginan sendiri berarti tidak mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan bagi dirinya sendiri. Baginya, segala kepentingan adalah kepentingan Tuhan, yang penting perasaan Tuhan dipuaskan. Inilah orang-orang yang sudah mendapat perhentian atau kelegaan (anapauso; ἀναπαύσω) yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus bagi orang yang datang kepada-Nya (Mat. 11:28-29). Sebenarnya inilah yang dicari dan dirindukan oleh umat suatu agama besar, bahwa mereka merindukan suatu level keheningan dimana semua keinginan melebur masuk dalam ketiadaan. Hanya bedanya dengan kita adalah, kita meleburkan semua keinginan kepada satu kehendak yaitu kehendak Allah. Keheningan yang kita miliki bukanlah keheningan di dalam rumah biara atau gua sepi di tengah hutan, tetapi di tengah-tengah hiruk-pikuk manusia. Dan kesederhaan kita bukanlah ditandai pada keadaan secara jasmani, tetapi di dalam batin.

Hanya orang yang dengan murni dan jujur membunuh hasrat atau keinginannya sendiri yang dapat melayani Tuhan dengan benar.

Membunuh Hasrat

Ciri yang paling nyata dari orang yang memiliki sikap sederhana adalah “tidak memiliki keinginan, kecuali terhadap Tuhan dan kerajaan-Nya”. Orang-orang seperti ini bukan berarti tidak memiliki keinginan atau kehendak sama sekali. Justru manusia diciptakan dengan keinginan atau kehendak, dan Tuhan menghendaki agar manusia memainkan kehendak tersebut. Manusia bukan robot yang tidak memiliki keinginan sendiri, tetapi keinginan yang ada di dalam hatinya haruslah keinginan untuk melakukan kehendak Bapa. Ia membuka hatinya hanya untuk menerima perintah atau komando dari Bapa di Sorga. Ia tidak membuka akses dengan pihak manapun kecuali pihak Tuhan. Hidupnya menjadi ringan, seperti pemain tenis atau cabang olah raga lain yang bermain tanpa beban. Harus dipahami bahwa yang membuat hidup kita menjadi rumit adalah ketika bejana hati kita terbuka bagi segala hasrat yang masuk ke dalamnya. Ini sama dengan membuat akses dengan berbagai pihak untuk menerima tawarannya. Hidup dengan cara demikian akan membawa manusia kepada keadaan “letih, lesu dan berbeban berat”. Kalau Tuhan menawarkan kelegaan itu berarti perhentian (Yun. anapauso). Perhentian di sini artinya perhentian dari pengembaraan jiwa yang mengingini banyak hal, atau jiwa dilabuhkan pada Tuhan.

Dalam pernyataan-Nya Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia rendah hati dan lembah lembut (Mat. 11:28-29). Rendah hati dan lemah lembut adalah jiwa atau nafas dari spirit kesederhanaan. Tanpa kerendahan hati dan kelemah lembutan-Nya seseorang tidak akan memiliki kesederhanaan. Kalau kita meneropong kehidupan Tuhan Yesus. Ia adalah pribadi yang tidak memiliki keinginan kecuali “melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Pola hidup seperti yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus adalah pola hidup sederhana yang tidak rumit, tetapi agung tiada taranya. Untuk mencapai taraf ini seseorang harus rela kehilangan “nyawa” yang sama dengan jiwa (psykhe). Jiwa disini adalah pikiran, perasaan dan kehendak. Orang percaya yang hendak mengenakan pola hidup Tuhan Yesus harus belajar untuk membunuh cita rasa duniawinya dan belajar mengobarkan kecintaan kepada Allah Bapa untuk melakukan kehendak-Nya. Proses belajar meletakkan kehendak seperti ini sangat berat. Hal ini sama dengan kehilangan nyawa atau usaha membunuh hasrat. Orang-orang seperti ini akan berusaha keras menuntut dirinya sendiri untuk hidup benar dan berusaha untuk melakukan kehendak Bapa lebih dari segala hal. Tentu saja orang seperti ini tidak akan melukai orang lain, sebaliknya akan menjadi berkat.

