Sunday 30 September 2012

Hebrews 12:27

You have been in a transitional phase for some time, but I tell you now that today marks the end of an era and the beginning of a new one. You have had trials and tribulations, victories and defeat. You have learned great lessons through your circumstances that will serve you well. You've been shaken by change, dismayed at the results of poor decisions, and at times have felt at a loss for direction. It is time to leave the past behind and step into a new day in which I will pour out wisdom. I will direct your steps. I will strengthen you and give you new hope, says the Lord.

Hebrews 12:27 Now this, "Yet once more," indicates the removal of those things that are being shaken, as of things that are made, that the things which cannot be shaken may remain.

Dualisme Kehidupan

Orang Kristen yang dewasa akan dibawa kepada pemahaman bahwa seluruh perjalanan hidupnya setiap hari adalah liturginya di hadapan Tuhan. Ia tidak memisahkan antara kehidupan setiap hari di satu pihak dan kebaktian (liturgi) di gereja di pihak lain. Pemisahan ini disebut sebagai dualisme kehidupan. Orang Kristen yang dualistis seakan-akan memiliki dua wilayah, wilayah hidup berurusan dengan Tuhan dan wilayah hidup tidak berurusan dengan Tuhan. Wilayah hidup berurusan dengan Tuhan diatur oleh tatacara ibadah atau liturgi atau ceremonial ritual. Bagi bangsa Israel disebut Chuqqim atau undang-undang ibadah. Dalam chuqqim terdapat pengaturan bagaimana melakukan upacara agama atau tata ibadah kepada Yahweh. Adapun wilayah hidup setiap hari ketika tidak berurusan dengan Tuhan diatur oleh misypatim yang memuat hukum atau syariat juga disebut sebagai undang-undang sipil. Di dalam misipatym setiap langkah hidup diatur, jenis makanan yang dihalalkan dan diharamkan, model pakaian yang harus dikenakan bagi wanita dan lain sebagainya. Cara hidup seperti ini bukan hanya dimiliki oleh bangsa Israel tetapi juga banyak agama di dunia. Kekristenan yang benar dan orisinil yang Tuhan ajarkan bukanlah demikian.

Sayang sekali, banyak orang Kristen yang bangunan berpikirnya seperti ini. Mereka belum masuk dalam penyembahan di dalam roh dan kebenaran, yaitu pola hidup beribadah yang harus tergelar dalam kehidupan umat pilihan Perjanjian Baru (Yoh 4:24). Banyak orang Kristen menjadi sesat ketika memisahkan antara kehidupan setiap hari dengan ibadah kepada Tuhan dalam bentuk liturgi dalam gereja. Mereka belum mengerti hakekat kekristenan, mereka ada dalam belenggu keberagamaan. Komunitas Kristen seperti ini biasanya berusaha untuk mengembangkan pola liturgi yang sebaik-baiknya, mereka merasa itulah jantung hidup kekristenan. Bagi kelompok komunitas tertentu, liturgi di buat sekhidmat mungkin, dalam keteduhan dan keheningan. Menurut mereka itulah cara yang paling pantas dan sopan menghormati Allah. Tetapi bagi kelompok yang lain liturgi dibuat seheboh-hebohnya dengan gaya spontanitas yang tinggi. Karena menurut mereka, Allah adalah Allah yang energik dan dinamis, juga dalam nyanyian dan alat musiknya. Mereka berusaha menyanjung-nyanjung atas kuasa dan kebaikan-Nya, serta mempromosikannya dengan gencar. Di kehidupan setiap hari, mereka puas dengan kehidupan moral yang baik yang mereka telah capai di mata masyarakat. Mereka juga berusaha menyelamatkan milik mereka dengan menggunakan kuasa Tuhan. Orang Kristen seperti ini adalah orang Kristen yang tidak dewasa.

Banyak orang Kristen menjadi sesat ketika memisahkan antara kehidupan setiap hari dengan ibadah kepada Tuhan dalam bentuk liturgi dalam gereja.

Kleptes

Berjaga-jaga juga berkenaan dengan adanya ancaman dalam bentuk pengaruh jahat yang merusak pikiran atau pengajaran (Mat. 16:6). Ragi orang Farisi menunjuk pengaruh negatif melalui pengajaran dan sikap hidup yang ditunjukkan oleh “rohaniwan-rohaniwan palsu” ini. Ini adalah hal yang sangat membahayakan. Kalau sebuah kaleng racun bertuliskan racun pada kemasannya, maka itu bukan suatu yang berbahaya tetapi kalau kaleng racun diberi lebel susu, sungguh suatu yang sangat membahayakan. Demikianlah orang Farisi yang dianggap sebagai rohaniwan ternyata mereka mengajarkan sesuatu yang semakin jauh dari kebenaran. Keadaan ini mambuat semakin banyak rakyat Israel menjadi sesat.

Hal ini bertalian dengan apa yang dikemukan oleh Tuhan dalam Yohanes 10:10. Tuhan menyebut musuh itu adalah pencuri (thief) dalam bahasa Yunani kleptes (κλέπτης), kata kerjanya adalah klepto (κλέπτω), mencuri artinya mengambil milik orang lain dengan diam-diam tanpa sepengetahuan pemiliknya. Lalu apa maksud Tuhan bahwa iblis itu sebagai mencuri. Iblis digambarkan sebagai sosok pencuri yang dengan diam-diam dan dengan cara yang cerdas memakai orang-orang yang diakui sebagai hamba Tuhan atau rohaniwan memberitakan Firman yang palsu.

Kebalikan dari Tuhan Yesus, kalau Tuhan Yesus datang untuk memberi hidup supaya mereka memilikinya dalam segala kelimpahan, tetapi iblis datang untuk mengambil kehidupan dan membawa manusia kepada kemiskinan. Inilah yang diusahakan oleh iblis, yaitu membuat seseorang tanpa sadar telah mengkonsumsi racun di dalam hidupnya. Dalam kecerdikan dan kelicikannya yang luar biasa, ia membentuk seseorang untuk sehingga tidak bisa lagi diperbaiki. Melalui segala sesuatu yang didengar, dilihat dan diajarkannya, seseorang mengkonsumsi racun yang membawa dirinya kepada kematian. Dalam taraf tertentu, maka jiwanya tidak dapat diperbaiki lagi (2 Tim. 4:3-4). Ini juga terjadi pada orang-orang Kristen yang sudah lama hidup dengan cara berpikir anak-anak dunia sehingga mereka tidak mampu lagi mengenakan kebenaran Tuhan, bahkan berlaku jahat lebih dari orang-orang yang tidak percaya. Inilah orang-orang yang sebenarnya taraf menghujat Roh Kudus. Dalam lingkungan gereja, banyak jemaat telah diracuni dengan pengajaran yang salah dan spirit yang terpancar pembicara yang hidupnya tidak sesuai dengan kesucian Tuhan. Tanpa disadari siapapun yang berkotbah memancarkan spirit yang akan mempengaruhi spirit jemaat. Ini yang disebut sebagai ragi.

Dalam kecerdikan dan kelicikannya yang luar biasa, iblis menggiring manusia sampai pada taraf tidak bisa diperbaiki lagi.

Friday 28 September 2012

Dua Jenis Kiamat

Banyak orang tidak mengerti bahwa ada dua jenis kiamat, kiamat secara umum yaitu kiamatnya dunia dimana sejarah dunia diakhiri, tetapi juga ada kiamat khusus, yaitu kiamat pribadi dimana seseorang menghembuskan nafas yang terakhir. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kedatangan-Nya seperti pencuri, ini berarti tidak ada seorang pun manusia yang tahu kapan hari kedatangan-Nya. Itulah sebabnya setiap orang harus berjaga-jaga. Harus diingat bahwa hari kiamat bukan hanya hari kedatangan-Nya saja, tetapi juga ketika seseorang menghembuskan nafas terakhir. Dalam hal ini umumnya masing-masing orang memiliki hari kiamat yang berbeda. Biasanya orang hanya melihat kiamat secara umum tetapi tidak memberi perhatian pada realitas kiamat yang lain. Kuasa kegelapan akan berusaha untuk menutupi fakta ini agar seseorang tidak memiliki sikap berjaga-jaga. Inilah yang terjadi dalam kehidupan hampir semua orang, dalam dirinya mereka berpikir, berhubung hari kiamat (kedatangan Tuhan) masih jauh, maka ia tidak berjaga-jaga. Ia tidak sadar bahwa ada kiamatnya sendiri yang bisa menghampirinya setiap saat (Luk. 12:20; 16:22-23). Betapa mengerikannya kalau seseorang tidak menyadari realita hari kiamatnya. Baginya kedatangan Tuhan seperti jerat (Luk. 21:34). Hal ini terjadi atas mereka yang hidup dalam kesenangannya sendiri bukan kesukaan Tuhan. Jika seseorang selalu ada dalam suasana tidak memiliki sikap berjaga-jaga seperti ini, maka ia tidak pernah siap pada hari kedatangan Tuhan dan tidak pernah siap menyongsong hari terakhirnya di bumi sebelum ia mengembuskan nafas terakhir.

Di lain pihak yang harus diwaspadai Iblis dengan kecerdikkannya membuat seseorang menjadi lemah atau rapuh. Manusia adalah makhluk kompleks. Di dalam dirinya ada jiwa yang tidak sekokoh beton atau sekeras baja. Pada umumnya manusia bisa tidak stabil, ada saat-saat dimana jiwa menjadi lemah. Lemah di sini maksudnya mudah berbuat salah. Dalam 1 Petrus 1:14 disebut sebagai “pada waktu kebodohan”. Dalam teks bahasa Inggris teks ini diterjemahkan in your ignorence. Dalam teks Yunaninya adalah agnoia (ἀγνοίᾳ) yang artinya keadaan yang tidak dapat dimaafkan. Ini menunjuk keadaan bahaya. Pada saat-saat tertentu seseorang ada dalam situasi yang berbahaya. Situasi saat itu adalah situasi yang rentan. Iblis cakap membawa seseorang dalam keadaan bahaya seperti ini. Itu lah sebabnya kita harus serius tidak membawa diri kita kepada bahaya, sebab kita tidak tahu kapan kiamat kita masing-masing. Adalah bijaksana kalau kita berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhir kita.

Tidak ada seorangpun yang kebal terhadap hari kiamat, karena itu berjaga-jagalah senantiasa!

Thursday 27 September 2012

Setiap Saat Berjaga-Jaga

Berjaga-jaga bukan sekedar sikap yang dimiliki sesaat pada waktu merasa ada bahaya mengancam. Berjaga-jaga merupakan irama hidup yang tidak pernah berhenti. Ibarat sebuah mesin bukan hanya dioperasikan saat-saat tertentu, tetapi selalu bekerja setiap saat. Ibarat lilin, harus dijaga agar menyala terus. Kuasa gelap akan berusaha membuat anak-anak Tuhan lalai dan mengabaikan hal ini, sehingga dapat menyeret anak-anak Tuhan masuk dalam perangkapnya. Kebiasaan banyak orang Kristen seakan-akan ada wilayah hidup atau saat-saat tertentu Tuhan tidak berurusan dengan anak-anak-Nya. Pada saat tersebut seorang Kristen bisa berbuat sesuka hatinya tanpa mempedulikan Tuhan. Gaya hidup seperti ini sudah terbiasa dalam kehidupan banyak orang Kristen. Inilah kecerobohan yang membahayakan yang dapat membinasakan. Jika kebiasaan hidup seperti ini tidak segera diubah maka tidak pernah bisa diubah lagi. Tidak ada menit dimana seseorang boleh atau bisa tidak berjaga-jaga. Hanya dengan cara demikian seseorang bisa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Seseorang tidak bisa hidup suci dalam sepuluh tahun, setahun, sebulan atau satu hari, kecuali di mulai dari detik ke detik. Ini berarti seseorang harus ada dalam kesadaran terus menerus bahwa kita hidup di hadirat Allah setiap saat.

Penghayatan terhadap Allah Maha Hadir harus kuat dan benar. Harus selalu ada pertanyaan yang dimunculkan dalam jiwa kita: Apakah Allah puas dengan keadaanku ini? Ini berarti suatu kewaspadaan untuk mengoreksi diri, apakah dirinya masih tetap ada di dalam kebenaran? Kebenaran di sini maksudnya adalah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Sesuai dengan kehendak Allah artinya sama dengan sesuai dengan “mau”-Nya Tuhan. Orang yang berjaga-jaga adalah orang yang selalu ada di dalam kehendak Tuhan atau mau-Nya Tuhan. Masalahnya untuk untuk mengerti “mau”-Nya Tuhan adalah hal yang tidak mudah. Maunya manusia saja sulit diterka apalagi mau-Nya Tuhan yang tidak kelihatan. Biasanya orang memiliki ukuran atau pemahaman yang berbeda-beda mengenai kehendak Tuhan dalam hidup mereka masing-masing. Hal ini tergantung pada dua hal: Pertama, konsep masing-masing mengenai siapa dan bagaimana pribadi Allah. Ke dua, kemampuan masing-masing menguasai pikiran dan dirinya sendiri secara menyeluruh. Untuk bisa hidup di dalam kehendak-Nya, seseorang harus berani masuk dalam kehidupan menyangkal diri atau mengenakan pribadi Kristus. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang dibahasakan oleh Paulus “hidupku bukan aku lagi”. Komitmen melakukan dua hal ini akan membuat seseorang tertuntun untuk mengerti kehendak Allah.

