Thursday 30 August 2012

Matthew 11:28-30

You have spent too much time fussing and fuming over issues that you have no control over. You have expended unnecessary time and energy with no results. Only when you truly let go and trust Me will these issues be resolved. Come into My rest and let Me bring comfort to your soul and resolution to your concerns, says the Lord.

Matthew 11:28-30 "Come to Me, all you who labor and are heavy laden, and I will give you rest. Take My yoke upon you and learn from Me, for I am gentle and lowly in heart, and you will find rest for your souls. For My yoke is easy and My burden is light."

Orang Saleh Diluar Umat Pilihan

Adalah tidak jujur kalau kita tidak mengakui bahwa dalam kehidupan orang non Kristen tidak ada “orang-orang saleh” yang memiliki kualitas yang luar biasa dibanding dengan manusia kebanyakan. Tentu pengertian saleh di sini tidak boleh diukur dengan kesalehan standar sempurna bagi umat Perjanjian Baru. Bila kita mengamati kesalehan Ayub, maka kita menemukan kesalehan orang non Yahudi dan juga non Kristen yang luar biasa. Menurut analisa para pakar Perjanjian Lama, Ayub hidup pada jaman sebelum Abraham, ia bukan termasuk orang Yahudi umat pilihan Allah. Tentu masih banyak lagi orang-orang yang memiliki kesalehan seperti mereka. Demikian juga Yitro, mertua Musa. Ia orang Midian yang mengenal Allah Israel. Ia memuji Tuhan dan mempersembahkan korban bagi Allah Israel (Kel. 18:9-10;12).

Ditemukan situs kuno bahwa pada jaman kaisar pertama Cina, orang-orang Cina menyembah Shang Ti dan membuat korban bakaran. Mengapa ada orang non Yahudi dan bukan orang Kristen bisa mengenal Allah, bahkan disebut imam? Sebab Tuhan yang menulis torat-Nya di hati mereka (Rm. 2:12-15). Mereka menjadi orang-orang yang berprestasi moral yang baik menurut kitab yang mereka miliki, yang akan menjadi tolok ukur penghakiman bagi mereka (Why. 20:12). Penghakiman di Matius 25:31-46, diselenggarakan tidak berdasarkan iman, tetapi berdasarkan perbuatan. Tentu ini berlaku bagi mereka yang tidak pernah mendengar Injil. Dalam hal ini, ditemukan orang-orang yang memiliki kasih kepada sesama dalam standar masing-masing, sesuai dengan hukum yang tertulis dalam “kitab-kitab itu” (Why. 20:12).

Suatu hari nanti ada banyak orang yang tidak pernah menjadi bangsa Israel dan bukan orang Kristen dan tidak pernah di “cap” sebagai orang saleh menurut kacamata orang Yahudi dan orang Kristen, tetapi memasuki kehidupan yang akan datang. Merekalah orang-orang yang melalui penghakiman akan diperkenan masuk sebagai masyarakat dalam dunia yang akan datang di langit baru dan bumi yang baru. Tidak mungkin Tuhan menulis torat-Nya di dalam hati manusia hanya sekedar untuk pajangan dan tidak berdampak bagi manusia. Siapa berani menyatakan bahwa Ayub masuk neraka? Penghakiman yang dialami orang-orang yang dihakimi tentu memberi peluang seseorang diperkenan Tuhan atau tidak (Rm. 2:6-11). Kalau penghakiman hanya untuk menunjukkan kesalahan atau untuk menjatuhkan hukuman, maka tidak perlu ada penghakiman. Namun perlu dicatat di sini bahwa penghakiman ini bisa berlangsung kalau ada penumpahan darah Yesus (Kis. 4:12). Kalau tidak ada salib, maka semua orang secara otomatis binasa.

Tidak mungkin Allah memberikan Firman-Nya jika bukan untuk kebaikan umat-Nya.

Wednesday 29 August 2012

James 1:5

Watch out for the temptation to take control where you have no responsibility or authority. Situations will arise that are startling and have the potential of throwing you into a tailspin, but you must not react with plans of your own to find solutions or to change things so that you will be more comfortable. You must settle in your heart the fact that things will happen that are beyond your ability to fix. That is when you can ask Me to give wisdom and direction beyond your finite understanding, says the Lord. Trust Me!

James 1:5 If any of you lacks wisdom, let him ask of God, who gives to all liberally and without reproach, and it will be given to him.

Penghakiman Berdasarkan Perbuatan

Kalau bagi umat Israel dosa berarti pelanggaran terhadap torat lalu bagaimana dengan orang non Yahudi yang tidak memiliki Torat tertulis dalam kitab. Untuk menjawab persoalan ini Paulus mengemukakan kebenaran dalam Roma 2:12-16. Bagi orang non Israel, dosa berarti pelanggaran terhadap hukum yang tertulis di hati. Dalam teks tersebut disinggung oleh Paulus bahwa orang yang tidak memiliki torat yang tertulis di kitab memiliki torat di dalam hati mereka. Dalam hal ini Tuhan yang akan menghakimi seseorang berdasarkan pengertian tentang hukum (tindakan kasih)

yang dimiliki masing-masing individu. Penghakiman Tuhan ini sangat rahasia kepada masing-masing individu. Hati nurani mereka akan menjadi saksi (Rm. 3:15). Hati nurani dan teks aslinya adalah suneidesis (συνείδησις). Kata suneidesis gabungan dari dua kata, sun dan eido. Sun berarti bersama dan eido artinya tahu, jadi suneidesis berarti bersama ikut tahu. Bagaimana pun hati nurani akan ikut terlibat dalam memberi kesaksian atas keadaan setiap individu. Sekecil apapun suara itu dalam hati nurani. Dalam hal ini setiap orang memiliki kesadaran nurani apakah dirinya melakukan suatu kesalahan atau tidak. Dengan demikian kita tidak mudah menjatuhkan vonis bahwa orang yang hidup di luar bangsa pilihan Allah pasti masuk neraka atau tidak diperkenan masuk kehidupan yang akan datang.