Yang membuat hidup kita menjadi rumit adalah ketika bejana hati kita terbuka bagi segala hasrat yang masuk ke dalamnya.

Sunday 4 November 2012

Isaiah 35:3-5

I speak to those who have faltered. You began well. What hindered you? You believed the lies of the enemy and allowed him to undermine your faith in the plan and purpose for your life. You have become weary in the battle and have allowed yourself to become feeble. Refuse to sit down, give up, or go back. Stir up your faith again and do not allow anything to interrupt your flow in the Spirit, says the Lord. Rise up and fight the good fight of faith.

Isaiah 35:3-5 Strengthen the weak hands, and make firm the feeble knees. Say to those who are fearful-hearted, "Be strong, do not fear! Behold, your God will come with vengeance, With the recompense of God; He will come and save you." Then the eyes of the blind shall be opened, and the ears of the deaf shall be unstopped.

Tidak Membedakan Sesama

Orang yang sederhana tidak akan membuat batasan-batasan yang memisahkan manusia berdasarkan derajat, tingkat sosial ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Ia akan menerima manusia lain secara utuh sebagai makhluk ciptaan Allah yang berharga. Ia akan bisa mengasihi mereka seperti yang diajarkan oleh Tuhan. Sebenarnya yang membuat kompleks hubungan antar manusia adalah manusia itu sendiri, yaitu ketika membuat kotak-kotak dan batas-batas berdasarkan berbagai kriteria. Sikap ini sebenarnya adalah sikap tidak menerima orang lain sebagai mana Tuhan menerima. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus belajar bersikap seperti Bapa di Sorga yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus membuat definisi sesama manusia adalah mereka yang membutuhkan pertolongan kita. Sesama manusia bukan hanya mereka yang menguntungkan, bukan hanya mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi sama, derajat pendidikan yang setingkat, satu suku dan ras. Tetapi mereka yang membutuhkan pertolongan, siapapun mereka. Seperti perumpamaan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus mengenai orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:29-37). Orang Samaria yang biasa direndahkan dan disikapi kurang pantas oleh orang Yahudi, memberikan pengorbanan bagi orang Yahudi yang sedang sekarat karena penganiayaan para perampok.

Sebenarnya sulit menjebol tembok pembatas yang sudah dibangun bertahun-tahun. Tetapi kalau mengingat bahwa kita orang berdosa yang seharusnya menjadi sampah abadi dan dibuang ke dalam api kekal, tetapi beroleh anugerah-Nya menjadi anak-anak Allah oleh belas kasihan dan kerendahan hati-Nya, maka kita harus berani menjebol tembok-tembok yang memisahkan kita dari sesama. Jadi, kalau seseorang belum menjebol tembok-temboknya ia belum mengenal kasih karunia Tuhan Yesus. Kesombongan menunjukkan kekerdilan dirinya. Ia merasa eksklusif terhormat serta bernilai karena kekayaan, pangkat, gelar dan berbagai atribut lahiriah yang dimilikinya. Pada hal betapa miskin keadaannya. Orang-orang seperti ini tidak mengenal dirinya dengan benar. Biasanya mereka memasang harga pada dirinya dan menuntut orang lain membayar sesuai dengan bandrol harga yang dipasangnya. Dengan cara demikian ia menuntut orang membayar semacam ”pajak” bagi dirinya. Inilah orang-orang yang mau menjadi Tuhan bagi dirinya dan bagi orang lain. Ini adalah spirit Lusifer yang jatuh. Kasihan, banyak orang terhormat karena jabatan, bergelar, kaya dari berbagai kalangan sosial terjerumus ke dalam kubangan ini. Akhirnya mereka akan pulang ke rumah kekal dalam kemiskinan bahkan menjadi sampah abadi

Kesederhanaan adalah ketika kita bisa menerima manusia lain secara utuh sebagai makhluk ciptaan Allah yang berharga.