Jalani setiap detik kehidupan kita dalam kehendak-Nya.

Wednesday 26 September 2012

Psalms 19:14

You might think that when you talk about others in a poor light that you are just sharing your thoughts and feelings. But, this is nothing more than idle chatter and gossip that will open a door for you to be cursed instead of blessed, for the curses that are sent out by the words of your mouth will only come back to yourself. It is true that you will be held accountable for every idle word you speak (Matthew 12:36). You are entering a new season that will bring you closer to Me, but this one thing needs to be done away with by making better choices. You will be glad you chose to watch the words of your mouth.

Psalms 19:14 Let the words of my mouth and the meditation of my heart be acceptable in Your sight, O LORD, my strength and my Redeemer.

Be On Alert

Kalimat “berjaga-jaga”, bukanlah kalimat yang asing dalam kehidupan orang percaya, karena kalimat ini kadang-kadang diucapkan di mimbar atau kita baca dalam Alkitab maupun tulisan-tulisan lain. Bagi yang dari kecil sudah menjadi Kristen, sejak masih di bangku sekolah Minggu, kalimat ini sudah didengar berulang-ulang. Masalahnya mengertikah kita apa yang dimaksud dengan berjaga-jaga itu? Dan apakah kita sedang ada di dalamnya? Dalam beberapa kesempatan Tuhan Yesus mengatakan kalimat ini. Kalau Tuhan Yesus menyatakan berulang-ulang ini berarti sesuatu yang penting.

Dalam teks Yunani kata berjaga-jaga ini adalah gregoreo (γρηγορεύω). Kata ini memiliki beberapa pengertian, selain to watch (berjaga-jaga), juga berarti give strict attention to (menaruh perhatian sangat serius terhadap sesuatu hal), be cau­tious (sangat berhati-hati), ini sama dengan waspada (be on the alert), to take heed lest through remission and indolence some destructive calamity suddenly overtake one (memberi perhatian dengan sungguh-sungguh supaya jangan karena suatu kelalaian maka bencana yang merusak datang menimpa). Berjaga-jaga juga bisa diartikan sebagai be or keep awake lit (tetap menjaga nyalanya). Seperti seseorang yang menjaga nyala lilin agar tidak padam oleh hembusan angin dan berbagai faktor lainnya. Karena Tuhan berulang-ulang mengatakan hal ini, maka kita harus serius memberi perhatian dan sungguh-sungguh mempersoalkannya.

Tuhan Yesus menyatakan, sebab manusia tidak akan pernah mengetahui kapan hari kedatangan-Nya, maka manusia harus selalu berjaga-jaga. Hari kedatangan-Nya bukan hanya hari kiamat, tetapi ketika seseorang menghembuskan nafas terakhir, berarti hari kedatangan Tuhan untuk orang tersebut. Hal ini terjadi atas mereka yang hidup dalam kesenangannya sendiri bukan kesukaan Tuhan. Berjaga-jaga juga berkenaan dengan adanya ancaman dalam bentuk pengaruh jahat yang merusak pikiran atau pengajaran (Mat. 16:6). Ragi orang Farisi menunjuk pengaruh negatif melalui pengajaran dan sikap hidup yang ditunjukkan oleh “rohaniwan-rohaniwan palsu” ini. Berjaga-jaga juga berkenaan dengan usaha untuk membuat diri menjadi kuat di tengah-tengah keadaan yang sulit, krisis dan genting. Seperti ketika Tuhan Yesus ada di taman Getsemani dengan murid-murid-Nya di suatu situasi yang genting. Tuhan berkata agar mereka berjaga-jaga (Mat. 26:41). Mereka harus tetap kuat menghadapi keadaan sulit tersebut. Berjaga-jaga adalah tanggung jawab masing-masing individu; bagian yang harus dipenuhi manusia bukan bagian Tuhan.

Satu hal penting yang paling merusak hidup kita adalah kecerobohan.

Tuesday 25 September 2012

Bukan Hanya Mengakui StatusNya

Kalau seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, maka ia harus percaya apa yang dikatakan-Nya, bukan sekedar percaya kepada status-Nya. Selama ini orang merasa sudah percaya kepada Tuhan Yesus, karena percaya status-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Harus dipersoalkan kalau seseorang percaya bahwa Ia Tuhan dan Juru Selamat, apa reaksinya terhadap status tersebut. Sama seperti kalau seseorang percaya satu sosok adalah orang tuanya, maka ia harus memperlakukannya sebagai orang tua. Orang tua bukan hanya dituntut untuk memenuhi kebutuhan anak, tetapi anak harus mendengar nasihatnya dan menerima tuntunannya. Dengan mendengar nasihat dan menerima tuntunan tersebut, maka seorang anak akan menjadi anak baik atau anak yang benar atau anak yang sah (Ibr. 12:5-9).

Oleh sebab itu seorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, maka ia harus mengenal Dia dengan benar dan mendengar suara-Nya atau mendengar pengajaran-Nya. Percaya kepada Tuhan Yesus berarti harus mengikut jejak-Nya atau harus hidup sesuai dengan tuntunan-Nya. Tuntunan-Nya itulah Injil. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus harus mengerti isi Injil dan mengenakannya dalam hidup. Seseorang tidak bisa mengatakan dirinya mengenal Tuhan Yesus tanpa mengenal Injil-Nya. Dengan memahami Injil-Nya seseorang akan mengenal dengan benar siapa Dia. Dengan mendengar Injil-Nya atau mengenal Tuhan Yesus, seseorang akan menyadari dan sungguh-sungguh merasa bahwa dirinya sakit. Bahwa keadaannya berbahaya. Inilah awal dari pertobatan. Seseorang tidak akan bertobat dengan benar kalau tidak menyadari keadaannya dengan benar. Seseorang yang menyadari dirinya sakit adalah orang yang sadar bahwa selama ini ia mengenakan kodrat manusia yang akan membawanya kepada kebinasaan. Merasa miskin di hadapan Tuhan (Mat. 5:3) dan merasa bahwa dirinya sakit ini merupakan awal dari kesembuhan (Mat. 9:12). Selanjutnya kalau seseorang merasa dan menyadari dirinya sakit, maka ia berusaha untuk berobat guna menerima kesembuhan. Usaha berobat ini adalah usaha untuk memperbaharui pikiran dengan kebenaran Firman Tuhan. Untuk itulah ia membutuhkan makanan rohani yaitu Firman Tuhan (Mat. 4:4).

Gereja harus memenuhi panggilan yang Tuhan berikan yaitu memberi makan domba-domba-Nya. Tetapi kalau jemaat hanya diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan jasmani ia tidak menyadari sakit yang dialaminya, sebab ia hanya memahami sakit jasmani, sakit ekonomi dan sakit-sakit lain yang sebenarnya harus diselesaikan dengan tanggung jawab dirinya sendiri dan Tuhan pasti menolong.

Mengaku percaya kepada Tuhan Yesus berarti harus hidup sebagaimana Dia hidup, kurang dari itu berarti belum percaya.

Monday 24 September 2012

Luke 11:13

You can be as close to God as you want to be. You can have as much of the Spirit as you desire, the question is how hungry and desperate are you for the Holy Spirit to infill you? Ephesians 5:18-19 says "be continually filled with the Holy Spirit" this is a continual state of being filled so you are utterly dependent upon His power and not your own moment by moment.

Many of you, My people, do not walk in the power of My Spirit, which I have made available to you, says the Lord. This is either because you have not asked for the baptism of the Holy Spirit, or because you have put Him out in order to live according to the dictates of the flesh. I would have you consider that times and circumstances require your obedience to stay in the flow of My Spirit, and it is time for your to live, move and have your being in Him.

Luke 11:13 "If you then, being evil, know how to give good gifts to your children, how much more will your heavenly Father give the Holy Spirit to those who ask Him!"

Sumber Kebahagiaan

Karena masalah sumber kebahagiaan menentukan nasib kekal seseorang, maka betapa sentralnya masalah ini dalam kehidupan. Kita harus mempersoalkannya secara serius. Harus kita sadari bahwa sumber alasan atau landasan kebahagiaan yang membuat seseorang merasa bahagia dan berarti, jika sudah biasa dinikmati akan menyatu dalam jiwa dan menjadi cita rasa jiwa yang permanen. Hal ini sangat mempengaruhi karakter atau watak seseorang. Kualitas hidup atau wajah batiniah seseorang sangat dipengaruhi oleh hal ini. Filosofi hidup sangat diperankan atau dipengaruhi atau ditentukan oleh apa yang telah memenuhi pikirannya dalam kurun waktu yang lama. Tanpa disadari seseorang membangun filosofi hidupnya dari perjalanan hidup yang telah dijalaninya. Bagaimana filosofinya hidupnya hari ini adalah peta dari perjalanan hidup yang telah dijalaninya. Pada umumnya filosofi hidup seseorang adalah filosofi dunia yang membuat dirinya bisa agung dan mulia di mata dunia tetapi tidak di mata Allah. Filosofi dunia adalah asuhan oknum jahat yaitu Lusifer yang jatuh, yang menyeret seseorang kepada kerajaan kegelapan. Seseorang yang sumber kebahagiaannya dunia ini akan pasti mengenakan kodrat manusia.

Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus dihadirkan, agar manusia menerima pembebasan dari filosofi tersebut. Tentu hal ini melalui perjalanan proses keselamatan yang tidak sederhana. Tidak cukup hanya mengaku dengan mulut bahwa dirinya percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi harus memberi diri bertobat. Bertobat artinya berbalik (syub) atau berubah pikiran (metanoia). Pertobatan harus terjadi setiap hari, yaitu seiring dengan perubahan pikiran seseorang (Rm. 12:2; metamorphoste). Dalam hal ini Injil berperan untuk menyelamatkan. Injil itulah kuasa Allah (Rm. 1:16-17). Oleh sebab itu berbicara mengenai kuasa Allah jangan menghubungkan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi pada kuasa yang memperbaharui filosofi. Pembaharuan filosofi hidup atau sama dengan bertumbuhnya pengenalan akan Allah ini akan membuahkan seseorang memiliki sumber kebahagiaan yang berubah pula. Perubahan sumber kebahagiaan tentu saja akan membuat seseorang tidak mengenakan kodrat manusia berdosa tetapi kodrat Ilahi. Pelayanan dalam gereja harus memiliki fokus yang kuat dan jelas di sini. Jika tidak, maka gereja menjadi antek kuasa kegelapan untuk melestarikan gairah salah yang sudah mengakar dalam kehidupan jemaat. Firman Tuhan yang murni yang harus terus menerus memperbaharui pola berpikir jemaat Tuhan. Hal inilah sebenarnya dimaksud oleh Tuhan Yesus agar domba-domanya diberi makan (Yoh. 21:15-19).

Orang yang sumber kebahagiannya ditopang pada hal-hal duniawi, pasti belum lahir baru.

Sunday 23 September 2012

2 Corinthians 10:4-6

I need you to be quiet and learn to focus, says the Lord. Stress comes from a wandering mind and being too scattered. Take the time necessary to deal with or dismiss thoughts that are unproductive and that take you away from your obedience to Me. It is time to clean up your thought process and at the same time clean up your spiritual atmosphere in order to gain greater clarity of purpose. You
will be delighted with the results.

2 Corinthians 10:4-6 For the weapons of our warfare are not carnal but mighty in God for pulling down strongholds, casting down arguments and every high thing that exalts itself against the knowledge of God, bringing every thought into captivity to the obedience of Christ, and being ready to punish all disobedience when your obedience is fulfilled.

Psalms 42:5

Discouragement is a killer! Beloved, everything touched by discouragement dies, and I speak of not only your health, finances, and relationships. But, I speak of the responsibilities of your kingdom position and faith. Refuse to allow negativity to keep you from the benefits of kingdom living. Rise up with thanksgiving and trust Me to bring you through, says the Lord.

Psalms 42:5 Why are you cast down, O my soul? And why are you disquieted within me? Hope in God, for I shall yet praise Him for the help of His countenance.

Apakah Kebahagiaan Itu?

Pertanyaan ini sederhana tetapi sangat prinsip, karena hal ini menentukan keselamatan atau nasib kekal seseorang. Pertanyaan tersebut adalah apakah kebahagiaan itu? Biasanya orang memahami kebahagian sebagai perasaan senang, sukacita karena keadaan nyaman, tidak ada ancaman atau karena keinginannya dipuaskan atau tercapai. Inilah diskripsi yang bisa disusun, pada hal kalau jujur mendiskripsikan kata bahagia, bukan sesuatu yang mudah. Sebab bahagia adalah suasana batin yang tidak bisa dibahasakan dengan kalimat, bahkan selengkap apapun kalimat tersebut.

Berbicara mengenai perasaan ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor yang paling dominan adalah filosofi hidup atau cara seseorang memandang hidup. Dalam hal ini filosofi hidup adalah bagaimana seseorang menilai atau menghargai sesuatu. Hal tersebut memberi ukuran atau menjadi landasan berartinya hidup ini. Kalau seseorang memandang bahwa nilai hidup terletak pada kesehatan tubuh, tidak hal lain, maka jika tubuhnya sehat maka hal itu sudah cukup membuat dirinya bahagia dan hidupnya berarti. Kalau nilai hidup yang tertinggi yang dipahami adalah makan kenyang, maka jika perutnya kenyang maka ia sudah bahagia dan merasa hidupnya berarti. Jika nilai hidupnya adalah kehormatan, maka jika ia tidak terhormat, walaupun hartanya banyak ia tidak akan bahagia dan merasa hidupnya tidak berarti. Jika nilai hidupnya adalah seorang kekasih, jika ia dipisahkan maka ia tidak bahagia biarpun dalam materi sangat limpah. Ia akan rela bunuh diri, mengakhiri hidupnya, sebab ia merasa hidupnya tidak bahagia bahkan tidak berarti.