Dalam Alkitab kita menemukan pernyataan yang diulang-ulang bahwa manusia akan dihakimi menurut perbuatannya. Dalam hal ini jelas bahwa perbuatan baik seseorang itu penting, sebab menjadi ukuran penghakiman (Why. 20:12; Mat. 25:34-43). Penghakiman berdasarkan perbuatan ini juga berlaku bagi orang yang hidup pada jaman anugerah, yaitu atas mereka yang tidak atau belum mendengar Injil. Juga bagi mereka yang tidak mendengar Injil secara benar. Sebab mendengar Injil yang salah sama dengan tidak mendengar Injil. Tuhan menghakimi berdasarkan

perbuatan. Penghakiman ini adalah penghakiman untuk menentukan seberapa mereka

pantas untuk masuk dunia yang akan datang. Kata penghakiman untuk ini lebih sering digunakan kata krisis (κρίσις). Apakah mereka yang dihakimi menurut perbuatan bisa masuk Sorga? Menjawab pertanyaan ini seharusnya memahami dulu apa Sorga itu. Secara cepat bisa dijawab, bisa saja mereka masuk dunia yang akan datang (kalau tidak boleh disebut Sorga), tetapi mereka bukan sebagai anggota Kerajaan yang memerintah bersama dengan Kristus, tetapi hanya menjadi anggota masyarakat saja. Dalam hal ini harus bisa dibedakan antara dimuliakan bersama dengan Kristus dengan hanya masuk dunia yang akan datang.

Apa yang kita lakukan selama kita hidup akan dijadikan ukuran untuk hari penghakiman.

Tuesday 28 August 2012

Penghakiman Bagi Orang Israel

Penghakiman adalah pokok masalah penting yang harus dipersoalkan dengan serius, sebab setiap insan pasti menghadapi realitas ini. Tetapi sayang sekali, sangat sedikit penjelasan mengenai hal ini, sehingga banyak orang Kristen yang bingung mengenai pokok masalah tersebut. Alkitab tidak banyak berbicara bertalian dengan hal ini, atau hanya beberapa teks yang menyinggungnya, itu pun tidak terlalu jelas sehingga bisa menimbulkan berbagai interprestasi. Untuk memahami soal penghakiman, kita harus mengetahui mengenai apa yang dimaksud dengan dosa menurut atau bagi masing-masing komunitas. Berangkat dari pemahaman mengenai dosa maka kita memahami mengenai penghakiman. Pertama, kita akan melihat apa dan bagaimana penghakiman bagi orang Israel. Untuk ini harus melihat apakah dosa menurut atau bagi orang Israel. Bagi bangsa Israel, pada prinsipnya dosa berarti ketidaktaatan terhadap torat yang tertulis di atas kitab. Torat memuat tiga komponen besar yaitu sepuluh perintah Allah (Dekalog), undang–undang sipil (misipatym) dan undang-undang ibadah (chuqqim).

Pelanggaran terhadap torat berarti suatu “kesesatan”, yaitu bahwa mereka telah memilih jalannya sendiri (Yes. 53:6). Kata kesesatan ini dalam teks aslinya adalah taah(הָעָתּ) yang juga berarti “astray” (salah jalan). Dalam Roma 2:23 dijelaskan bahwa orang-orang Israel telah melanggar hukum Torat. Kata melanggar dalam teks aslinya digunakan kata parabasis (παράβασις). Hukum

Torat telah ditetapkan untuk dipatuhi dan mengatur kehidupan bangsa Israel dalam segala aspeknya. Torat di sini sebagai tolak ukur pengaturan Tuhan atas umat pilihannya. Berkenaan

Dengan ini Paulus memakai kata “parabasis” bahwa dosa adalah gerakan membelok dari jalan yang lurus. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan transgression. Dalam hal ini sikap mereka terhadap torat sebagai ukuran keberdosaannya. Suatu hari nanti mereka akan dihakimi menurut torat yang tertulis tersebut. Kalau dipersoalkan apakah di antara bangsa Israel, ada yang masuk dunia yang akan datang atau sorga? Tentu saja. Sebab mereka memiliki solusi dalam menyelesaikan masalah dosa. Solusi itu adalah darah domba. Darah domba adalah voucher dari darah Yesus. Itulah sebabnya ketika Tuhan menyelesaikan tugas penyelamatan dengan baik, Ia turun ke Kerajaan maut untuk membebaskan tawanan-tawanan, sebagian mereka adalah orang-orang Israel (Ef. 4: 6-10; 1 Ptr. 4:6).

Pengorbanan Kristus sebagai Anak Domba Allah, menyelamatkan kita dari dosa.

Monday 27 August 2012

1 Corinthians 3:13

Do what I have given you to do with a pure heart and excellent spirit. Whatever you have set your will to do, do for the enhancement and enrichment of My kingdom on the earth. It falls to each one to build up and not tear down, to be an encouragement to the members of My body, says the Lord. You are to be a help and not a hindrance to the work of the Spirit. Be strong and of good courage, and do the work.

1 Corinthians 3:13 each one’s work will become clear; for the Day will declare it, because it will be revealed by fire; and the fire will test each one’s work, of what sort it is.

Dibangkitkan Bersama Kristus

Sekarang Tuhan Yesus telah memenangi peperangan melawan Lusifer yang jatuh. Sorga telah terbeli oleh darah pengorbanan-Nya. Hanya Tuhan Yesus lah yang dapat mengusir Lusifer yang jatuh dari Sorga dan Ia memproklamirkan diri sebagai “Bintang Timur yang gilang-gemilang” (Why. 22:16). Tuhan Yesus naik ke Sorga mempersembahkan kemenangan itu kepada Allah Bapa sebagai corpus delicti, fakta yang membuktikan bahwa Iblis telah bersalah. Demikian pula orang percaya harus juga mempersembahkan kemenangan sebagai “corpus delicti” kepada Allah Bapa. Kemenangan itu adalah ketaatan dan penurutan-Nya terhadap kehendak Allah. Perjuangan ini bagian dari penderitaan bersama-sama dengan Kristus. Rupanya penderitaan inilah yang dimaksud oleh Petrus (1 Ptr. 5:8-9). Orang yang tidak mengalami perjuangan ini adalah mereka yang sedang tertawan.

Dibangkitkan bersama Kristus artinya, kita dibawa kepada suatu pengharapan kehidupan yang akan datang, yang oleh karenanya Tuhan Yesus telah meninggalkan tahta kemuliaan-Nya demi memperebutkannya. Pengertian yang benar terhadap karya Tuhan Yesus ini sangat menentukan penghayatan kita terhadap nilai korban Tuhan Yesus yang tiada tara. Hal ini akan mendorong kita memberi penghargaan yang pantas terhadap hal keimanan atau nilai-nilai rohani. Juga memotivasi untuk mengasihi dan menghormati Tuhan dengan benar. Itulah sebabnya bagi orang-orang yang memahami hal ini dapat menerima nasihat agar “mencari perkara-perkara yang di atas, memikirkan perkara-perkara yang di atas” (Kol. 3:2). Di atas memang bisa berarti hal-hal yang akan datang, tetapi juga berarti yang memiliki nilai jauh di atas semua yang ada sekarang, maka ditegaskan dengan kalimat “bukan yang di bumi”. Nasihat Kolose 3:1-4 adalah nasihat untuk mereka yang bersedia tidak menjadikan bumi ini tempat wisata.