Saturday 3 November 2012

Menerima Sesama

Masalah penting yang harus kita gumuli adalah bagaimana bisa memiliki hati yang menerima orang bersalah? Pertama, pikiran kita harus dibuka untuk memahami nilai jiwa manusia (Mat. 16:26). Hal ini sangat ditentukan oleh pemahaman kita mengenai siapa manusia, apa rencana Allah atas manusia, bagaimana kehidupan di balik kematian, dan lain sebagainya menyangkut kehidupan manusia. Pemahaman ini harus dimiliki secara memadai dan menggores dalam jiwa. Hal ini akan menjadi dasar pelayanan yang murni. Menghargai nilai jiwa sehingga mengusahakan keselamatannya dengan menghargai orang lain hanya untuk menjadi anggota gereja nyaris tidak bisa dibedakan. Kalau menghargai orang lain hanya untuk menjadi anggota gereja, maka belumlah cukup membuat gairah yang benar untuk menyelamatkan. Kedua, harus menyadari bahwa kita belum seperti yang Tuhan kehendaki. Pada kenyataannya sebelum kita menjadi benar seperti sekarang, kita juga hidup dalam ketidak benaran. Hendaknya kita menghayati bagaimana kesabaran Tuhan menerima kita sebagaimana adanya kita, mengampuni dosa-dosa dan memimpin kita kepada kesempurnaan. Kalau Tuhan dalam kesabaran-Nya mau menerima kita dan terus mengasuh kita untuk mencapai kesempurnaan, maka kita pun juga harus belajar dengan kesabaran menerima keberadaan orang demi kesempurnaannya (Rm. 15:7).

Ketiga, kita tidak berhak menuntut orang lain menjadi seperti yang kita inginkan. Orang-orang egois adalah orang-orang yang merasa berhak menghakimi sesamanya. Tanpa sadar ia telah berusaha menduduki tempat yang seharusnya di duduki oleh Tuhan. Cara menghakimi orang lain adalah mempercakapkan kesalahan orang lain kepada sesamanya. Sehingga orang lain mencemooh dan menghindarinya. Inilah bentuk hukuman. Banyak orang tidak rela bila tidak menceritakan keburukan orang lain kepada sesamanya, apalagi kalau keburukan tersebut merugikan dirinya. Ini salah satu cara memuaskan diri sendiri sebagai balas dendam terhadap orang yang telah merugikan dirinya. Ke empat, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, dalam doa dan meditasi sehingga kita menerima impartasi perasaan Tuhan. Selanjutnya harus hidup dalam penghayatan bahwa kita selalau berserta-Nya. Dengan siapa seseorang bergaul ia akan menerima impartasi spiritnya. Kita tidak akan memperoleh impartasi spirit atau gairah dari Tuhan kalau kita tidak bergaul dengan Dia secara memadai (1 Kor. 6:17). Pemahaman yang benar mengenai Dia atau kebenaran serta pengalaman hidup setiap hari akan membangkitkan pikiran dan perasaan Kristus tumbuh dalam diri kita.

Hayati bagaimana kesabaran Tuhan menerima kita sebagaimana adanya kita, mengampuni dosa-dosa dan memimpin kita kepada kesempurnaan.