Apa yang membuat diri seseorang berharga, ia akan mengarahkan segala daya dan perhatian kesana. Ia akan mempertaruhkan waktu, tenaga dan pikiran kepada hal tersebut. Seseorang akan mengabdikan segenap hidupnya kepada sesuatu atau seseorang yang membuat ia merasa bahagia. Sesuatu atau seseorang tersebut menjadi berharga seperti nyawanya sendiri bahkan lebih berharga. Dialah sebenarnya kekasih hatinya. Hidup seseorang akan berarti dan merasa lengkap jika ia memiliki apa yang dianggapnya sebagai sumber kebahagiaannya. Sesuatu atau seseorang itu menjadi alasan mengapa ia hidup. Pada umumnya setiap orang digerakkan oleh  suatu sumber kebahagiaan. Jika tidak ada sesuatu yang dianggapnya sebagai sumber kebahagiaan, maka ia tidak memiliki semangat hidup. Ia hanya menjalani hidup ini tanpa tujuan. Orang-orang seperti ini seperti mayat hidup. Hidup tanpa isi, tanpa gairah, tanpa tujuan sebab tanpa kebahagiaan.

Jadikan Kristus sebagai sumber kebahagian kita, maka hidup kita akan menjadi penting dan berharga

Friday 21 September 2012

Kelegaan Yang Sejati

Dari kesalahan konsep dalam pikiran seseorang maka seseorang akan membangun konsep Tuhan atau sosok Allah masing-masing. Allah yang dibangun dalam pikirannya tersebut akan menentukan kualitas hidupnya. Dengan “sosok allah” tersebut seseorang berdialog. Mereka merasa sudah mengenal Allah yang benar dan merasa sebagai hamba Allah yang benar. Mereka juga mengaku telah menerima visi-visi dan pesan-pesan dari allah tersebut. Pada hal itu allah palsu. Dengan pikiran kecerdasan roh oleh tuntunan Roh Kudus seseorang bisa mengenali mereka. Tuhan membiarkan keadaan tersebut kalau seseorang tidak mau belajar dengan benar kebenaran Firman Tuhan atau tidak memiliki nurani atau batin yang baik. Dalam hal ini berlaku Firman agar tidak ada Allah lain di hadapan-Nya. Ini juga berarti agar jangan membangun konsep atau pengertian yang salah mengenai Allah. Banyak orang memiliki allah lain yang tidak diajarkan Alkitab. Sebagai buktinya hidup mereka pasti tidak diabdikan kepada Allah yang benar tersebut, tetapi kepada dunia dan segala kekayaan serta keindahannya. Allah sendiri tidak berdaya kalau manusianya tidak berani membayar harga pengetahuan akan Allah yang benar. Harganya adalah “tidak mengumpulkan harta di bumi” (Mat. 6:19-24). Anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan atau pendeta kalau masih mengingini kekayaan dunia, berarti tidak mengenal dan tidak memiliki Allah yang benar dan tidak akan pernah mengenalnya sampai selama-lamanya.

Betapa mengerikan, karena banyak pembicara Kristen di mimbar yang tidak mengajarkan Allah yang benar. Mereka adalah orang-orang yang tidak merasa miskin di hadapan Tuhan (Mat. 5:3). Mereka tidak mau memiliki kelegaan atau perhentian di dalam Tuhan, artinya bersedia tidak lagi memiliki keinginan-keinginan dunia ini (Mat. 11:28-29). Kata kelegaan dalam teks aslinya adalah anapauso (ἀναπαύσω) yang artinya perhentian. Seorang yang mau mengenal Allah haruslah seorang yang bersedia tidak mencintai dunia sama sekali. Percintaan dunia membuat seseorang tidak akan dapat mengerti kebenaran (Mat. 13: 22-23; Luk. 16:11). Tidak mengerti Firman Tuhan berarti salah memahami siapa Allah yang harus disembah dan diperlakukan. Karena kesalahan mengerti ini maka muncullah allah-allah lain di dalam pikiran mereka. Allah yang bisa mereka perlakukan sesuai dengan konsep mereka sendiri. Itu bukanlah Allah yang benar dan bukan Tuhan Yesus yang diajarkan oleh Alkitab. Hal inilah yang menjadi kekuatiran Paulus terhadap jemaat, yaitu adanya orang-orang yang mengajarkan Yesus yang lain (2 Kor. 11:2-4)

Percintaan dunia membuat seseorang tidak akan dapat mengerti kebenaran dengan lengkap

Thursday 20 September 2012

Anash

Menjadi masalah yang sangat mengerikan, ketika seseorang tidak memiliki pemahaman yang benar mengenai sosok Tuhan yang benar, Tuhan seakan-akan membiarkannya dalam kesalahan tersebut. Sehingga banyak orang semakin terjerumus ke dalam kesesatan yang tidak disadari. Sehingga bukan hanya diri orang tersebut yang sesat, tetapi ia juga menyesatkan orang lain. Menjawab masalah ini perlu kita memeriksa beberapa teks Alkitab. Firman Tuhan mengatakan: Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya (Yer. 17:9) ? Kata licik dalam teks aslinya aqob (בֹקָע) yang selain berarti menipu (deceitful), juga berarti sly (licik) dan juga insidious (tersembunyi dan membahayakan). Kata membatu dalam teks aslinya adalah anash (שַׁנאָ) artinya menjadi lemah (to be weak) dan sakit (sick) desperately sick, incurable (tidak bisa disembuhkan). Pada dasarnya hati manusia itu membahayakan, licik dan tidak bisa disembuhkan. Kalau seseorang tidak sungguh-sungguh memiliki nurani yang baik, maka ia tidak bisa mengenali dirinya dengan benar. Inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus: … jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu (Mat. 6:22-23). Kalau memperhatikan konteks kalimat tersebut Tuhan Yesus sedang berbicara mengenai harta dunia.

Dahulu kita berpikir bahwa Tuhan akan memaksa seseorang untuk mengenali diri-Nya dengan benar, tetapi ternyata tidak. Orang-orang yang sampai akhirnya tidak dikenal oleh Tuhan bukan orang-orang yang berada di luar lingkungan gereja. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang sudah berprestasi dalam mujizat dan tanda ajaib. Mengapa mereka sampai pada keadaan tidak dapat mengenal dirinya? Ternyata di balik yang kita dapat sentuh dan lihat ada peraturan kehidupan yang harus ditegakkan, bahwa sebagaimana Allah berfirman, yaitu masing-masing orang harus menjaga hatinya (Ams. 4:23). Tuhan membiarkan taman hati kita tidak dipagari oleh Tuhan, sebab kita sendiri yang harus menjaganya. Penyesatan dalam hati tidak terjadi dalam satu hari saja, tetapi dalam perjalanan panjang kehidupan. Dalam pergumulan tersebut baik Tuhan maupun kuasa kegelapan harus tunduk kepada aturan mainnya (rule of gamenya). Seperti Iblis tidak memaksa seseorang menjadi buta sehingga tidak mengenali hatinya. Demikian pula dengan Tuhan tidak akan pernah memaksa seseorang supaya mengenali hatinya sendiri. Setiap orang harus bergumul dalam kehendak dan pilihan bebasnya untuk menentukan keadaannya.

Tuhan membiarkan taman hati kita tidak dipagari oleh-Nya, sebab kita sendiri yang harus memagari dan menjaganya.

Wednesday 19 September 2012

Awake! Moving Forward!

“I am drawing a line of demarcation that will create a boundary of separation between the past and the present. I will establish a line between righteousness and ungodliness or worldliness so that some of the things you used to do, say or think will not be tolerated and will now violate your conscience or stunt your spiritual growth.

“I am calling you, My people, to come out of Mystery Babylon, that place of hypocritical religious exercise, and do not touch what is unclean.”

2 Corinthians 6:16-17 And what agreement has the temple of God with idols? For you are the temple of the living God. As God has said: "I will dwell in them and walk among them. I will be their God, and they shall be My people." Therefore "Come out from among them and be separate, says the Lord. Do not touch what is unclean, and I will receive you."

“You will be called ‘Holiness to the Lord.’ This will be your name.”

Jeremiah 2:3 Israel was holiness to the LORD, The firstfruits of His increase. All that devour him will offend; Disaster will come upon them," says the LORD.’"

“I will strengthen you and cause your faith to grow. This will happen as you see My supernatural work, which will be undeniable. You will no longer speak lies of doubt and unbelief about what I will or will not do, nor will you bring reproach on My kingdom.

“This is a time to advance and not retreat; to go forward and not fall back. Rise up to your full potential and be a force to be reckoned with as I move with power through you to demonstrate My will.

“There is a call going out across the land to awaken those who are asleep spiritually. There are multitudes who have been lulled to sleep. Many have been turning in your slumber without coming fully awake to your spiritual potential.”

Romans 13:11-12 And do this, knowing the time, that now it is high time to awake out of sleep; for now our salvation is nearer than when we first believed. The night is far spent, the day is at hand. Therefore let us cast off the works of darkness, and let us put on the armor of light.

Ephesians 5:14 Therefore He says: "Awake, you who sleep, Arise from the dead, And Christ will give you light."

“Come forth out of the darkness of your soul. The times require sensitivity to your spiritual atmosphere and environment. No longer allow the enemy access or a place to rule in your circumstances. Let Me establish you in light and truth in all things.

“I am expanding your discernment to see and understand with greater clarity as you go to war against enemy forces. You are a shining light in the midst of deep darkness. As you seek greater spiritual insights, the mysteries of the kingdom will set your heart ablaze with excitement and wonder.”

Proverbs 25:2 It is the glory of God to conceal a matter, But the glory of kings is to search out a matter.

“Your effectiveness in working out and expressing kingdom purpose in the past will pale in comparison to what you will do in the days ahead. There will be an exponential increase in knowledge, wisdom and revelation as you move with more confidence to accomplish My objectives,” says the LORD.

Kolose 3:23

Kolose 3:23 "Work willingly at WHATEVER you do, as though you were working for the Lord rather than for people".

Terkadang banyak sekali alasan kita untuk males"an atau tidak semangat  bekerja, sekolah dan lain sbgainya karena faktor" tertentu mungkin bossnya / teman sekerja/ dll. Memang tidak bisa di elakan bahwa sudah menjadi nature dari pada manusia sendiri utk berfikir secara otomatis / memiliki seribu macam alasan di dalam benaknya.

Ayat ini straight forward sekali dikatakan bahwa APAPUN yang kamu lakukan / kerjakan / perbuat, buat-lah untuk Tuhan.

and today we are given another chance to serve Him~

Aku yakin bahwa kalian adalah pekerja" yang luarbiasa dan orang" yang rajin ;) . 

Keep your spirit high!

You are better than you think you are!

Intervensi Allah

Persoalannya adalah apakah Tuhan yang Maha Tahu bisa berintervensi di pikiran seseorang artinya memaksa mengajak dialog dengan orang tersebut? Tidak bisa, tepatnya Tuhan tidak mau. Walaupun Ia mampu tetapi ia tidak mau, sebab hal itu melanggar hakekat-Nya. Tuhan tidak memaksa seseorang berdialog dengan diri-Nya. Tuhan memberi anugerah, yaitu kemampuan dan fasilitas untuk bisa berdialog dengan diri-Nya dan tentu saja Tuhan memulai membuka jalan dialog tersebut. Tetapi kelangsungan berdialog terus menerus secara permanen dengan Allah tergantung masing-masing individu, apakah bersedia membuka pikirannya terhadap kebenaran. Allah Maha Tahu dan dapat berbuat apa saja tanpa seorang dapat menghalanginya. Tetapi Tuhan tidak memaksa seseorang membuka pikirannya bagi Dia. Sambungan dialog tersebut tergantung apakah seseorang secara berkesinambungan memperbaharui pikirannya untuk mengenal kebenaran, di dalamnya termasuk mengenal Allah. Tuhan juga tertib dan selalu pada jalur integritas pribadi-Nya yang Agung. Seseorang harus memahami kebenaran secara memadai barulah bisa berdialog dengan Dia. Tuhan tidak akan berdialog dengan orang bebal (bodoh). Itulah sebabnya Paulus nasihati kita agar kita tidak bebal tetapi berusaha mengerti kehendak Tuhan (Ef. 5:15-17).

Kalau seseorang tidak dapat memahami kebenaran, maka ia akan menciptakan satu sosok atau figur allah dalam pikirannya. Sosok allah dalam pikirannya tersebut akan memiliki ciri-ciri karakter sesuai yang diciptakannya sendiri. Dan ia merasa selalu berdialog dengan Allah, pada hal yang terjadi sebenarnya ia berdialog dengan allah ciptaannya sendiri. Dengan cara inilah seseorang dapat menjadi sesat. Ia tidak tahu dan tidak akan pernah menemukan jalan bertemu dengan Tuhan. Hal ini bukan saja terjadi atas jemaat awam, tetapi dapat terjadi atas mereka yang mengaku hamba Allah dan yang mengaku dekat dan bergaul dengan Allah. Biasanya hal ini dipicu oleh karakter dosa dalam dirinya, yaitu adanya ambisi untuk menjadi orang yang terhormat dan tersanjung (melebihi pendeta lain) melalui kesaksiannya berdialog dengan “allah”. Hasrat menjadi besar di mata manusia dan hasrat meraih kekayaan akhirnya membuat mereka nekat menciptakan Sosok “yesus dan allah bapa” yang tidak diajarkan Akitab. Mereka juga tidak belajar theologia dengan benar dan memadai. Dari kesaksian mereka, bagaimana Tuhan memberi visi, berdialog dengan mereka menunjukkan bahwa itu bukan Tuhan yang diajarkan Alkitab. Tidak sedikit pendeta akhir jaman ini tersesat dan terjebak dalam kubangan tersebut.