Perkara yang di atas adalah di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Apa artinya? Yaitu kemuliaan bersama dengan Tuhan atau pemerintahan di Kerajaan Sorga nanti. Harganya sangat mahal yaitu segenap hidup kita. Tidak banyak orang Kristen yang benar-benar memilikinya, sebab yang memiliki hanya mereka yang menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus (Rm. 8:17). Menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus, bukan hanya kemiskinan, penderitaan fisik dan hinaan yang Ia harus pikul, tetapi ketika ia harus kehilangan segala kesenangan dan taat kepada kehendak Bapa. Hal ini bisa terselenggara, ketika seseorang rela telah mati dan hidupnya tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

Kebangkitan Kristus membuat kita layak untuk menghampiri hadirat-Nya.

Sunday 26 August 2012

Bukan Taman Wisata

Firman Tuhan mengatakan bahwa kita telah dibangkitkan bersama dengan Kristus (Kol. 3:1). Apa maksudnya? Hal ini sering diucapkan oleh banyak orang Kristen, tetapi mereka mengucapkan tanpa pengertian. Ironinya mereka merasa sudah memahami maksudnya. Ketidakjelasan seperti ini adalah model penyesatan yang dilakukan oleh kuasa kegelapan. Lebih konyol lagi kalau orang Kristen tidak merasa perlu memahami hal-hal seperti ini, karena menganggapnya hal itu tidak memiliki arti penting. Firman Tuhan mengatakan bahwa umat Tuhan binasa karena tidak memiliki pengenalan akan Allah. Kebodohan adalah jalan kebinasaan. Untuk memahami hal “dibangkitkan bersama dengan Kristus”, terlebih dahulu harus memahami apa arti kebangkitan Kristus itu sendiri. Kebangkitan Tuhan Yesus menunjukkan kemenangan-Nya atas dosa, yaitu keberhasilan-Nya taat kepada Bapa sampai mati. Kebangkitan Tuhan Yesus memberi harapan yang pasti bahwa manusia dapat memperoleh kehidupan yang telah hilang. Kejatuhan manusia telah membuka peluang kehidupan ini dirampas oleh Iblis, tetapi Tuhan Yesus mere­butnya kembali (Yoh. 10:10). Kalau Tuhan Yesus tidak bangkit karena Ia gagal taat kepada Allah Bapa, berarti tidak akan ada kehidupan. Jagad raya akan menjadi kacau balau, sebab kekuasaan akan ada di tangan Lusifer yang jatuh. Itulah sebabnya Tuhan Yesus datang ke bumi berjuang untuk merebut segala kuasa, di sorga dan di bumi. Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa, yaitu menghancurkan pekerjaan iblis. Sikap seperti ini harus kita contoh, sebagai kepatuhan kita kepada Firman bahwa kita harus dibangkitkan bersama dengan Kristus.

Bagi Tuhan Yesus bumi ini hanya sebagai medan laga semata-mata. Bumi bukan taman wisata. Tuhan Yesus tidak menjadikan bumi sebagai taman wisata, tetapi mengapa banyak orang Kristen bersikap sebaliknya? Mereka menjadikan bumi sebagai taman wisata. Tuhan Yesus juga mengatakan, bahwa orang percaya seperti diri-Nya, bukan berasal dari duna ini. Bagaimana mungkin orang-orang yang menjadikan bumi ini tempat wisatanya hendak bersama dengan Dia di Kerajaan-Nya? Tidak akan pernah. Orang yang menjadikan bumi tempat wisatanya adalah pengkhianat bagi Tuhan. Mereka telah bersahabat dengan dunia. Mereka pasti tidak berusaha untuk menjadi pemenang seperti Tuhan Yesus telah menang. Dan mereka tidak pernah sungguh-sungguh mempersembahkan hidupnya melayani Tuhan. Kalaupun mengambil bagian dalam kegiatan gereja sebenarnya yang dipersembahkan bagi Tuhan hanya remah-remah dari hidupnya.

Bersahabat denga dunia akan menjauhkan diri kita dari anugerah dan kasih Tuhan.

Sebenarnya Sudah Terhormat

Sebenarnya Lusifer dan para malaikat sebelum memberontak adalah makhluk yang sudah terhormat. Khususnya Lusifer, ia diciptakan di taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tahtanya dibuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaannya. Tempatnya dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah, ia berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. Sebenarnya ia tidak perlu mencari kehormatan lagi dengan kehormatan model yang lain. Kalau ia mentaati Allah Bapa, menjadi makhluk ciptaan seperti yang dikehendaki-Nya, niscaya ia menjadi makhluk terhormat sampai selamanya. Sebaliknya karena pemberontakannya, maka ia terbuang bersama dengan para malaikat yang memberontak ke dalam kegelapan abadi (Yud. 1:6).

Pada dasarnya gairah mencari kehormatan dari manusia adalah watak yang sudah diwarisi dari nenek moyang. Pada umumnya seseorang mau dianggap terhormat oleh sesamanya dengan berbagai sarana. Sarana-sarana tersebut antara lain gelar, pangkat, kekayaan, penampilan dan lain sebagainya. Itulah sebabnya manusia menginvestasikan segala sesuatu yang ada padanya demi untuk memperoleh segala fasilitas hidup guna menjadi sarana untuk menjadi terhormat atau memberi nilai pada diri. Jika sudah memiliki sarana-sarana tersebut pada umumnya ia menuntut penghargaan atau penghormatan dari pihak lain. Sebenarnya hal ini suatu kebodohan, kalau seseorang menyandang “sesuatu” sebagai sarana untuk menjadi terhormat berarti ia telah menjual dirinya. Ia menghargai dirinya seharga barang, sebagai sarana dirinya untuk dihormati. Sebenarnya orang lain tidak menghormati dirinya sebagai individu tetapi sarana yang dimiliki orang tersebutlah yang dihormati. Orang yang mencari kehormatan dengan menggunakan sarana materi sama dengan melecehkan dirinya sendiri. Orang yang menghormati sesamanya karena sarana tersebut, sebenarnya melakukan pelecehan terhadap orang tersebut. Seharusnya seseorang menghomati sesama harus menghormati secara pantas, artinya menghormati sesama berdasarkan keberadaan orang tersebut, bukan pada perkara lahiriahnya tetapi keberadaannya secara utuh. Artinya bahwa setiap individu diciptakan oleh Allah dengan terhormat, ia adalah ciptaan yang unik tiada duanya dan memuat rencana Allah yang luar biasa. Dengan penghargaan cara demikian seseorang menghargai Allah yang menciptakannya.