Perlakuan Terhadap Orang Bersalah

Kesederhanaan sikap hati akan terpancar pada perlakuan terhadap orang yang bersalah atau berdosa. Ia akan menyambut orang berdosa dengan sikap seakan-akan orang tersebut tidak bersalah. Hal ini bukan sebagai bentuk kompromi dan permisif terhadap kesalahan atau dosa, tetapi sikap turut sepenanggungan dalam kejatuhan atau kesalahan yang orang lain lakukan. Perlu dicatat di sini bahwa sesungguhnya tidak ada orang yang merancang dan bercita-cita menjadi rusak atau berdosa. Kuasa jahatlah yang menggiringnya masuk dalam jebakannya. Penolakan terhadap mereka seakan-akan mereka bukan manusia yang martabatnya tidak bisa diperbaiki lagi, ini akan mengakibatkan orang berdosa hilang untuk selamanya. Perhatikan bagaimana Tuhan Yesus menyambut perempuan yang kedapatan berjinah (Yoh. 8:2-11). Ia tidak menghukum, Ia memberi kesempatan perempuan itu untuk memperbaiki diri. Hal lain yang sangat menakjubkan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah penerimaan-Nya terhadap Yudas si pencuri dan pengkhianat. Tuhan Yesus tahu bahwa Yudas sering melakukan pencurian uang kas yang dipercayakan kepadanya. Tetapi begitu panjang sabarnya Tuhan memberi kesempatan Yudas untuk bertobat dan memperbaiki diri. Sampai akhirnya Yudas menempatkan dirinya di tiang gantungan. Juga ketika Petrus sudah berkhianat, Tuhan tidak mempersoalkan pengkhianatan Petrus. Tetapi Ia masih berurusan dengan Petrus dan mempertanyakan apakah Petrus masih mengasihi-Nya (Yoh. 21).

Dalam hal ini kita menemukan, kesucian Tuhan Yesus dan moralitas-Nya yang tinggi tidak menyakitkan orang lain. Ia tidak memaksakan “baju” yang dikenakan di badan orang lain, walau tentu saja Ia berharap suatu hari nanti mereka akan dapat mengenakan “baju” yang juga dikenakan-Nya. Melatih hal ini bukan sesuatu yang mudah, tetapi sangat sukar. Mengapa? Sebab pada dasarnya naluri manusia berdosa adalah naluri menghakimi, menghukum dan membalas. Jarang manusia memiliki kesabaran menerima orang lain dalam kesalahan dan kekurangannya. Biasanya orang menghendaki kesalahan dan kekurangannya sendiri dimengerti dan diterima oleh orang lain, tetapi ia tidak mau mengerti dan menerima kesalahan dan kekurangan orang lain. Menerima orang lain dalam seluruh keberadaannya akan melukai diri sendiri. Kalau hal ini dilatih atau dibiasakan, maka Tuhan akan mengimpartasikan perasaan-Nya. Harus dimengerti bahwa memiliki sikap hati yang sederhana harus melalui proses dan pelatihan, bukan sesuatu yang bisa tumbuh sendiri secara otomatis. Kesediaan melatih diri berarti kesediaan untuk memasuki proses keselamatan; dan berusaha menjadi seperti Tuhan Yesus.

Kesederhanaan berarti memiliki kesabaran menerima orang lain dalam kesalahan dan kekurangannya.

Masalah

Masalah itu ibarat berurusan dgn kecoa, semut, tikus & nyamuk yang sering muncul di rumah kita. Kemunculan binatang2 ini memang sgt mengganggu di rmh kita & tdk jarang membuat kita jengkel. Berbagai macam obat pembasmi jumpai di bynk tempat untk menghentikan aktifitas yg menganggu dr para binatang ini.

Setelah menaklukkan sebuah masalah, seringkali kita diperhadapkan kembali dengan masalah lainnya. Spt binatang2 tsb, stlh kita membunuh mrk dgn obat pembasmi, entah knp mereka bisa muncul kembali.

Dalam setiap berkat yg Allah percayakan kepada kita, selalu tersimpan potensi masalah. Apa yg membuat kita resah dgn binatang2 tsb, adalah kehadiran mrk di rumah kita. Kita mungkin tdk terlalu ambil pusing, jika binatang2 tsb muncul di rmh org lain. Hal yg seringkali lupa kita syukuri adalah: paling tidak kita memiliki sebuah rumah (tempat tinggal).