Kelangsungan berdialog terus menerus secara permanen dengan Allah tergantung masing-masing individu, apakah bersedia membuka pikirannya terhadap kebenaran.

Tuesday 18 September 2012

Medan Peperangan

Pikiran, inilah medan seseorang berdialog dengan Tuhan atau dengan musuh-Nya. Paulus dalam tulisannya mengemukakan bahwa dirinya menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Kor. 10:5). Ini merupakan perjuangan yang harus dilakukan setiap anak Tuhan (2 Kor. 10:4). Seorang yang gagal menaklukkan pikirannya kepada Kristus tidak akan pernah memahami bagaimana berdialog dengan Tuhan. Pikiran adalah tempat dimana terdapat pangkalan, pangkalan

untuk Tuhan atau musuh-Nya. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan agar kita menjaganya

dengan segala kewaspadaan (Ams. 4:23). Kata hati dalam teks ini adalah leb (בֵל) selain berarti hati juga berarti mind (pikiran). Percakapan dalam pikiran bisa berlangsung karena Tuhan Maha Tahu, tetapi hal ini bisa terjadi kalau seseorang memiliki pengertian yang memadai untuk bisa berdialog dengan Tuhan. Dengan kalimat lain, bila seseorang memiliki kemampuan berbahasa dengan Tuhan. Itulah sebabnya seseorang harus mengerti bahasa Tuhan. Bahasa Tuhan di sini maksudnya adalah kemampuan berpikir seperti Allah. Dalam Yohanes 8:43, Tuhan Yesus mengatakan:” Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Kata “menangkap” dalam teks aslinya adalah akuo (ἀκούω) yang berarti mengerti atau memahami. Tidak mengerti Firman Tuhan sehingga tidak memahami bahasa Tuhan artinya tidak mengerti apa yang dipercakapkan-Nya. Ini sama dengan tidak nyambung dengan Tuhan. Orang-orang Yahudi yang sebenarnya sangat giat mencari Allah, tetapi karena pengertiannya salah, maka mereka gagal menerima keselamatan dalam Yesus Kristus. Mereka tidak bisa diselamatkan.

Demikian pula dengan sebagian orang Kristen yang sebenarnya giat mencari Tuhan tetapi karena penyesatan terhadap mereka, berhubung dengan ajaran salah yang mereka serap, maka mereka tidak mengalami keselamatan. Seandainya nurani mereka baik, maka mereka juga dapat merasakan dalam batin bahwa ajaran yang mereka dengar adalah ajaran yang tidak berasal dari kebenaran. Tetapi berhubung mereka telah memilih mencintai dunia, maka mereka menjadi buta terhadap kebenaran. Mereka tidak mengerti bahasa Tuhan, sebab mereka tidak mengerti kebenaran Firman Tuhan. Malangnya mereka merasa bahwa mereka telah mendengar Firman Tuhan dan mengerti isi dan maksudnya. Kesalahan mereka adalah mereka mendengar kotbah yang tidak didasarkan pada penggalian Firman yang benar. Sehingga yang mereka dengar adalah ajaran manusia yang dijiwai oleh spirit percintaan dunia.

Percakapan dalam pikiran bisa berlangsung karena Tuhan Maha Tahu, ini terjadi kalau seseorang memiliki pengertian untuk bisa berdialog dengan Tuhan.

Monday 17 September 2012

2 Corinthians 4:17

The recent disturbance in your life is nothing more than a hiccup in the overall scheme of things. Do not give it more power than it deserves by obsessing over details. You must realize that I am expanding your spiritual discernment, which will also manifest in your natural awareness. Put your trust in Me for the long haul, for this is momentary light affliction, says the Lord. Refuse to become distraught.

2 Corinthians 4:17 For our light affliction, which is but for a moment, is working for us a far more exceeding and eternal weight of glory, while we do not look at the things which are seen, but at the things which are not seen. For the things which are seen are temporary, but the things which are not seen are eternal.

Perbudakan Emosi

Perasaan (emosi) dapat menjadi SAHABAT TERBAIK maupun MUSUH TERBURUK.

Perasaan-perasaan positif menghasilkan kehidupan yang produktif. Perasaan-perasaan yang negatif menghancurkan karakter, potensi, hubungan & peluang untuk sukses.

Kebenaran Firman Tuhan harus mewarnai perasaan (emosi) kita. Jika perasaan kita tidak diubahkan, kita dapat mengalami "perbudakan emosional" oleh karena emosi-emosi negatif yg dihasilkan oleh masa lalu kita.

Rasa rendah diri (minder), perasaan mudah tertolak, ketakutan, kekuatiran, iri hati, mudah tersinggung & berbagai perasaan negatif kita, dapat menahan kita di Padang Gurun.

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan PERASAAN yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"
(Filipi 2:5)

Apa yang kita rasa (perasaan) tidak selalu benar. Ketika kita merasa tidak dikasihi oleh seseorang, BELUM TENTU orang tersebut tidak mengasihi kita. Hanya saja kita MERASA TIDAK dikasihi.

TIDAK SEMUA YANG KITA RASA ITU BENAR!

Itu sebabnya kita harus bertindak berdasarkan KEBENARAN, bukan PERASAAN. Perasaan tidak stabil. Kadang kita merasa sayang thd seseorg, namun dilain wkt kita membenci org tsb.

Allah tidak mengasihi kita berdasarkan PERASAAN. IA mengasihi ketika kita berhasil maupun kita gagal. Allah bukan Pribadi yang "moody" dlm bertindak. IA konsisten & bisa dipercaya dalam cara IA MERASA & BERTINDAK atas kehidupan kita.

Bukan rancangan Allah untk kita hidup tertekan & frustasi. IA tdk mau kita hidup di dalam perbudakan emosi yg menghalangi kita berjalan dlm kemerdekaan & sukacita yang sejati.

Tanpa sukacita, kita tidak dapat menjadi GARAM & TERANG. Kehidupan penuh sukacita yg dilahirkan oleh emosi yg dimerdekakan TUHAN, mrpk sebuah kesaksian yg nyata bahwa Roh Allah sungguh ada di dlm kita.

Keluarlah dari penjara perasaan yg menghambat kita mengalami yg terbaik dari Allah. Alamilah kehidupan dgn kualitas ilahi setiap hari.

Sarana Dialog

Kalau dalam berdialog dengan sesama manusia selalu menggunakan beberapa sarana antara lain mulut, telinga serta anggota tubuh lainnya. Mulut untuk berbicara menyampaikan pesan dan telinga untuk mendengar. Mata juga dapat menjadi alat atau sarana komunikasi. Berdialog dengan Tuhan juga membutuhkan sarana. Kalau hanya menggunakan sarana-sarana tersebut maka itu baru dialog satu arah dan belum lengkap. Tuhan bisa melihat dan mendengar seseorang, tetapi dengan indera jasmani seseorang tidak bisa melihat Tuhan mendengar suara-Nya. Sarana untuk berdialog dengan Tuhan haruslah menggunakan pikiran. Percakapan yang ideal yang harus dimiliki anak-anak Tuhan adalah percakapan dengan pikiran. Itulah sebabnya perlunya melatih dan membiasakan pikiran berdialog dengan Tuhan. Persoalannya adalah dengan cara bagaimanakah seseorang melatih dan membiasakan diri berdialog dengan Tuhan dalam pikiran? Dengan cara mengisi pikiran dengan kebenaran-kebenaran Allah. Pikiran yang diisi dengan kebenaran yang murni dari hasil penggalian Firman Tuhan yang benar akan menciptakan percakapan dengan Tuhan terus menerus secara otomatis. Sebaliknya kalau pikiran diisi dengan konsep-konsep yang bertentangan dengan kehendak Allah, maka ia membangun komunikasi dengan musuh Allah. Tentu saja orang seperti ini tidak bisa “nyambung” dengan Tuhan atau tidak ada akses untuk berdialog dengan Tuhan. Semakin banyak kepalsuan yang diserap semakin nyambung dengan musuh Allah, tetapi semakin banyak kebenaran yang diserap maka semakin harmoni dan lancar dialog dengan Tuhan.

Tuhan tidak bisa berdialog dengan seseorang tanpa sarana kebenaran Firman Tuhan dalam pikiran orang tersebut. Sebagai gambaran, kalau seseorang bisa berdialog dengan sesamanya karena mereka memiliki pengertian yang sama dalam kata, kalimat, bahasa, pemahaman-pemahaman terhadap lingkungannya dan lain sebagainya. Seseorang tidak bisa berdialog dengan orang lain yang berbeda bahasa dan pengertian-pengertiannya terhadap lingkungan. Apalagi kalau berdialog dengan binatang, sudah sangat sulit dan mustahil. Kalau pun ada komunikasi, maka komunikasi tersebut komunikasi yang sangat terbatas. Kalau seseorang yang sejak kecil dibesarkan oleh orang hutan di tengah belantara hutan, setelah dewasa ia tidak akan bisa diajak berkomunikasi dengan manusia lain yang dibesarkan dalam lingkungan manusia. Itulah sebabnya Tuhan memberikan Firman-Nya yang memuat kebenaran yang harus terus menerus memperbaharui pikiran agar kita bisa berdialog dengan Dia.

Pikiran yang diisi dengan kebenaran yang murni dari hasil penggalian Firman Tuhan akan menciptakan percakapan dengan Tuhan terus menerus secara otomatis.

Sunday 16 September 2012

Mengembangkan Rasa Aman

Memiliki rasa aman yang dilandaskan pada Tuhan, adalah sesuatu yang tidak mudah, sebab dari masa kanak-kanak sudah biasa meletakkan landasan rasa aman pada sesuatu yang kelihatan atau di luar kekuatan Allah. Hal itulah yang secara sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung diajarkan oleh orang tua dan lingkungan. Biasanya manusia sudah terbiasa menikmati rasa aman dari berbagai fasilitas, hal tersebut merupakan sebuah rasa aman palsu. Hanya ketika seseorang tersudut pada suatu masalah berat yang tidak bisa ditanggulangi dengan kekuatan dan cara manusia, barulah membawanya kepada Tuhan. Sikap ini sesungguhnya sikap yang tidak pantas bagi Tuhan. Seharusnya seseorang harus merasa bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Tuhan, sebab keadaan selalu berubah tanpa kita ketahui sebelumnya. Manusia yang normal di mata Allah menjadikan Allah sebagai damai sejahteranya atau sebagai landasan rasa amannya. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus, bahwa damai sejahtera yang diberikan-Nya tidak sama dengan yang diberikan dunia kepada kita. Damai sejahtera atau yang sejajar dengan rasa aman yang Tuhan sediakan bagi kita berbeda dengan rasa aman yang dikenal oleh anak-anak dunia (Yoh. 14:27). Setelah Tuhan Yesus memberikan damai sejahtera, orang percaya menghadapi aniaya yang hebat. Mereka kehilangan kenyamanan hidup. Justru dalam keadaan seperti itulah mereka belajar merasakan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal (Flp. 4:7). Damai sejahtera inilah yang melindungi atau menjaga (Yun. Phroureo; φρουρέω). Pernyataan Paulus dalam Filipi 4:7 ini maksudnya dengan damai sejahtera Allah seseorang terhindarkan dari praktek pemberhalaan atau bersikap kurang pantas kepada Tuhan.

Membangun rasa aman yang benar dapat dilakukan dengan mengembangkan pertama, hati yang mengasihi Tuhan. Ini adalah landasan hidup bagi seseorang yang mau menerima semua anugerah dan kebaikan Tuhan yang tersedia. Kedua, mempercayai bahwa Tuhan adalah realitas yang mutlak. Untuk mengembangkan pengalaman ini seseorang harus serius mencari dan melayani Tuhan. Ketiga, meyakini bahwa segala sesuatu mendatangkan kebaikan atau akan menuntun ke sorga. Dalam hal ini tidak mempersoalkan lagi apakah sesuatu itu baik atau buruk menurut pikiran manusia, tetapi percaya hasilnya akan menyempurnakan kita. Terakhir ke empat, menerima dengan tunduk dan rela semua keputusan Allah, bukan saja hal yang menurut kita menyenangkan bahkan segala sesuatu yang menurut pikiran manusia sebuah malapetaka atau bencana. Damai sejahtera-Nya yang akan melindungi dan menjaga kita.

Rasa aman yang ditopang oleh sesuatu yang bukan berasal dari Allah adalah rasa aman yang palsu.