Setiap individu diciptakan oleh Allah dengan terhormat, dan memuat rencana Allah yang luar biasa.

Gabah

Mengapa Lusifer memberontak? Selain karena ia tidak mau diatur atau dibawahi oleh Tuhan, ia juga ingin menjadi sosok yang terhormat dengan cara dan model yang salah. Hal ini nyata dalam pernyataannya bahwa ia mau mengatasi atau melampaui segala bintang, bahkan mau melampaui Yang Maha Tinggi (Yes. 14:13-14). Allah berkata tegas kepadanya bahwa dia sombong (Yeh. 28:17). Teks aslinya kata sombong terjemahan dari kata gabah (הַּבָגּ) yang artinya to be high, exalted (meninggikan diri atau memuja diri sendiri). Kita menemukan kebenaran bahwa kesombongan adalah ketika makhluk ciptaan keluar dari batas-batas yang ditentukan bagi dirinya. Ini sama dengan apa yang dikatakan dalam surat Yudas 1:6, bahwa malaikat-malaikat tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka. Dalam teks aslinya adalah anggelou te tous mee teereesantas teen heaton arkhen (ἀγγέλους τε τοὺς μὴ τηρήσαντας τὴν ἑαυτῶν ἀρχὴν). Kalimat batas-batas kekuasaan terjemahan dari teen heauton arkheen yang berarti their own domain atau the first estate (pada permulaannya). Hal ini menunjuk kepada maksud tujuan malaikat diciptakan. Lusifer yang memberontak menghasut mereka untuk tidak tetap pada maksud mereka diciptakan oleh Allah. Mereka mau memperoleh lebih dari kehormatan yang telah mereka miliki. Mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk ciptaan yang harus menempatkan diri sebagai pelayan yang mengabdi. Mereka meninggalkan wilayah yang seharusnya mereka tetap berada, yaitu melayani Allah Bapa. Mereka mengikuti Lusifer yang memberontak keluar dari batas-batas yang ditentukan bagi dirinya (Yud. 1:6).

Inilah sepak terjang Lusifer yang jatuh yang menyesatkan malaikat-malaikat, Lusifer keluar dari panggilannya, yaitu melayani Allah Bapa di tempat di mana ia harus berada. Ini bukan hanya menunjuk tempat atau lokasi tetapi hierarki. Lusifer menyangkali status dan kedudukannya dan mengingini kedudukan yang pantas hanya dimiliki bagi Tuhan. Sejatinya hal ini juga dilakukan oleh manusia. Manusia lupa bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan yang harus menemukan tempatnya untuk melayani Tuhan. Tetapi banyak manusia telah memilih untuk hidup tidak dibawahi oleh Allah, suka-suka sendiri dan mengumbar semua keinginan serta menikmati segala kesenangan tanpa memperdulikan rencana Tuhan dalam hidupnya. Mereka tidak menyadari hal ini, sebab mereka tidak tahu. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memberitakan Injil-Nya untuk mengembalikan manusia kepada maksud tujuan dirinya diciptakan. Itulah keselamatan sebenarnya. Berbeda dari hal ini berarti Injil palsu dari si jahat.

Injil Allah diberitakan untuk mengembalikan manusia pada hakekat penciptaan mula-mula.

Thursday 23 August 2012

Philippians 4:6-9

Beloved, gratitude is a powerful supernatural tool that will bring blessing into your life. When you take time to recognize My presence with thanksgiving, it brings glory to My kingdom. My desire is that you prosper in all things, but that prosperity does not come through disappointment and bitterness; it comes through praise. When you exalt Me, I lift you up, says the Lord.

Philippians 4:6-9 Be anxious for nothing, but in everything by prayer and supplication, with thanksgiving, let your requests be made known to God; and the peace of God, which surpasses all understanding, will guard your hearts and minds through Christ Jesus. Finally, brethren, whatever things are true, whatever things are noble, whatever things are just, whatever things are pure, whatever things are lovely, whatever things are of good report, if there is any virtue and if there is anything praiseworthy—meditate on these things. The things which you learned and received and heard and saw in me, these do, and the God of peace will be with you.

Dampak Mengasihi Tuhan

Kasih kepada Tuhan akan membawa dampak bukan saja bagi perasaan Tuhan yang dibahagiakan, tetapi membawa dampak bagi diri sendiri dan orang di seki­tarnya. Orang yang mengasihi Tuhan akan mewujudkan kasihnya dengan melaku­kan kehendak-Nya. Dengan terus menerus berusaha melakukan kehendak Tuhan, maka seseorang membiasakan diri membangun karakter kesucian seperti yang Bapa kehendaki. Sebab kehendak Allah adalah melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya. Inilah keunggulan kekristenan, umat bukan hanya diajarkan untuk melakukan hukum moral yang dikenal manusia pada umumnya, tetapi memiliki pikiran dan perasaan Allah sehingga segala sesuatu yang dilakukan sinkron dengan kehendak Allah. Dengan demikian orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan akan memiliki karakter seperti Tuhan Yesus sendiri. Kalau seseorang mengaku dan merasa membela Tuhan tetapi kelakuannya tidak seperti Tuhan yang penuh kasih, maka bisa dua kemungkinan: Tuhannya salah, atau dalam membela Tuhan tersebut ia memiliki kepentingan diri sendiri. Pada dasarnya ia tidak membela Tuhan tetapi membela kepentingannya sendiri.

Orang yang mengasihi Tuhan dengan benar tidak akan memikirkan upah, baik di dunia ini maupun di kekekalan. Tentu saja jika seorang mengasihi Tuhan dan membela kepentingan Tuhan tanpa batas, maka ia menjadi kekasih Tuhan. Kalau seseorang menjadi kekasih Tuhan, maka di mana Tuhan ada kekasih-Nya juga ada. Orang yang mengasihi Tuhan, dampaknya juga dirasakan oleh orang lain atau sesamanya. Tidak mungkin orang yang mengasihi Tuhan membawa bencana, teror dan penderitaan bagi orang lain. Tuhan tidak akan mengorbankan kepentingan orang lain demi perasaan-Nya sendiri. Tuhan adalah pribadi yang penuh kasih, bukan egois. Itulah sebabnya orang yang mengasihi Tuhan dengan benar pasti akan menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mendatangkan ketenangan, keteduhan dan keuntungan atau berkat bagi sesama manusia. Keuntungan di sini bukan saja berkat jasmani tetapi juga keselamatan jiwa dalam Tuhan Yesus Kristus (dikembalikannya manusia kepada rancangan semula). Kalau kasih kepada Tuhan membuat orang lain menderita, maka dua kemungkinan: Tuhannya salah atau ia tidak mengerti bagaimana mengasihi Tuhan dengan benar. Oleh sebab itu modal utama dalam pelayanan adalah mengasihi Tuhan. Orang yang mengasihi Tuhan pasti menjadi berkat bagi orang lain. Dengan hal ini jelas sekali bahwa kasih kepada Tuhan membuka “kran” berkat Allah atas diri sendiri dan sesama manusia.