Pernahkah kita mensyukuri masalah2 yg sdg dihadapi oleh (karena) anak2 kita; krn paling tdk Allah telah mempercayakan kita memiliki anak?

Pernahkah kita mensyukuri masalah2 yg muncul dlm pekerjaan kita; krn paling tdk kita memiliki pekerjaan?

Seringkali kita terlalu fokus dgn masalah, shg kita tdk melihat bgm Allah telah begitu mengasihi & memberkati kita dgn begitu bynk hal.

Masalah2 kehidupan akan selalu dtg selama kita hidup di bumi. Kecoa, semut, tikus & nyamuk mungkin akan kembali muncul di rumah kita, sekeras apapun kita membasmi mrk.

Jika kita ingin hidup dlm berkat2 Allah, kita hrs bersedia berhadapan dgn masalah2 yg dpt timbul karenanya. Allah akan memberikan hikmat, kekuatan, berkat & org2 tertentu untk membantu kita mengatasi masalah2 yg akan muncul di hari2 ke dpn. Krn itu hargailah hubungan pribadi dgn Allah & hubungan dgn org2 di sekitar kita, krn hal2 yg akan Allah berikan & org2 yg ada di sekitar kita dpt menjadi "obat pembasmi masalah" yg Allah sediakan untk menghadapi hari2 ke depan.

Thursday 1 November 2012

Matthew 7:24-27

Rise up in your spirit man. It is time to truly seek the kingdom of God above all else. Your thoughts and emotions will take you down if you are not firmly rooted and grounded in My Word, says the Lord. You must build your life on the firm foundation of truth and do the work necessary to stay strong spiritually. Be strong and unwavering in your faith and trust in Me.

Matthew 7:24-27 "Ther
efore whoever hears these sayings of Mine, and does them, I will liken him to a wise man who built his house on the rock; and the rain descended, the floods came, and the winds blew and beat on that house; and it did not fall, for it was founded on the rock. But everyone who hears these sayings of Mine, and does not do them, will be like a foolish man who built his house on the sand: and the rain descended, the floods came, and the winds blew and beat on that house; and it fell. And great was its fall."





Pengertian Kesederhanaan

Hidup dalam kesederhanaan sering dipahami secara keliru. Hidup dalam kesederhaan berarti tidak boleh memakai perhiasan, pakaian dan fasilitas hidup lain yang mahal harganya. Kesederhanaan diartikan sama atau dekat dengan “kemiskinan”. Itulah sebabnya dalam sejarah gereja ada ajaran yang mengajarkan semangat kemiskinan. Jemaat tidak boleh memiliki kekayaan, harus berpakaian compang-camping bahkan sengaja menjadi pengemis. Ini bukan berarti seseorang menjadi sembrono dalam penampilan lahiriahnya. Harus bisa membedakan antara berpenampilan baik untuk menjadi berkat dengan berpenampilan untuk memperoleh penilaian dari sesama. Kesederhaan tidak diukur dengan hal-hal fisik atau lahiriah, walau tentu kesederhanaan yang tulus dan murni pasti mempengaruhi penampilan lahiriah. Sejatinya, kesederhanaan dimulai dari sikap hati yang tidak mencari hormat atau penilaian manusia. Tanpa disadari, manusia digerakkan oleh gairah untuk dihargai, dihormati dan dinilai baik oleh lingkungannya, sampai taraf mendapat pujian dan sanjungan. Gairah ini sudah melekat kuat dan nyaris tidak bisa dilepaskan kalau tidak sungguh-sungguh belajar melepaskannya. Gairah ini dan manifestasinya sudah dianggap sebagai sesuatu yang normal, kewajaran dan bahkan kebanggaan. Betapa miskinnya mental seperti ini, sebab mestinya yang berharga adalah manusia batiniahnya bukan lahiriahnya (2 Kor. 4:16).