Friday 14 September 2012

Metalambano

Dengan bertindak seperti Allah Bapa, maka seseorang dapat dikatakan telah mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:9-10). Mengambil bagian dalam teks aslinya adalah metalambano (μεταλαμβάνω), artinya selain turut serta berperan juga berbagi bersama, turut serta berbagi dan jalan bersama. Hal ini menunjukkan kemampuan seseorang yang bersekutu atau berjalan dengan Tuhan setiap saat. Mereka mampu berdialog dengan Tuhan setiap saat dan pasti turut serta dalam menggenapi rencana-rencana-Nya. Demikianlah ciri anak Allah yang sah atau legal (huios), mereka dapat berdialog dengan Tuhan, mengerti kehendak Tuhan untuk dilakukan dalam hidup ini. Pikiran mereka tertuju kepada perkara-perkara sorgawi. Pribadi anak-anak Tuhan seperti ini pasti sangat luar biasa dalam kerendahan hati, ketulusan, kemurahan hati dan lain sebagainya. Mereka menjadi saksi kehadiran Tuhan melalui hidup mereka. Tentu orang-orang seperti ini akan membela pekerjaan Allah Bapa seperti membela nyawanya sendiri. Ia sudah menyadari bahwa Kerajaan Allah Bapa adalah kerajaannya sendiri. Mereka pantas disebut sebagai pangeran-pangeran Kerajaan Allah. Tentu saja mereka selalu mendengar komando dari Tuhan. Inilah sesungguhnya pelayan-pelayan Tuhan yang benar yaitu peka terhadap kehendak Allah. Tentu saja ini bukan hasil dari sekolah tinggi theologia atau kursus Alkitab, tetapi kesungguhan tanpa henti untuk bertumbuh dalam pengenalan akan kebenaran. Sejak di dunia ini sudah nampak sikap hormat, haus dan laparnya akan kebenaran. Selain itu juga pembelaan-Nya tanpa batas untuk pekerjaan Allah Bapa, seperti yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus.

Hari-hari ini kita temui masih saja banyak orang kristen yang tidak mengerti kehendak Allah dalam hidupnya, sehingga mudah disesatkan oleh pengajaran-pengajaran yang salah. Pikiran mereka tumpul, mereka tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Allah, karena mereka tidak mengerti tanggung jawabnya untuk mengenal Tuhan dengan benar. Ciri hidup orang Kristen seperti ini adalah mereka hidup sewajarnya sama seperti manusia lain. Mereka masih memiliki berbagai kesenangan-kesenangan yang menguasai jiwa mereka. Mereka tidak memiliki kehidupan yang membuat orang lain dapat melihat kehadiran Allah dalam hidup mereka. Mereka tidak membela atau mengutamakan pekerjaan Tuhan atau kepentingan Allah Bapa secara pantas. Mereka mendukung pekerjaan Tuhan ala kadarnya, sejatinya mereka tidak sungguh-sungguh turut memikul beban pelayanan. Mereka hanya “penggembira” dan masih mengambil keuntungan di balik kegiatan rohani yang mereka lakukan.

Kesungguhan tanpa henti untuk bertumbuh dalam pengenalan akan kebenaran membuat kita mengerti kehendak Tuhan.

Thursday 13 September 2012

Penyerahan Diri

Setiap hari Iblis berusaha membuat kita berjalan dalam 'keletihan rohani.' Keletihan rohani akan terus mencapai puncaknya ketika kita terus mengandalkan kekuatan kita sendiri untk mengerjakan rancangan kita, atau bahkan mengerjakan rencana Allah.

Kekristenan bukanlah tentang 'melakukan sesuatu' untuk Tuhan, melainkan Allah yang melakukan sesuatu untuk kita & MELALUI kita.

Agar dapat menang atas keletihan rohani, setiap hari kita harus MEMUTUSKAN untuk berjalan di dalam penyerahan diri.

Berserah bukan berarti PASIF. Melainkan SECARA AKTIF mencari tahu kehendak Allah dengan hasrat untuk melakukannya.

Ada bynk mujizat yg tertunda krn kita berjalan dgn kekuatan sendiri. Penyerahan diri membuat solusi datang lebih cepat.

Musuh kekristenan bukan hanya Iblis, tetapi juga 'kedagingan.' Diri kita sendirilah yg berpotensi paling besar untk menghalani rencana Allah terjadi dalam hidup kita.

"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."
(1 Petrus 5:7)

Berjalanlah dalam penyerahan diri! Percayailah waktu TUHAN dalam kehidupan kita. Bersabarlah dalam penantian akan janji TUHAN. Jangan mendahului TUHAN!

Penyerahan diri merupakan jalan Alkitabiah untuk mendapatkan yang terbaik dari TUHAN.

"Tidak ada istirahat tanpa penyerahan diri!"

Usaha Untuk Disahkan

Hidup dalam dunia ini adalah sekolah kehidupan, dimana anak-anak Tuhan dididik untuk menjadi cerdas seperti Allah Bapa. Demikianlah ada jenjang atau tingkatan yang berbeda pada setiap anak Tuhan. Alkitab menyebut ada yang sudah dewasa dan yang lain belum. Seperti orang tua di dunia ini mendidik anak-anaknya demikian pula Allah Bapa di Sorga mendidik umat pilihan yang mengasihi Dia. Goal dari pendidikan tersebut adalah agar anak-anak Tuhan memiliki kecerdasan

roh. Kecerdasan roh artinya kemampuan berpikir seperti Allah berpikir. Dengan kemampuan ini seseorang dapat bertindak seperti Allah Bapa. Bertindak seperti Allah bertindak adalah ukuran kesucian Allah Bapa. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus sempurna seperti Allah Bapa. Hal ini merupakan proses legalitas sebagai anak-anak Allah agar kita menjadi anak yang sah atau pangeran-pangeran Kerajaan Allah (Yun. Huios; υἱοί). Kalau seseorang tidak dididik atau menolak didikan Allah maka ia menjadi anak yang tidak sah atau anak yang tidak legal bagi Allah (Yun. nothos; νόθος). Tentu mereka tidak akan pernah menjadi anak-anak Allah selama-lamanya. Mereka bukan bangsawan Sorgawi. Dalam hal ini setiap orang percaya memasuki perlombaan. Inilah yang dimaksud dengan perlombaan yang diwajibkan (Ibr. 12:1).

Paulus menunjukkan pergumulan ini dengan berbagai pernyataan, seperti seorang yang ada dalam gelanggang lari (1 Kor. 9:24-27), usaha untuk menangkap atau mencapai kesempurnaan, sama seperti Tuhan telah menangkapnya dan lain sebagainya (Flp. 3:12). Ini berarti ada yang lulus dan yang gagal, ada yang berhasil menangkap dan ada yang tidak berhasil menangkap. Kita mengerti mengapa Tuhan Yesus menyatakan bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih (Mat. 22:14). Tuhan memberi mandat untuk memuridkan manusia. Dengan demikian tidak semua murid bisa naik kelas atau lulus. Lebih jelas lagi mengapa Tuhan Yesus menyatakan bahwa hanya yang menang yang akan menerima mahkota kehidupan dan didudukkan bersama dengan Dia dalam kemuliaan-Nya (Why. 2:7,11,17,24,25; 3:5,12,21). Lebih tegas lagi bahwa yang menang adalah mereka yang akan menjadi anak-anak Allah (Why. 21:7). Ini berarti tidak mudah seseorang dapat menjadi anak-anak Allah yang diakui sah sebagai anak-Nya. Perjalanan hidup di dunia merupakan pergumulan untuk memperoleh pengesahan sebagai anak oleh Allah Bapa di Sorga. Hal ini jelas tidak otomatis terjadi ketika seseorang menjadi orang Kristen. Jadi, banyak orang hari ini yang merasa dan mengaku anak Tuhan, padahal belum tentu ia diakui secara benar dan sah (2 Kor. 6:17-18).

Perjalanan hidup di dunia merupakan pergumulan untuk memperoleh pengesahan sebagai anak-anak Allah yang sah.

Kekayaan Tidak Kena Pajak

Suatu hari dtglah pegawai pajak ke rumah seorang pendeta utk menghitung pajak yg hrs dibayarnya.

"Apa yg kau miliki ?", tanya pegawai pajak. "Oh, aku sangat kaya," jawab pendeta itu.

"Tolong daftarkan kekayaanmu, kt si pegawai pajak. Pendeta itu menjawab, "Pak ini kekayaan saya"..:

1. Saya mempunyai Hidup yg KEKAL (Yoh.3:16).
                             
2. Saya mempunyai rmh di SURGA (Yoh.14:2)

3. Saya mempunyai DAMAI SEJAHTERA yg melampaui segala akal (Filipi 4:7)                                   
4. Saya mempunyai SUKACITA yg tdk Terkatakan (1 Pet.1:8)

5. Saya mempunyai KASIH ILAHI yg tdk berkesudahan (1 Kor.1:8)

6. Saya mempunyai anak2 yg MANIS dan TAAT (Kel.20:12).
           
7. Saya mempunyai Isteri yang Cakap (Ams.31:10)

8. Saya mempunyai teman2 yg BAIK dan Suka Menolong (Ams.18:24).

9. Saya mempunyai nyanyian di malam hari - nyanyian Sukacita di kala duka  (Mzm.42:9)

10. Saya mempunyai Mahkota Kehidupan (Yak.1:12)

Pegawai pajak menutup bukunya sambil berkata, "Benar, Bpk sungguh org kaya, tp semua kekayaan Anda tidak kena pajak"..

Wednesday 12 September 2012

Psalms 107:21

When your focus is narrowed so that you obsess over things that are not going your way or working the way you desire, you lose perspective and vision. Refuse to concentrate on your worries and woes and do not allow you heart to be hardened to the point of being ungrateful. You can choose to maintain a positive outlook, which will improve your disposition and mental health, says the Lord. Do not despair.

Psalms 107:21 Oh, that men would give thanks to the LORD for His goodness, and for His wonderful works to the children of men!

Usaha Keluar Dari Tempat Celaka

Harus dipertimbangkan bahwa tempat di mana terdapat ratap dan kertak gigi bukanlah tempat yang tidak mungkin bisa dialami setiap kita. Harus berpikir bahwa tempat itu bisa dialami oleh setiap kita, kalau kita tidak serius menghindarkannya. Ini bukan membangun perasaan negatif atau berpikir pesimis. Ini cara berpikir realistis dan jujur. Cara berpikir inilah yang dihindarkan oleh iblis untuk kita alami. Sama seperti bukan sesuatu yang salah kalau anak-anak berpikir dan mempertimbangkan bahwa mereka bisa menjadi orang miskin, mereka bisa masuk penjara karena mengkonsumsi narkoba bahkan mengalamai penderitaan yang lebih besar dari itu. Hal itu akan menjadi pemicu seseorang belajar rajin, menghindari pergaulan buruk dan berbagai cara hidup yang salah yang bisa menjerumuskan seseorang pada kegagalan hidup. Ini sama dengan kita, pada waktu datang ke rumah sakit melihat orang sakit oleh suatu penyebab, maka kita berusaha untuk menghindarkan diri dari penyebab suatu penyakit.

Itulah sebabnya di beberapa tempat ditaruh sebuah kendaraan yang ringsek karena sebuah tabrakan atau kecelakaan yang hebat. Mobil ringsek tersebut menjadi peringatan agar orang-orang berkendaraan lebih hati-hati. Selama ini yang dicekokkan di dalam pikiran banyak orang Kristen adalah “iman” bahwa ia sudah selamat karena percaya kepada Tuhan Yesus. Padahal iman bagaimanakah yang menyelamatkan tidak diajarkan dengan jelas. Iman yang mereka miliki adalah iman palsu yang belum membawa seseorang kepada keselamatan. Iman yang sejati akan membuahkan tindakan nyata melakukan kehendak Allah dengan sempurna, hidup dalam pengabdian sepenuhnya kepada Allah dan pelayanan tanpa batas kepada Tuhan. Harus diakui, sedikit sekali orang yang memiliki iman yang sejati seperti itu. Hal ini terbukti dengan buah kehidupan yang diekspresikan oleh orang Kristen kebanyakan. Sebagian besar mereka memiliki cara hidup yang tidak berbeda dengan cara hidup anak-anak dunia. Hanya bedanya, mereka merasa anak-anak Allah karena pengaminan akali menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, pada hal pengakuan itu harus diekspresikan dalam perbuatan konkrit. Sekarang bayangkan Anda ada di tempat di mana terdapat ratap dan kertak gigi, betapa mengerikan keadaan itu. Oleh sebab itu, selagi masih ada kesempatan untuk terhindar dari tempa tersebut, kita harus berusaha untuk menghindarkannya dengan sangat serius. Hal ini harus menjadi prioritas yang tidak tergeserkan oleh kesibukan apapun juga. Kita harus menempatkan hal tersebut sebagai hal penting dan selalu darurat.

Kita harus berusaha dengan sangat serius untuk menghindarkan diri kita dari tempat celaka, bukan menghindarkan diri untuk melupakannya.

Tuesday 11 September 2012

Kerendahan Hati

Kerendahan hati adalah salah satu pelajaran rohani paling keras yg pernah dialami oleh bnyk org percaya. Dlm keadaan-keadaan tertentu kita merasa telah dibawa turun ke 'tempat' yg paling rendah & gelap di dlm kehidupan kita.

Momen-momen yg menyakitkan biasanya tdk akan berhenti sampai kita mulai MENGAKU. Mengakui kesombongan kita & merendahkan hati di hadapan Tuhan.

Bbrp orang Kristen yg 'terlalu percaya diri' justru mengalami kejatuhan yg sgt menyakitkan. Pengalaman pernah dipakai oleh Tuhan & membangun standard kehidupan rohani yg tinggi melalui berbagai pencapaian, dpt membuat seseorg menjadi tinggi hati & mudah menghakimi org lain.