Orang yang mengasihi Tuhan pasti akan menjadi berkat bagi orang lain.

Wednesday 22 August 2012

Romans 8:1

Many of you, My people, will be seduced into going back in time to relive the past on some level. But, be aware that when you do that you will be opening the door to entertain old places of rejection, failure, and disappointment. This is not good for you and will hinder your walk in the Spirit. What you must do is stay present with Me, and what I am doing in, around and through you right now. You can do nothing about the past, but you can be strengthened and encouraged in the present, says the Lord.

Romans 8:1
There is therefore now no condemnation to those who are in Christ Jesus, who do not walk according to the flesh, but according to the Spirit.

Kasih Yang Vertikal dan Horisontal

Kasih kepada Tuhan harus melebihi kasih kepada siapapun, tetapi hal ini tidak membuat kasih kepada sesama berkurang kualitasnya. Kalau kasih kepada Tuhan membuat seseorang kurang mengasihi orang-orang yang ada di sekitarnya, khususnya keluarga sendiri, maka itu adalah kasih kepada Tuhan yang salah. Kalau seseorang mengasihi Tuhan dengan benar, maka ia tidak akan melukai orang di sekitarnya, kecuali mereka hatinya bengkok atau jahat. Terdapat fakta di mana seseorang mengaku mengasihi Tuhan dan berjuang untuk mewujudkan kasihnya tetapi ia harus mengorbankan orang lain, menelantarkan orang-orang yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Kasih kepada Tuhan yang benar akan membuat orang di sekitarnya merasa teduh dan nyaman. Justru kasih kepada Tuhan diekspresikan dengan kasih kepada sesama secara proporsional. Ada orang-orang yang mengaku mengasihi allahnya, untuk itu ia rela mengorbankan nyawa. Tetapi keluarga dan orang-orang yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya diterlantarkan. Ia merasa telah membela allahnya tanpa mempedulikan orang-orang yang seharus­nya menerima perhatian, kasih dan nafkah yang memadai.

Seiring dengan pertumbuhan kasih kepada Tuhan secara benar, maka tindakan kasih seseorang kepada sesamanya juga semakin berkualitas. Jika tidak, berarti ia tidak mengasihi Tuhan dengan benar. Dalam hal ini kasih kepada Tuhan yang vertikal atau tegak lurus memberi kualitas terhadap kasih kepada sesama yang horisontal. Pertemuan kasih yang vertikal bertemu dengan kasih yang horisontal membentuk gambar salib. Ada pula orang yang mengaku mengasihi Tuhan, tetapi hanya mengurusi keluarganya sendiri tanpa batas. Ia tidak melihat keluar jendela hidupnya, banyak orang yang tidak beruntung hidupnya yang harus mendapat perhatian juga. Kepada mereka, seorang percaya harus juga membagi “rotinya” dalam kasih yang tulus. Tuhan Yesus diwakili oleh mereka sebagai obyek kasih. Kepada Yudas Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang-orang miskin selalu ada pada orang percaya, artinya bahwa orang percaya akan selalu bertemu dengan orang-orang yang menjadi obyek kasih (Yoh. 12:8). Miskin di sini tentu bisa memiliki arti yang luas. Di dalamnya termasuk kemiskinan keselamatan. Orang yang mengasihi Tuhan dengan benar, melebihi kasihnya kepada siapa pun tidak tenggelam dalam kasih secara mistik, artinya hanya bersama dengan Tuhan dalam ruang doa atau menjauhi keramaian. Kasih kepada Tuhan justru harus diekspresikan dalam bentuk mengasihi orang-orang dekatnya sampai orang jauh

Kasih kepada Tuhan harus diekspresikan dalam kasih kepada sesama.

Tuesday 21 August 2012

Jangan Menunggu Angin Sorga

Kalau kita mengamati kasus terorisme, kita dapati orang-orang yang sangat mengasihi dan membela allahnya dengan konsep theologi yang mereka miliki. Kasih dan pembelaan mereka untuk yang mereka percayai membuahkan tindakan yang sangat nekat dan berani. Tentu saja mereka mengembangkan atau mengobarkan perasaan cinta kepada yang mereka percaya sebagai kebenaran dan pengabdian yang mutlak harus diwujudkan atau diekspresikan. Hal ini cukup memberi gambaran kepada kita, kalau seseorang sungguh-sungguh konsekuen mencintai yang dipercayai sebagai allah, maka harus dibuktikan secara konkrit. Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya yang meyakini bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat yang telah menyerahkan diri-Nya demi keselamatan kita?

Sebenarnya orang percaya dapat dengan sengaja mengisi jiwanya dengan gairah mengasihi Tuhan. Langkah-langkah untuk mengobarkan gairah kasih kepada Tuhan sebagai berikut: Pertama, berangkat dari kesediaan setiap individu membangkitkan gairah tersebut. Ke dua, bertumbuh dalam kebenaran Firman Tuhan untuk membangun fondasi mengasihi Tuhan. Hendaknya kita berhenti berdoa memohon kepada Tuhan agar menggerakkan hati kita untuk bisa mengasihi Dia. Sebab hal ini harus kita sendiri yang melakukannya. Kita jangan menunggu “angin Sorga” untuk dapat membangkitkan gairah mengasihi Tuhan. Angin itu sudah dihembuskan, tergantung apakah seseorang mau menyambut anugerah tersebut atau tidak. Tuhan sudah memenuhi bagian-Nya, sekarang giliran kita memenuhi bagian kita.

Banyak orang menunggu waktu yang baik dan berpikir bahwa ada waktu di mana ia dapat mengasihi Tuhan. Ia berpikir bahwa suatu hari nanti ia akan mengasihi Tuhan. Ia lupa bahwa kuasa kegelapan bermanuver dan bekerja keras mengisi hatinya dengan berbagai kesenangan dan gairah, sehingga suatu saat tidak ada ruangan lagi untuk mengasihi Tuhan dengan benar. Dengan kata lain, ia tidak akan mampu sama sekali untuk mengasihi Tuhan. Kasih kepada Tuhan harus ditumbuhkan secara intensif melalui taburan kebenaran Firman dan persekutuan pribadi dengan Dia. Kesempatan untuk mengobarkan kasih kepada Tuhan terbatas. Kalau kesempatan yang Tuhan berikan berlalu, maka seseorang tidak akan pernah mengasihi Tuhan selamanya. Betapa mengerikan keadaan itu. Banyak orang tidak menyadari hal ini. Mereka menganggap bahwa hal itu tidak penting. Mereka mengumbar perasaan mereka dengan memiliki banyak obyek untuk dikasihi menjadi kekasihnya. Dalam hal ini, mereka berkhianat kepada Tuhan.