Manusia dalam asuhan Lusifer yang jatuh, telah memiliki irama yang salah tersebut. Hal ini bukan hanya ada di lingkungan jemaat, tetapi juga di lingkungan para pemimpin gereja, yang berlomba memperebutkan kedudukan ketua sinode, ketua majelis dan berbagai jabatan lain di dalam gereja. Sungguh sangat memalukan. Pada dasarnya mereka bukan anak-anak Tuhan, sebab anak-anak Tuhan akan berkarakter seperti Tuhan (Flp. 2:5-7). Orang yang memiliki sikap hati yang sederhana tidak pernah merasa dirinya berharga dengan fasilitas yang menempel di tubuhnya, kendaraan rumah dan segala hal yang ada padanya. Manusia di sekitarnya bisa menghormati tetapi ia tidak merasa bahwa hal itu merupakan nilai lebih dalam hidupnya. Mengapa bisa demikian? Sebab ia mencari hormat dari Allah. Tuhan Yesus menyatakan, bagaimana seseorang bisa percaya kalau masih mencari hormat satu dengan yang lain? (Yoh. 5:44). Teladan yang paling kuat mengenai kesederhaan ini adalah Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada yang disisakan untuk memperoleh kehormatan. Ia mengosongkan diri, termasuk hak untuk diperlakukan wajar. Ia bukan saja tidak diperlakukan sebagai Penguasa Tinggi, bahkan ia tidak diperlakukan sebagai manusia biasa. Kesederhanaan Tuhan Yesus itulah kemuliaan-Nya.

Kesederhanaan dimulai dari sikap hati yang tidak mencari hormat atau penilaian manusia.

Menolong

"Anda tidak bisa menolong orang lain menjadi PEMENANG, kecuali mereka INGIN MENANG." | John C. Maxwell

Menolong orang lain, merupakan inti dari PELAYANAN. Setiap "aktifitas pelayanan" kita bukanlah pelayanan, jika aktifitas tsb tdk menambah nilai & membawa dampak dlm kehidupan org lain.

Bukti bhw hati kita telah di sentuh oleh kasih karunia Allah, ialah: munculnya GAIRAH UNTUK MENOLONG ORANG LAIN.

Kita perlu menyadari adanya KEBUTUHAN untk MENOLONG ORANG LAIN di dalam diri kita. MENOLONG berarti MENGGUNAKAN APA YG KITA MILIKI, BERFUNGSI, MENGAMBIL TANGGUNGJAWAB & TERLIBAT. Tindakan menolong bukan hanya membuat hidup org lain menjadi lebih baik, namun jg membuat diri kita menjadi lebih baik. Kemampuan kita terasah, kita menjadi makin terampil dlm melakukan hal tertentu, kuantitas & kualitas hubungan makin berkembang.

Jika kita ingin BERTUMBUH & MENJADI PRIBADI YANG LEBIH BAIK, kita perlu mengambil langkah untk menolong sebanyak mungkin org. Jika kita tdk pernah menggunakan apa yg kita miliki, kita akan selalu hidup di level rata-rata.

Kita tdk hanya dipanggil untk melakukan tindakan2 praktis dlm menolong org lain. Tp kita jg dipanggil untk menginspirasi & memotivasi org di sekeliling kita untk MEMILIKI KEINGINAN UNTUK BERTUMBUH & MENJADI PEMENANG (INGIN DITOLONG).

Pertolongan apa pun yg kita lakukan, hanya akan memiliki sedikit manfaat jika org yg ingin ditolong TIDAK MEMILIKI VISI untk bangkit, menjadi lebih baik, mengalami kemenangan, berubah & keluar dr keadaannya saat ini. Kita hrs membuat mrk memiliki KEINGINAN & GAIRAH untk bertumbuh. Dgn demikian kita bisa melakukan tindakan2 pertolongan lainnya, krn mrk memang INGIN DITOLONG. Jika seseorg bertumbuh, maka ia akan menjadi lebih besar dari UKURAN MASALAH yg selama ini mengalahkannya.

Jangan buang waktu, ini waktunya menolong & menjadi lebih!