"Keangkuhan hatimu tlh memperdayakan engkau, ya engkau yg tinggal di liang-liang batu, di tmpt kediamanmu yg tinggi; engkau yg berkata dlm hatimu: "Siapakah yg sanggup menurunkan aku ke bumi?" -Obaja 1:3

"Sekalipun engkau terbang tinggi spt burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang2, dr sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN." -Obaja 1:4

Ada bynk MUJIZAT yg TERHAMBAT oleh krn SIKAP HATI YG SALAH. Semakin kita TIDAK MAU BERUBAH, semakin lama kita berurusan dgn PENUNDAAN.

Allah ingin kita 'mengaku.' Di tengah benturan yg keras, badai yg besar, jalan buntu, serta berada di tempat paling rendah & gelap, Allah ingin kita mengakui ketidakmampuan kita. Mengakui setiap kesombongan kita, & meminta Allah mengaruniakan kerendahan hati.

"Jd Ia MERENDAHKAN HATIMU, MEMBIARKAN ENGKAU LAPAR & memberi engkau makan manna, yg tdk kaukenal & yg jg tdk dikenal oleh nenek moyangmu, u/ MEMBUAT ENGKAU MENGERTI, bhw manusia hidup bukan dr roti saja, ttp manusia hidup dr sgl yg diucapkan TUHAN." -Ul 8:3

Ketika kita menjalani hidup dgn kerendahan hati, kita akan mendapati kehidupan kita menjadi lebih ringan, shg kita dpt berlari lebih cepat ke arah tujuan, yaitu panggilan Allah dlm hidup kita.

Disiplin

Kerendahan hati adalah salah satu pelajaran rohani paling keras yg pernah dialami oleh bnyk org percaya. Dlm keadaan-keadaan tertentu kita merasa telah dibawa turun ke 'tempat' yg paling rendah & gelap di dlm kehidupan kita.

Momen-momen yg menyakitkan biasanya tdk akan berhenti sampai kita mulai MENGAKU. Mengakui kesombongan kita & merendahkan hati di hadapan Tuhan.

Bbrp orang Kristen yg 'terlalu percaya diri' justru mengalami kejatuhan yg sgt menyakitkan. Pengalaman pernah dipakai oleh Tuhan & membangun standard kehidupan rohani yg tinggi melalui berbagai pencapaian, dpt membuat seseorg menjadi tinggi hati & mudah menghakimi org lain.

"Keangkuhan hatimu tlh memperdayakan engkau, ya engkau yg tinggal di liang-liang batu, di tmpt kediamanmu yg tinggi; engkau yg berkata dlm hatimu: "Siapakah yg sanggup menurunkan aku ke bumi?" -Obaja 1:3

"Sekalipun engkau terbang tinggi spt burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang2, dr sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN." -Obaja 1:4

Ada bynk MUJIZAT yg TERHAMBAT oleh krn SIKAP HATI YG SALAH. Semakin kita TIDAK MAU BERUBAH, semakin lama kita berurusan dgn PENUNDAAN.

Allah ingin kita 'mengaku.' Di tengah benturan yg keras, badai yg besar, jalan buntu, serta berada di tempat paling rendah & gelap, Allah ingin kita mengakui ketidakmampuan kita. Mengakui setiap kesombongan kita, & meminta Allah mengaruniakan kerendahan hati.

"Jd Ia MERENDAHKAN HATIMU, MEMBIARKAN ENGKAU LAPAR & memberi engkau makan manna, yg tdk kaukenal & yg jg tdk dikenal oleh nenek moyangmu, u/ MEMBUAT ENGKAU MENGERTI, bhw manusia hidup bukan dr roti saja, ttp manusia hidup dr sgl yg diucapkan TUHAN." -Ul 8:3

Ketika kita menjalani hidup dgn kerendahan hati, kita akan mendapati kehidupan kita menjadi lebih ringan, shg kita dpt berlari lebih cepat ke arah tujuan, yaitu panggilan Allah dlm hidup kita.

Hebrews 4:9-10

You are in a time of transitioning into a new season, and the enemy is bringing a storm of confusion to get you to believe that you are going the wrong direction. You need to stay cool, calm and collected. Be quiet and do nothing apart from My leading, says the Lord. I am releasing a particular anointing to rest and wait for the moving of My Spirit.

Hebrews 4:9-10 There remains therefore a rest for the people of God. For he who has entered His rest has himself also ceased from his works as God did from His.

Mental Domba

Irama hidup rutin terus menerus yang sama, yang dialami bisa menipu seseorang, seakan-akan keadaan hidup akan tetap sama. Hal ini tidak memberi sikap waspada, tetapi membuat seseorang cenderung ceroboh. Ia tidak sadar bahwa ia sedang menuju jebakan maut yang tidak bisa dihindarkannya lagi. Oleh sebab itu seseorang harus berpikir bahwa keadaan tidak selalu sama. Setiap detik keadaan bisa berubah. Inilah sikap berjaga-jaga yang harus dikembangkan terus. Karena setiap saat keadaan bisa berubah, di mana waktu yang diberikan Tuhan usai dan seseorang harus menghadap tahta pengadilan Allah, maka seseorang harus setiap saat dalam kondisi yang berkenan kepada Allah. Bukan sekedar yakin diterima oleh Tuhan atau yakin sudah berkenan kepada Tuhan, tetapi benar-benar berkeadaan berkenan kepada Tuhan. Ini bukan hanya sekedar sebuah keyakinan tetapi perjuangan yang menghasilkan buah kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.

Kebiasaan untuk selalu berkeadaan berkenan kepada Tuhan, akan menjadi irama hidup di mana seseorang tidak merasa betah jika melakukan suatu kesalahan atau berkeadaan yang tidak menyukakan hati Allah. Ini kebalikan dari keadaan seseorang yang terbiasa ceroboh. Ia merasa nyaman saja walaupun keadaanya tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dalam hal ini seseorang diperhadapkan kepada kebiasaan membangun mental babi atau mental domba. Seekor domba tidak akan betah ada di kubangan kotor. Dijatuhkan di kubangan kotor, maka ia pasti akan berusaha keluar dari sana. Tetapi seekor babi tidak akan betah berlama-lama berada di sofa bersih di ruang tamu. Ia akan segera masuk ke kubangan kotor pembuangan sampah dan kotoran, jika mendapat kesempatan menceburkan diri di dalamnya. Proses pembiasaan ini membutuhkan waktu lama. Kalau seseorang sudah terbiasa menikmati kehidupan tanpa persekutuan dengan Allah dan pelayanan bagi-Nya, maka ia akan merasa nyaman hidup dengan cara demikian. Tetapi kalau seseorang sudah terbiasa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan pelayanan bagi-Nya, ia tidak akan betah hidup tanpa cara ini. Baginya persekutuan dengan Tuhan dan hidup dalam pelayanan serta pengabdian kepada-Nya merupakan satu-satunya dunia yang ia miliki. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan dalam penghayatan bahwa kita adalah musafir di dunia ini. Dengan demikian pengharapan dan kerinduan terhadap langit baru dan bumi yang baru akan semakin kuat. Sulit bagi mereka untuk hidup dalam dosa. Semakin hari dunia akan semakin kurang menarik baginya. Belenggu percintaan dunia semakin pudar dan tidak mengikatnya sama sekali.

Selalu berkeadaan berkenan kepada Tuhan harus menjadi irama hidup di mana seseorang tidak merasa betah jika berkeadaan yang tidak menyukakan hati Allah.

Monday 10 September 2012

Mengindahkan Tuhan

Tidak ada orang yang menyangka bahwa suatu saat ia bisa ada di ruang ICU di suatu rumah sakit. Ia tidak pernah berpikir bahwa suatu saat ia ada di tempat yang paling tidak disukai oleh siapapun. Tetapi keadaan sudah tidak bisa dihindari lagi, ia harus ada di tempat itu. Biasanya penolakan berakhir pada sikap menyerah, karena ia tidak berdaya untuk menghindarinya. Penyesalan dan kesedihan akan menyelimuti jiwanya, atau juga bahkan mungkin kemarahan. Ia marah sebab ia tidak menyukai tempat itu. Ia mulai menoleh ke belakang hari, mengingat-ingat perjalanan hidup yang telah dijalaninya. Ia berpikir seharusnya ia berhati-hati dalam pola hidup, pola makan dan seluruh tindakannya, agar terhindar dari ruangan tersebut. Penyesalan biasanya datang belakangan tetapi penyesalan tidak akan dapat merubah keadaan yang telah terjadi.

Ini baru sebuah fragmen kehidupan nyata anak manusia yang masuk ruang ICU rumah sakit, betapa dahsyatnya kalau seseorang masuk kegelapan abadi. Penyesalan yang sangat dalam digambarkan sebagai “ratap dan kertak gigi” (Mat. 8:11-12). Ratap dan kertak gigi menunjukkan penyesalan, kesedihan atau bahkan mungkin kemarahan atas suatu keadaan yang tidak ia sukai. Ia tidak sanggup untuk menoleh ke belakang yaitu hari dan tahun-tahun yang telah dilalui, sebab ia sadar bahwa waktu tidak bisa diputar ke belakang. Respon terhadap keadaan itu hanyalah ratap dan kertak gigi. Betapa mengerikan keadaan tersebut.

Kalau hari ini ada orang yang memberi peringatan terhadap kita, mengenai keadaan itu, betapa berharganya peringatan tersebut. Seperti Nuh yang memberitakan kebenaran kepada orang-orang pada jaman air bah. Seandainya orang-orang pada jaman Nuh menghargai seruannya, maka air bah tidak akan menghanyutkan mereka yang menghargai seruan tersebut dengan ikut masuk bahtera Nuh. Tetapi tidak ada orang yang mempercayai berita yang disampaikan Nuh, mereka menolaknya dan binasa. Hal ini sama dengan penolakan masyarakat kota Sodom dan Gomora yang mengabaikan peringatan Lot. Bahkan mereka berusaha mencelakai Lot dan malaikat utusan Allah. Seperti Yunus yang berseru-seru di jalan-jalan kota Niniwe agar masyarakat kota Niniwe bertobat. Walau Yunus sendiri tidak mengharapkan pertobatan orang Niniwe. Tetapi bagaimanapun seruannya membawa dampak, yaitu pertobatan kota Niniwe sehingga mereka dihindarkan dari hukuman Allah. Kalau ada peringatan semacam ini pada jaman kita, jangan diabaikan. Mengabaikan kesempatan ini berarti tidak mengindahkan Tuhan.

Mengabaikan peringatan dan kesempatan yang Tuhan berikan berarti tidak menghormati Tuhan.

Sunday 9 September 2012

Proverbs 18:21

What will your choose? Gratitude or grumbling? One will lead to strength and blessing and the other to weakness and cursing. Beloved, I want you to understand the importance of your choices as you decide what you will think or speak, says the Lord. I have already told you not to worry about anything or be afraid, but to pray with thanksgiving in your heart. I answer your faith and gratitude with a mighty outpouring of My blessings.

Proverbs 18:21 Death and life are in the power of the tongue, And those who love it will eat its fruit.

Serius Pada Fokus

Untuk bertumbuh dalam sikap batiniah yang baik seseorang harus serius fokus. Hal ini tidak merusak kinerja dalam berbagai kegiatan kehidupan seperti studi, berkarir, mencari nafkah atau bisnis, mengurus rumah tangga dan lain sebagainya. Justru melalui berbagai kegiatan tersebut seseorang berlatih untuk memiliki sikap batiniah yang baik di mata Tuhan. Tanpa bertemu dengan manusia lain dan menghadapi berbagai persoalan hidup seseorang tidak akan mengerti bagaimana mengelola sikap batin yang baik. Malahan kondisi yang sulit dalam kehidupan membuat manusia batiniah seseorang terbentuk dengan baik (2 Kor. 4:16-18; 1Ptr. 3:1-4). Kegiatan hidup bukanlah sekedar kegiatan saja (biasanya untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat materi atau duniawi), tetapi kegiatan hidup adalah sekolah menggarap sikap batiniah yang baik di mata Allah. Melalui kegiatan hidup tersebut kita belajar mengasihi sesama manusia (siapapun) dengan tulus, jujur dalam segala hal, rendah hati yang murni, mengupayakan keselamatan orang lain, menopang yang lemah tanpa pamrih, mengenakan kelemah lembutan, tidak serakah dan egois, tidak mencari pujian dan sanjungan, mengontrol emosi, merasa puas dengan apa yang ada, hidup dalam kesederhanaan dan lain sebagainya.

Sikap batiniah yang dimaksud di sini adalah sikap batiniah yang berstandar Kristus atau sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Dalam teks aslinya, pikiran dan perasaan Kristus ini adalah phroneo (φρονέω). Kata ini searti dengan sikap batiniah. Oleh sebab itu harus disadari sepenuhnya bahwa kalau kita datang kepada Tuhan Yesus atau menjadi orang Kristen, ada agenda penting yang harus dimengerti. Agenda itu adalah belajar dari Tuhan Yesus sikap batiniahnya (Mat. 11:28-29). Fokus hidup kita harus ditujukan sepenuhnya kepada hal ini. Inilah yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di Sorga. Setiap hari berlimpah mutiara kekayaan kebenaran yang Tuhan sediakan dan Tuhan hendak ajarkan kepada kita. Tetapi oleh karena tidak serius fokus pada hal ini, maka kekayaan tersebut berlalu sia-sia. Ini sebenarnya yang dimaksud dengan menyia-nyiakan keselamatan (Ibr. 2:3). Jangan merasa tidak menyianyiakan keselamatan hanya karena anda bergereja. Ingat, tidak semua orang yang ada di restoran berarti makan. Menyia-nyiakan keselamatan berarti menolak untuk berubah menjadi seperti yang Allah Bapa kehendaki, sebab keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula. Sayang sekali, banyak hal yang telah menyita perhatian kita, sehingga melalui hal ini iblis dapat kesempatan mencuri dan membinasakan.