Kasih kepada Tuhan harus ditumbuhkan dengan membangun persekutuan pribadi dengan-Nya.

Philippians 4:6-7

If you will seek My face and purpose to obey My leading, I will bring you to a new level of clarity that will establish you in the flow of My Spirit and peace. I want you to know the difference between having peace by way of fulfilling the desires of your soul and the peace that comes from true relationship with Me, says the Lord.

Philippians 4:6-7 Be anxious for nothing, but in everything by prayer and supplication, with thanksgiving, let your requests be made known to God; and the peace of God, which surpasses all understanding, will guard your hearts and minds through Christ Jesus.

Monday 20 August 2012

Menjadi Sampah Abadi

Ciri dan ukuran kalau seseorang mengasihi Tuhan dengan benar adalah dari dalam dirinya ada gejolak untuk sungguh-sungguh merindukan kesempurnaan seperti yang dikehendaki oleh Allah. Ini merupakan kebutuhan yang lebih penting dan mendesak dari segala kebutuhan. Ini berarti seseorang yang menyatakan mengasihi Tuhan harus mengejar kekudusan seperti kekudusan-Nya atau kesempurnaan Bapa (Mat. 5:48). Hal ini harus merupakan perjuangan yang tiada henti sampai menutup mata. Sebuah perjuangan yang tidak ringan, sebab melibatkan seluruh kehidupannya. Inilah sebenarnya kunci kehidupan terpenting dalam kekristenan. Inilah jalan hidup yang harus dimiliki setiap orang yang sudah diselematkan.

Orang-orang yang mengasihi Tuhan memiliki hati yang takut akan Tuhan. Tentu takut karena mengasihi dan menghormati Tuhan. Oleh sebab itu yang harus paling dipersoalkan dalam hidup orang percaya setiap hari adalah, apakah kita benar-benar mau tunduk kepada Tuhan. Ketertundukan di sini diukur dari seberapa kita bersedia melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Seseorang tidak bisa dikatakan menghormati bila tidak melakukan keinginan pribadi yang kepadanya dirinya tunduk. Dalam ketertundukan tersebut seseorang rela melepaskan segala sesuatu

demi kepentingan-Nya. Ia akan bersungguh-sungguh serius bergumul untuk menemukan tempat di mana ia dapat mengabdi dan melayani Tuhan. Ia juga akan dapat memahami apa yang dianggapnya sebagai kepentingan-Nya, sebab banyak kegiatan gereja yang dianggap sebagai kepentingan Tuhan padahal kepentingan pribadi manusia.

Perlu diingatkan, bahwa setiap orang diciptakan Tuhan dengan keadaan yang sangat khusus. Allah merancang dengan teliti dan memberikan kecerdasan-Nya yang sempurna agar kita melakukan kehendak-Nya. Jadi, setiap orang di dalam hidupnya pasti mengandung, memuat atau memikul rencana Allah yang besar. Kalau Tuhan tidak memakai seseorang sebagai alat-Nya sebab ia tidak pantas untuk itu, berarti ia menjadikan dirinya sampah abadi. Seorang yang tidak melayani Tuhan berarti tidak tunduk kepada-Nya. Melayani Tuhan bukan berarti aktif di gereja, tetapi menjadi berkat bagi orang di sekitarnya. Menjadi berkat artinya melalui hidup seorang anak Tuhan, orang lain bertumbuh dalam Tuhan dan diselamatkan. Untuk ini harus ada sesuatu yang dilakukan di bawah komando-Nya. Untuk menangkap komando Tuhan, seseorang harus mengerti kebenaran Firman Tuhan agar memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah.

Memperjuangkan rencana Allah harus dilakukan tiada henti, sampai waktu yang akan menghentikannya.

Sunday 19 August 2012

Hebrews 12:15

Take a stand, and refuse to be controlled by the negativity of others. The enemy will use bitterness to defile you and everything it touches. You must set a watch and not allow disagreement and opposition to hinder My purposes in and around you. It is serious business for those who insist on defiling the atmosphere and quenching My Spirit, says the Lord.

Hebrews 12:15 Looking carefully lest anyone fall short of the grace of God; lest any root of bitterness springing up cause trouble, and by this many become defiled.

Aku Mengasihi Tuhan

Kasih kepada Tuhan haruslah kasih yang melebihi kasih kepada siapapun dan apapun (Luk.14:26; Mat. 22:37-40). Dengan mengasihi Tuhan secara demikian, maka akan membuat seseorang mengasihi orang-orang yang harus dikasihi dengan benar. Ini harga mati yang tidak bisa ditawar. Tuhan pantas menerima itu sebab Ia adalah Allah, yang juga sebagai mempelai kita (2Kor.11:2). Dalam Perjanjian Lama Allah Bapa telah memberi isyarat yang jelas tentang hal ini. Bahwa Ia adalah obyek yang harus dikasihi di atas segala sesuatu (Kel. 20:5; Ul. 5:9). Tuhan Yesus telah memberi segala sesuatu bagi umat-Nya, maka sepantasnya umat Tuhan memberi segenap hidupnya bagi Tuhan. Inilah hidup yang indah itu. Dalam Matius 22:37-40, ketika seorang bertanya kepada Tuhan Yesus : Hukum manakah yang terutama. Tuhan Yesus tidak menjawab dengan menunjukkan butir-butir hukum-Nya. Tetapi Tuhan menekankan hal “mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi”. Dalam hal ini yang paling penting adalah orang percaya mengasihi Tuhan lebih dari mengasihi siapapun dan apapun. Perjalanan hidup ini adalah perjalanan untuk membangun kasih kepada Tuhan yang akan menjadi harta abadi. Dengan kalimat lain, bahwa perjalanan hidup ini adalah kesempatan untuk menemukan kekasih abadi.