Malahan kondisi yang sulit dalam kehidupan membuat manusia batiniah seseorang terbentuk dengan baik.

Makna Berbuat Baik

Orang yang haus dan lapar akan kebenaran bukan hanya berusaha mendengar kotbah sebanyak mungkin, mengikuti seminar-seminar dan aktif dalam berbagai kegiatan rohani. Haus dan lapar akan kebenaran juga merupakan keinginan untuk memiliki sikap hidup dan perilaku yang benar-benar tidak bercela. Untuk itu harus belajar dari hal-hal yang sederhana yang dialami setiap hari. Hal-hal sederhana sebenarnya bukanlah hal yang bernilai kecil atau biasa dianggap murahan. Hal-hal yang terjadi dalam kehidupan setiap saat adalah fasilitas proses belajar yang sangat menentukan kualitas hidup ini. Dari hal-hal yang sederhana tersebut kita membangun kualitas moral yang baik. Tentu harus membangun kualitas moral yang baik di mata manusia terlebih dahulu kemudian meningkat memiliki kualitas moral yang baik di mata Tuhan.

Ciri dari kualitas moral yang baik di mata manusia adalah menjadi pribadi yang tidak melukai siapapun. Dari hal ini manusia batiniah yang cemerlang seperti Tuhan Yesus dibentuk dari waktu ke waktu. Hal ini menjadi tidak menarik bagi mereka yang merasa bahwa keselamatan bukan karena perbuatan baik. Dengan kualitas moral yang mereka miliki, mereka merasa sudah sah sebagai anak-anak Allah yang diperkenan masuk Kerajaan Sorga. Banyak orang yang konsep keselamatannya demikian, memandang rendah orang yang berusaha memiliki moral yang baik. Mereka diejek oleh orang-orang Kristen tersebut dengan ejekan bahwa perbuatan baik tidak menyelamatkan. Orang-orang Kristen picik ini tidak memperhatikan Firman Tuhan, bahwa semua orang akan dihakimi menurut perbuatannya. Harus diperhatikan, bagaimana Paulus berusaha hidup berkenan kepada Allah (2 Kor. 5:9-10; 4:16). Apakah ini berarti Paulus tidak konsisten dengan ucapannya, bahwa manusia diselamatkan bukan karena perbuatan baik? Kalau perbuatan baik tidak memiliki peran, mengapa Paulus berusaha untuk berkenan kepada-Nya?

Usaha seperti yang dilakukan oleh Paulus ini sudah jarang dilakukan oleh banyak orang Kristen hari ini. Mereka merasa sudah aman dengan statusnya sebagai orang Kristen dan merasa bahwa status itu juga membuat ia secara otomatis menjadi anak Tuhan. Orang-orang Kristen yang memiliki konsep yang salah ini memang tidak menjadi orang jahat, mereka juga belajar memiliki moral yang baik, tetapi tidak berusaha untuk mencapai level kesempurnaan manusia batiniah seperti yang dikehendaki oleh Allah. Mereka cenderung merasa puas dengan moral baik yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan orang yang sudah lama menjadi Kristen karena tradisi.

Ciri dari kualitas moral yang baik adalah menjadi pribadi yang tidak melukai siapapun.

Friday 7 September 2012

Harus Lebih Unggul

Dalam berbagai aliran agama dan filosofi kita temukan banyak orang berupaya untuk mengolah batin supaya memiliki hidup yang berkualitas. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk itu, dan kenyataannya mereka bisa mencapai pengalaman-pengalaman batiniah yang baik sampai memukau manusia lain. Beberapa filosofinya tersebut antara lain: berusaha berlaku sejujur-jujurnya dalam segala hal, berusaha menolong sesama yang berkekurangan, beramal, berusaha tulus kepada semua orang dan rendah hati, menjaga perkataan, kesetiaan memegang janji, berusaha hidup bersahaja, tidak menikah demi supaya menjaga kesucian, mengalah terhadap orang-orang yang memusuhinya, tidak membunuh mahkluk hidup, berpuasa untuk menyucikan jiwa, berusaha berpikir bersih, berusaha tidak terikat dengan dunia ini, mereka sengaja hidup dalam kemiskinan dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut bisa dikatakan mengelola batin, juga disebut pertarakan. Walaupun tidak semua benar, tetapi sebagian besar filosofi itu membuat mereka memiliki hidup yang berkualitas lebih dari pada mereka yang tidak mengolah batin.

Di lain pihak banyak orang Kristen yang meyakini dan merasa bahwa keselamatan karena anugerah, bukan karena perbuatan baik, maka tidak ada usaha yang serius untuk mengolah batin. Sehingga mereka tidak pernah mengenal bagaimana bergumul untuk memiliki batin yang benar. Sebagai akibatnya, terdapat fakta banyak orang Kristen yang kualitas moralnya jauh lebih rendah dari orang non Kristen. Tetapi mereka merasa bahwa itu bukan masalah sama sekali sebab menurut mereka keselamatan bukan karena perbuatan baik. Betapa bodohnya pikiran ini. Memang keselamatan bukan karena perbuatan baik, tetapi kalau seseorang masuk dalam proses keselamatan, maka ia harus bertumbuh dalam kualitas diri yang mengungguli manusia lain. Memahami kebenaran Allah adalah hal yang mutlak, tetapi sementara belajar kebenaran Firman, kita harus berusaha memiliki sikap batiniah yang baik. Sulitlah diajar untuk mengelola batin kalau seseorang belum melangkah untuk berusaha memahami. Ketika seseorang berusaha untuk memiliki sikap batiniah yang baik maka ia baru mengerti pergumulan mengelola batin itu. Selanjutnya Roh Kudus akan menuntunnya. Perjalanan membangun sikap batiniah yang sempurna ini adalah perjalanan panjang yang tidak pernah berhenti sampai mati. Jadi, hendaknya seseorang tidak merasa sudah puas dengan level yang sudah dicapai. Dan jangan putus asa bila mengalami pengalaman jatuh bangun dan sulitnya membangun sikap batiniah yang baik (Yoh. 16:13).

Seseorang masuk dalam proses keselamatan, maka ia harus bertumbuh dalam kualitas batin yang mengungguli manusia lain.

Thursday 6 September 2012

Acts 3:19

Take the time necessary to relax and recover from the stress and pressure that you have experienced recently. You will need to come into My presence softly, not coming to do business or to pray and intercede, but coming into My atmosphere where you can thrive spiritually, emotionally, mentally and physically. Come and be refreshed, says the Lord.

Acts 3:19 "Repent therefore and be converted, that your sins may be blotted out, so that times of refreshing may come from the presence of the Lord."

Menerima Anugerah

Panggilan untuk menerima anugerah tidak otomatis membuat seseorang menerima anugerah. Anugerah itu harus diresponi secara benar. Harus diingat bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih (Mat. 22:14). Penjelasan ini bukan berarti membuat anugerah menjadi kurang berharga tetapi justru menjadi sangat berharga dan tidak murahan. Memahami anugerah harus tepat benar. Anugerah bukan berarti manusia si penerima anugerah tidak memiliki langkah sama sekali untuk meraih anugerah tersebut. Kalau seseorang mendapat suatu hadiah gratis tanpa membayar (anugerah), bukan berarti dia hanya diam saja lalu anugerah datang dengan sendirinya. Ia harus melangkah mengambil hadiah tersebut. Inilah respon tersebut. Jika manusia bisa atau boleh diam saja menerima anugerah, manusia menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab sama sekali. Pola ini bertentangan dengan hakekat Allah dan hakekat manusia. Perjalanan bangsa Israel di padang gurun juga menunjukkan hakekat tersebut. Allah membebaskan mereka, tetapi mereka juga harus bertanggung jawab atas proyek pembebasan tersebut. Bahkan tanggung jawabnya sampai pada titik di mana Allah seakan-akan tidak ikut bertindak, yaitu ketika mereka masuk tanah Kanaan, bangsa Israel harus menaklukkan bangsa-bangsa di Kanaan dengan perang dan secara bertahap.

Di seluruh kitab Perjanjian Baru, kita temukan panggilan untuk menerima anugerah tersebut dalam berbagai bentuk, seperti misalnya panggilan untuk dijadikan murid, harus memikul kuk dan belajar dari Tuhan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, perjuangan untuk masuk pintu yang sesak, meninggalkan segala sesuatu barulah dapat menjadi murid Tuhan, tidak mengasihi nyawa, tidak mengasihi dunia ini dan segala isinya dan lain sebagainya. Semua ini tidak bisa diraih dalam sekejab, harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh masing-masing individu. Kesalahpahaman mengenai hal ini tidak menggerakkan seseorang untuk bertumbuh dalam Tuhan. Mereka hanya menunggu anugerah yang mengerjakan semuanya. Mereka berpikir kalau manusia dituntut responnya maka anugerah tidak lagi menjadi anugerah. Mereka berpikir bahwa keselamatan adalah “only by grace dan only by faith” (hanya oleh anugerah dan hanya oleh iman). Respon manusia tidak dibutuhkan sama sekali. Semua dikerjakan oleh Allah agar manusia tidak bisa sombong. Sejatinya, sekalipun manusia memberikan respon, respon manusia bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai jasa. Jadi, Paulus bisa mengatakan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha kita, maksudnya bahwa manusia mau berbuat sesempurna bagaimanapun jika tanpa salib menjadi percuma.

Anugerah mengandung tanggung jawab. Percaya mengandung resiko.

Penyertaan Allah

"... bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu." -Hagai 2:5c

Penyertaan Allah menghasilkan kualitas kehidupan yg berbeda dlm hidup seseorg. Coba perhatikan kehidupan Abraham, Yusuf, Musa, Yosua, Daud, Daniel & tokoh-tokoh Alkitab lainnya yg mengalami penyertaan Allah.

Peran penyertaan Allah jauh lebih besar dari kemampuan, kepandaian, kekayaan, popularitas & fasilitas yg kita miliki. Tanpa penyertaan Allah, kita tidak dapat menyelesaikan apa yg Allah ingin kita selesaikan.

Penyertaan Allah berkaitan dengan sebuah kata penting, yaitu: TANGGUNG JAWAB.

Coba perhatikan Amanat Agung Tuhan Yesus:

"Krn itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku & baptislah mrk dlm nama Bapa & Anak & Roh Kudus, & ajarlah mrk melakukan sgl sst yg telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku MENYERTAI kamu senantiasa sampai kpd akhir zaman." (Matius 28:19-20)

Ketika kita mengerjakan tanggung jawab kita, maka Allah akan menyertai. Penyertaan Allah tidak bekerja di dalam KEMALASAN. Jika kita tidak melakukan apa-apa maka kita tidak memerlukan penyertaanNYA.

Ketika kita mengerjakan tanggung jawab yg Allah berikan, sekecil apapun kelihatannya tanggungjawab tersebut, kita akan MENGALAMI PENYERTAANNYA.

Setiap hari & setiap saat, Allah selalu menyertai kita anak-anakNya. Walaupun demikian, seringkali kita tidak MENGALAMI PENYERTAANNYA karena tidak berjalan di dalam ketaatan & penyerahan diri kpd Allah. Kita lebih suka mengerjakan apa yang kita inginkan atau menyelesaikan sgl sst dengan 'cara kita' sendiri.

Kerinduan Allah untuk menyertai kita jauh lebih besar dari kerinduan kita untuk mengalami penyertaanNYA.

"Lalu BERTANYALAH Daud kepada TUHAN: "Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?" Jawab TUHAN kepada Daud: "Pergilah, kalahkanlah orang Filistin itu dan selamatkanlah Kehila." (1 Samuel 23:2)

Memberi Yang Terbaik

Org yg selalu 'memberi yg terbaik' tdk akan  menyesali hidupnya. Passion (gairah) akan membuat pekerjaan kita maksimal. Jika kita tdk memberi yg terbaik dlm sgl sst, kita akan menjadi org yg 'sering menyesal' krn hasil-hasil yg kita peroleh.

Kita dipanggil u/ memberi yg terbaik di dalam segala situasi.  Berilah yg terbaik krn SIAPA KITA, bukan krn melihat 'dgn siapa kita berhadapan.' Sikap suka meremehkan org lain berdasarkan 'penampilan,' dpt mencuri hal2 terbaik yg seharusnya menjadi bagian kita.

"Memberi yg terbaik" mrpk bagian yg tak terpisahkan dari 'identitas' kita sbg anak-anak Kerajaan yg 'excellent' (luar biasa).

Mrk yg selalu memberi yg terbaik, mampu memanfaatkan setiap peluang dgn baik. Dgn selalu memberi yg terbaik, kita jg akan menemukan peluang2 besar yg seringkali tersembunyi dalam 'perkara2 kecil.'

Memberi yg terbaik membuka jalan bagi munculnya peluang2 yg baru. Krn itu, pastikan kita membangun sbh mentalitas 'memberi yg terbaik' bukan krn dgn siapa kita berhadapan, melainkan krn identitas kita sbg anak-anak Kerajaan. Anak2 Kerajaan Allah hrs memiliki kehidupan yg berbeda dgn dunia. Kita dipanggil untk memiliki kehidupan yg terhormat & 'excellent.'