Untuk ini orang percaya harus mulai membuka pintu hatinya guna mengisi jiwanya dengan gairah mengasihi Tuhan. Tentu mengasihi Tuhan bukan hanya menggerakkan perasaan sesaat, seperti seorang artis yang sedang memperagakan suatu peran. Tetapi suatu komitmen yang disertai kesadaran penuh terhadap kebenaran Firman Tuhan, bahwa orang percaya adalah anak-anak Allah yang harus mengasihi Bapa-Nya. Orang-orang percaya adalah hamba-hamba yang harus mengasihi tuannya. Hal ini tergantung kehendak bebas (free will) masing-masing individu. Seseorang tidak dipaksa untuk mengasihi Tuhan. Hal ini sebenarnya sukar diajarkan kepada orang, sebab mengasihi Tuhan adalah sesuatu yang yang bersifat sangat batiniah. Dari dasar hati seseorang yang berkomitmen untuk mengasihi Tuhan mengalir pengakuan dengan tulus “aku mengasihi Tuhan”. Selanjutnya harus belajar mengenal Dia, sebab dengan mengenal Tuhan ia mengerti bagaimana harus mengasihi Dia dengan benar. Pengenalan itu harus dilandaskan kepada Alkitab yang dibedah secara benar. Berbekal kebenaran inilah, maka seseorang barulah benar-benar mengerti dan mampu mengasihi Tuhan lebih dari siapapun dan apapun.

Berusaha mengerti dan mengenal Dia dalam kebenaran Firman-Nya, bukti bahwa kita mengasihi-Nya.

Isaiah 26:20

Be still and do not overreact to discouraging news or things that intrude into your life and threaten your tranquility. Maintain peace in the process of responding to situations that are difficult or challenging. You must keep yourself in spiritual flow, faith and peace. Refuse every temptation to fear. Discouragement will kill your anointing and your place of stability in Me, says the Lord.

Isaiah 26:20 Come, my people, enter your chambers, and shut your doors behind you; hide yourself, as it were, for a little moment, until the indignation is past.

Philotimeomai

Dalam 2 Korintus 5:9, Alkitab bahasa Indonesia mengatakan bahwa Paulus berusaha agar ia berkenan kepada Allah. Kata berusaha di sini adalah philotimeomai (φιλοτιμέομαι) yang berarti berambisi. Ambisi artinya, hasrat atau tekad yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang menjadi tujuan hidup. Dalam kata ambisi terdapat hasrat yang kuat dan tujuan hidup. Ini berarti sesuatu yang bersifat prinsip dan fundamental. Ambisi ini dibangun atau dipengaruhi oleh konsep-konsep filosofinya mengenai kehidupan. Ambisi Paulus adalah ambisi untuk berkenan kepada Tuhan. Ini adalah ambisi yang kudus. Kalau seseorang dicengkeram dengan ambisi ini berarti ia dimerdekakan.

Kecerobohan yang paling mengerikan adalah membiarkan jiwa diwarnai oleh suatu konsep filosofi tertentu sehingga membangun atau menciptakan suatu ambisi yang salah. Sebenarnya ketika seseorang tidak serius mengubah pola berpikirnya, itu berarti ia membiarkan rumput liar dan ilalang tumbuh dalam ladang hidup dan hatinya. Ladang hidup yang ditumbuhi rumput liar dan ilalang membelengu kehidupan sehingga ia tidak bisa merdeka. Dalam hal ini kebenaran yang memerdekakan (Yoh. 8:31-32). Tetapi banyak orang yang mengabaikan hal ini, sehingga ia membiarkan dirinya tidak bertumbuh. Tidak ada panen dalam wujud buah-buah sikap hati dan perbuatan yang menyukakan hati Tuhan.

Kekristenan pada dasarnya adalah jalan hidup, yaitu bagaimana seseorang dikuduskan oleh kebenaran sehingga ia bisa bersekutu dengan Tuhan (Yoh. 17:17,20-21). Tanpa pengudusan oleh Firman seseorang tidak akan memiliki pola berpikir seperti Allah, dan seorang yang berpola pikir tidak sinkron dengan Allah tidak akan dapat bersekutu dengan Dia. Kalau seseorang sudah tidak bisa lagi menghasilkan buah-buah pikiran yang sinkron dengan kehendak Allah berarti ia menjadi pohon mati di hadapan Tuhan. Maksudnya adalah, bahwa orang-orang yang tidak mengalami pengudusan oleh Firman akan menjadi orang-orang yang tidak memiliki ambisi yang benar. Bagaimanapun ia tidak akan memiliki kerinduan untuk benar-benar menjadi berkenan kepada-Nya. Pada waktu masih hidup tanpa mengerti kebenaran ia tidak mengerti bahwa keadaan itu sangat tragis. Ia masih bisa bangga atas dirinya dan memiliki ketenangan (tidak merasa gusar). Tetapi suatu hari nanti, ia akan menyaksikan bagaimana ia ditolak oleh Allah karena ambisi-ambisinya yang tidak ditujukan untuk menyukakan dan memuliakan Allah. Mereka adalah orang-orang yang hari ini tidak mampu memiliki ambisi yang kudus.

Menjaga hati dan fokus kepada Firman-Nya, berarti kita mengisi tujuan hidup dengan benar.

Motivasi Yang Benar

Menjadi masalah yang harus dipersoalkan adalah, apa yang mendorong seseorang dapat melakukan hukum-hukum Tuhan. Ini sama dengan apa yang menggerakkan seseorang berurusan dengan Tuhan, menjadi orang beragama. Banyak motivasi yang mendorong seseorang melakukan hukum Tuhan dan menjalankan kegiatan agamanya. Motif-motif itu antara lain supaya diberkati Tuhan, baik dengan berkat jasmani maupun berkat rohani, supaya jangan dikutuk, supaya menyenangkan Tuhan, supaya tidak masuk neraka dan lain sebagainya. Motif-motif ini kedengarannya benar dan baik, tetapi sebenarnya belum tepat benar. Pada tingkat tertentu Tuhan akan membawa orang percaya kepada suatu tingkat bahwa yang mendorong seseorang melakukan kehendak-Nya haruslah karena mengasihi Allah sebagai Bapa. Mengasihi Tuhan sebagai majikan. Motif inilah yang seharusnya mendorong melakukan kehendak-Nya. Karena mengasihi Bapa maka berusaha menyenangkan hati-Nya. Oleh karena mengasihi Tuhan maka berusaha tidak masuk neraka, sebab Tuhan menghendaki di mana Tuhan ada, orang percaya juga ada (Yoh. 14:1-3). Orang yang menyenangkan Tuhan belum tentu mengasihi Tuhan, tetapi orang yang mengasihi Tuhan pasti menyenangkan hati-Nya. Oleh sebab mengasihi Tuhan, maka berusaha hidup dalam berkat-Nya sebab Tuhan menghendaki kita hidup di dalam berkat-Nya (Yoh. 10:10). Dengan demikian landasan orang percaya berurusan dengan Tuhan adalah karena mengasihi Dia.