Perlakukanlah setiap org dgn sebaik mungkin, termasuk mrk yg tdk terlihat spesial di mata manusia, krn kita tdk pernah tahu 'bisa jadi apa' mrk nantinya. Pastikan kita menjadi bagian dlm sejarah kehidupan org lain, u/ membantu mrk berkembang & menjadi pribadi yg lebih baik.

"Hai hamba2, taatilah tuanmu yg di dunia ini dlm sgl hal, jgn hanya di hadapan mrk saja untk menyenangkan mrk, melainkan dgn tulus hati krn takut akan Tuhan." (Kolose 3:22)

"Apapun jg yg kamu perbuat, perbuatlah dgn segenap hatimu spt untk Tuhan & bukan untk manusia." (Kolose 3:23)

"Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dgn penuh ketakutan kpd tuanmu, bukan saja kpd yg baik & peramah, tetapi jg kpd yg bengis." (1 Petrus 2:18)

Wednesday 5 September 2012

Menerima Dia

Secara khusus kita akan mengamati maksud kalimat “menerima Dia” (Yoh. 1:12). Kalimat ini penting sebab hanya orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah. Kata menerima di sini dalam teks aslinya adalah elaboh (ἔλαβον) dari akar kata lambano (λαμβάνω) yang artinya bermacam-macam. Kata ini bisa berarti menerima, menangkap, menggenggam dan menarik. Intinya maksud kata menerima di sini adalah menyambut Tuhan Yesus dan memperlakukan-Nya sebagai “pemilik” kehidupan ini. Yohanes 1:12 tidak boleh dipisahkan dari Yohanes 1:11, bahwa Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Menerima Tuhan Yesus sebagai Pemilik kehidupan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi kalau seseorang mau menerima kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.

Inilah kabar baik. Manusia diperkenan untuk menemukan Penciptanya dan pemilik kehidupan ini. Dengan menemukan Pencipta dan pemiliik kehidupan ini manusia diberi kemungkinan untuk menemukan maksud tujuan hidup ini diadakan. Hal ini bukan hanya sebuah pengakuan mulut bahwa Tuhan Yesus memiliki kehidupan ini, ini harus merupakan sikap hidup yang konkrit. Hal ini bukan sesuatu yang mudah, tetapi sesuatu yang nyaris mustahil untuk dilakukan, karena manusia sudah terbiasa memiliki irama hidup. Karena sulitnya dilakukan atau nyaris mustahil atau juga bisa dikatakan asing untuk dijalani, maka banyak orang Kristen tidak mau mengerti. Mereka menjadi Kristen hanya karena mau membuat hidup di dunia ini menjadi indah, nyaman dan mudah dijalani. Dengan mengenal Tuhan Yesus mereka merasa memiliki Pelindung terhadap malapetaka, marabahaya dan kuasa setan serta neraka. Mereka tidak memahami bahwa mereka harus menjadi anak-anak Allah. Menjadi anak-anak Allah bukan hanya sebutan tetapi keadaan diri yaitu watak, karakter dan kepribadiannya. Tuhan Yesus sebagai contoh atau model dari pribadi anak Allah tersebut. Untuk mencapai level ini, seseorang harus melakukan perjuangan yang hebat, di dalamnya termasuk mempertaruhkan segenap hidup ini yaitu rela kehilangan diri untuk dimiliki dan dikuasi oleh Tuhan. Orang yang mengakui Tuhan Yesus sebagai pemilik kehidupan harus rela tidak memiliki keinginan dan cita-cita (Gal. 5:24-25). Segala sesuatu yang dilakukan dalam hidup ini harus ditujukan untuk kepentingan Tuhan. Tidak boleh memiliki pikiran duniawi, mencintai uang atau harta. Sebab kalau seseorang masih mengingini perkara dunia ia tidak bisa bertumbuh dalam kedewasaan rohani seperti yang dikehendaki oleh Allah.

Menerima Tuhan Yesus sebagai Pemilik kehidupan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi kalau seseorang mau menerima kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.

Tuesday 4 September 2012

James 1:5

Watch out for the temptation to take control where you have no responsibility or authority. Situations will arise that are startling and have the potential of throwing you into a tailspin, but you must not react with plans of your own to find solutions or to change things so that you will be more comfortable. You must settle in your heart the fact that things will happen that are beyond your ability to fix. That is when you can ask Me to give wisdom and direction beyond your finite understanding, says the Lord. Trust Me!

James 1:5 If any of you lacks wisdom, let him ask of God, who gives to all liberally and without reproach, and it will be given to him.

Kepantasan Sebagai Anak Allah

Dalam Injil Yohanes 1:10-12 Firman Tuhan menyatakan bahwa semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Kata supaya menunjukkan adanya proses yang harus berlangsung untuk menjadi anak-anak Allah. Kata supaya juga menunjukkan adanya arah atau tujuan atau goal yang harus dicapai dengan suatu tindakan dan usaha. Kata supaya menunjukkan pula bahwa keadaan subyek belum sampai kepada tujuan suatu kegiatan. Dalam hal ini orang-orang yang menerima Tuhan Yesus Kristus diberi kuasa untuk mencapai suatu tujuan atau goal tertentu. Si penerima kuasa harus memanfaatkan kuasa tersebut agar mencapai tujuan atau goal yang harus dicapai sesuai dengan maksud kuasa itu diberikan. Hendaknya kata supaya tidak dimengerti sekedar secara otomatis membuat seseorang menjadi anak Allah tanpa respon manusia sama sekali.

Dalam teks bahasa Yunani yang membuat penterjemah kita menggunakan kata supaya adalah genesthai (γενέσθαι). Kata ini memiliki bentuk atau keterangan waktu infinitive aorist middle dari akar kata γίνομαι, maksud kata ini adalah “supaya menjadi”. Ini menunjuk kepada proses sebab akibat. Kuasa diberikan akan menyebabkan orang yang menerima-Nya dapat menjadi anak-anak Allah. Menjadi anak-anak Allah ini bukan sekedar status, tetapi secara “defacto” atau secara kenyataan diperagakan dalam hidup setiap hari. Kuasa itu akan menggerakkan seseorang untuk terus berubah, tetapi hal ini akan berlaku kalau seseorang menyikapi anugerah tersebut dengan benar.

Dengan demikian jelas bahwa ada proses untuk menjadi anak-anak Allah. Proses ini dalam Ibrani 12 dapat disebut semacam proses legalitas atau sertifikasi. Orang percaya harus menerima didikan dari Allah supaya menjadi anak-anak yang sah (Huios), bukan sebagai anak gampang (nothos) (Ibr.12:6-8). Proses inilah yang membuat seseorang dapat mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Dengan demikian orang yang disebut sebagai anak-anak Allah yang sah (huios) adalah mereka yang mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:10). Mengambil bagian dalam kekudusan Allah artinya memiliki karakter tak bercela seperti Allah Bapa. Ini sama dengan mengenakan kodrat Ilahi (1 Ptr. 1:3-4). Menjadi persoalan penting yang harus dipersoalkan: apakah kita telah mengambil bagian dalam kekudusan Allah atau memiliki kodrat ilahi? Jika tidak, maka tidak pantas disebut anak-anak Allah dan hendaknya tidak mudah mengaku diri sebagai anak Allah. Jika tidak tentu saja berarti anugerah tersebut menjadi sia-sia.

Kita tidak bisa menjadi anak-anak Allah  tanpa mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.

Monday 3 September 2012

Kandidat

Penyesatan yang sangat mengerikan telah terjadi selama ribuan tahun dalam kehidupan banyak orang Kristen. Hampir semua orang Kristen merasa mereka sudah atau bahkan telah menjadi anak-anak Allah sejak menjadi orang Kristen. Seakan-akan status sebagai anak-anak Allah itu langsung menempel dalam dirinya begitu menjadi orang Kristen. Bagi mereka yang lahir dalam keluarga Kristen, seakan-akan kelahirannya di keluarga tersebut merupakan hak istimewa untuk langsung menjadi anak-anak Allah. Pengertian yang dimiliki oleh mereka adalah asal sudah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, maka secara langsung dan otomatis menjadi anak-anak Allah. Padahal mereka tidak memahami apa yang dimaksud percaya itu. Mereka juga beranggapan bahwa asal sudah menerima Yesus Kristus, maka mereka sudah menjadi anak-anak Allah. Padahal mereka belum memahami dengan benar yang dimaksud dengan menerima Yesus Kristus itu. Apalagi kalau sudah menjadi aktifis, bahkan menjadi pendeta, maka otomatis sudah merasa sudah berstatus resmi sebagai anak-anak Allah.

Kesalahan ini membuat mereka tidak sungguh-sungguh berjuang untuk menjadi anak-anak Allah, karena mereka yakin bahwa korban Tuhan Yesus di kayu salib secara otomatis menjadikan mereka anak-anak Allah secara permanen. Anugerah keselamatan yang disediakan oleh Allah Bapa melalui korban Tuhan Yesus Kristus diterima dengan percaya dalam pikiran atau pengaminan akali tanpa respon tindakan konkrit, seakan-akan aktifitas pikiran sudah merubah hidup secara otomatis. Dalam hal ini harus bisa membedakan antara aktifitas pikiran untuk percaya dan perubahan pikiran (mind set) dalam proses transformasi. Banyak sekali orang Kristen merasa tenang dan nyaman sebab pasti diakui sebagai anak-anak Allah oleh Bapa di Sorga, padahal sebenarnya mereka masih berstatus “kandidat” atau calon. Memang tidak salah mereka menyebut anak-anak Allah, tetapi itu bukan sebutan final atau permanen. Karena pada akhirnya masih saja ada orang yang ditolak Allah. Siapapun mereka, bahkan yang sudah mengadakan banyak mujizat, bernubuat dan mengusir roh-roh jahat. Sebutan “calon” pasti tidak disukai. Mereka merasa sudah legal dan permanen menjadi anak-anak Allah. Harus diingat jika Alkitab menyebut anak-anak Allah, maka pada umumnya ada kondisi yang harus terpenuhi dalam hidup orang Kristen tersebut (Mat. 5:9; Luk. 6:35; Yoh. 1:12; Rm. 8:14; Gal. 3:26, 5:24-25; Fil. 2:15; 1 Yoh. 3:10). Harus memenuhi kriteria tertentu untuk disebut anak-anak Allah. Inilah sikap yang menerima anugerah yang bertanggung jawab.

Anugerah yang diresponi dengan benar akan membawa kita  kepada proses untuk menjadi anak-anak Allah.

Sunday 2 September 2012

Memperbodoh Umat

Seorang pembicara jika belum mengalami lahir baru maka orientasi pem­bicaraannya adalah berkat jasmani, mujizat dan yang paling baik berbicara mengenai moralitas umum dan pengembangan kepribadian. Jemaat yang menerima kotbahnya bisa menjadi orang baik dan setia ke gereja, tetapi tidak pernah lahir baru. Jemaat tidak diarahkan untuk memahami pikiran dan perasaan Kristus atau karakter Allah sebagai cermin kehidupan. Biasanya cermin kehidupan mereka adalah hukum moral. Jadi, kalau mereka berbicara mengenai taat kepada Firman Tuhan, taat kepada kehendak Tuhan dan hidup suci, dasarnya adalah moralitas hukum torat atau moralitas umum. Mereka tidak mengarahkan jemaat kepada pikiran dan perasaan Kristrus. Sejatinya ini bukanlah kekristenan, kekristenan adalah pembaharuan pikiran sehingga seseorang mengenal kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.

Ketika seseorang bertumbuh terus melalui pembaharuan pikiran, maka ia akan menemukan sosok baru dalam dirinya, sementara itu ia juga melihat sosok lain di dalam dirinya. Di situ terjadi masa transisi yang sangat penting dan genting, apakah ia mau meneruskan perjalanan atau berhenti. Dalam hal ini kita memahami mengapa Tuhan Yesus menyatakan bahwa mengikut Dia adalah perjuangan yang berat. Untuk itu harus menghitung anggarannya (Luk. 14). Harus berani melepaskan segala miliknya (Luk. 14:33). Harus rela memikul salib dan menyangkal diri (Mat. 10:38). Juga harus rela kehilangan nyawa, maksudnya kehilangan semua kesenangan yang dimiliki manusia pada umumnya di bumi ini (Mat. 10:39). Dengan kesediaan meninggalkan manusia lama, seseorang akan menjadi “manusia lain”. Manusia lain di sini bukan manusia aneh. Ia tetap memiliki nilai-nilai kemanusiaan (humanitas) tetapi orientasi berpikirnya sudah ke dunia lain, langit baru dan bumi yang baru.

Justru sering kali orang-orang Kristen yang berorientasi pada karunia-karunia roh secara tidak proporsional dan pada kelimpahan materi atau kemakmuran dengan menggunakan kuasa Allah untuk meraihnya, menjadi orang-orang yang sukar dimengerti oleh lingkungannya. Mereka orang-orang yang tidak logik dan mistis, semacam praktik perdukunan secara modern dan eksekutif di tengah-tengah peradaban kota. Mereka tidak sadar sedang digiring kepada kebodohan yang membuat mereka tidak akan mampu mendengar kebenaran. Banyak di antara mereka orang-orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki posisi penting di perusahaan swasta maupun kantor pemerintah. Orang-orang ini membutuhkan Firman yang murni untuk dapat membawa mereka mengalami kelahiran baru.

Jadilah cerdas dengan kebenaran murni sehingga kita tidak dibodohi oleh kebenaran palsu.