Dalam Yohanes 21:15-19, Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus apakah ia mengasihi Tuhan Yesus? Tuhan Yesus tidak bertanya: Apakah Petrus mau melakukan hukum-hukum-Nya? Tuhan Yesus mengulang-ulang pertanyaan itu agar Petrus sungguh-sungguh dapat menghayati kasih terhadap Tuhan Yesus. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari keadaan diri Petrus pada waktu itu (ia baru saja menyangkali Tuhan dan Gurunya), Tuhan menghendaki agar Petrus memiliki kasih yang tulus kepada Tuhan Yesus. Mengasihi Tuhan adalah dasar dari kesediaan Petrus mengiring Tuhan Yesus. Kalau dasar ini benar maka apapun akan rela dilakukannya bagi Tuhan dengan kualitas yang sangat baik. Dalam hal ini harus ditegaskan bahwa Tuhan menghendaki sikap hati yang benar di hadapan-Nya. Dan sikap hati yang benar itu adalah “mengasihi Tuhan”. Tuhan tidak mempermasalahkan pengkhianatan Petrus kepada Yesus yang sudah terjadi. Pengalaman masa lalu bisa membentuk sikap batin Petrus terhadap Tuhan Yesus. Melalui pengalaman itu Tuhan memurnikan, menumbuhkan dan menyempurnakan kasih Petrus kepada-Nya.

Landasan orang percaya berurusan dengan Tuhan adalah karena dia mengasihi-Nya.

Thursday 16 August 2012

Psalm 139:23-24

Things are not as they seem. Stop and discern the attitudes and motives that lie behind words and actions. Do not put your trust in man, but trust only Me, for I am trustworthy and will never leave you nor forsake you. Be assured that nothing is hidden from My sight, and I will bring everything hidden in darkness to the light. Stand in a place of integrity before Me, says the Lord, for I am your place of safety, your holy habitation.

Psalm 139:23-24 Search me, O God, and know my heart; Try me, and know my anxieties; and see if there is any wicked way in me, and lead me in the way everlasting.

Kemerdekaan Sejati Dalam Kristus

Kemerdekaan yang negara Republik Indonesia telah capai dan miliki menjadi percuma kalau tidak diisi dengan usaha membina moral bangsa ini dengan baik, meningkatkan kecerdasan bangsa dengan pendidikan yang memadai, dan memanfaatkan alam kemerdekaan yang ada. Hal tersebut dapat meningkatkan taraf ekonomi rakyat, menggali seluruh kekayaan alam Indonesia yang diwariskan bagi seluruh bangsa serta membagikannya secara merata bagi seluruh penduduknya. Bila tidak demikian maka ternyata bangsa ini masih dijajah dengan kemiskinan, kebodohan dan berbagai kebutaan lain.

Demikian pula dengan kemerdekaan Kristiani, hal ini sejajar. Sangat disayangkan banyak orang kristen yang tidak mengerti hal ini sehingga tidak mengisi kemerdekaannya dengan benar. Mereka tidak dapat menikmati berkat kemerdekaan dalam Kristus. Mereka masih terikat dengan keinginan-keinginan daging, pikiran-pikiran negatif, kesenangan duniawi, rasa kuatir dan lain sebagainya. Kita dipanggil untuk mengisi kemerdekaan itu, agar menikmati sepenuh berkat kemerdekaan Kristiani. Untuk meraih kemerdekaan yang sejati seseorang harus tetap di dalam Firman, maksudnya berusaha agar hidup selaras dengan Firman Tuhan. Setiap keputusan dan tindakan hidup selalu disesuaikan dengan kehendak Tuhan. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Firman Tuhan menasihati kita agar mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Hal ini menunjuk kepada keseriusan tinggi untuk mengisi keselamatan yang sudah kita miliki. Kita dimerdekaan untuk mengisi kemerdekaan, kita diselamatkan untuk meningkatkan mutu keselamatan itu. Bila tidak demikian, berarti tidak bertanggung jawab.

Bagaimana kita bisa mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar sesuai Firman-Nya? Hal ini tergantung dari kemauan kita, oleh sebab itu kita harus menggunakan kehendak kita dengan kuat dan tegas. Kita harus memiliki komitmen untuk hidup seturut dengan kehendak Allah. Iblis sering menipu dengan kepasifan sehingga pada hari-hari hidup, kita tidak menguatkan hati untuk belajar kebenaran Firman Tuhan. Iblis mengisi pikiran dengan berbagai sampah sehingga tidak menggunakan kebebasan kita bertindak dan mengambil keputusan. Banyak manusia yang tidak jelas arah perjalanan hidupnya sebab pasifitas ini. Tidak jarang kita jumpai anak Tuhan yang mohon bimbingan Tuhan, untuk memulihkan kehidupannya tetapi tidak pulih-pulih, sebab mereka tidak melangkah. Tuhan menghendaki kita melang­kah dulu, sesudahnya pemulihan akan menyertai langkah kita.

Diperlukan tidakan iman untuk mengapai hidup yang merdeka di dalam Kristus.

Wednesday 15 August 2012

Memuaskan Diri Secara Benar

Dewasa ini Allah Bapa dalam keagungan kepribadian-Nya menghendaki agar anak-anak-Nya memiliki kehidupan yang berkualitas. Berkualitas menurut ukuran Tuhan. Kehidupan yang berkualitas hanya ketika seseorang memiliki cita rasa Ilahi atau indera rohani seperti Tuhan Yesus. Cita rasa atau indera rohani Tuhan Yesus adalah menikmati kehidupan yang melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa, bukan menikmati yang lain (Yoh. 4:34). Dengan melakukan itu Tuhan Yesus menikmati hidup-Nya sebagai Anak Allah yang dapat memuaskan hati Bapa (Mat. 3:17). Tuhan Yesus memuaskan diri-Nya secara benar. Ketika seorang anak Tuhan memuaskan diri secara benar seperti Guru­nya, maka secara langsung juga memuaskan hati Allah Bapa. Sebab kepuasan diri Anak Allah adalah melakukan kehendak Bapa. Melakukan kehendak Bapa menjadi kepuasan diri yang tidak tertandingi oleh kepuasan apapun, sampai menjadi ikatan. Inilah orang-orang yang menyembah Allah Bapa dengan benar. Orang Kristen seperti ini dapat menikmati dirinya sama seperti Bapa menikmatinya. Dengan demikian ia tahu apakah dirinya nanti di hadapan Tuhan di akhir jaman dikenal (ginosko) oleh Tuhan atau tidak. Oleh sebab itu, baginya Tuhan tidak perlu berterus terang, baik nanti mapun sekarang ini selama ia hidup, sebab ia sudah bisa tahu atau merasakan apakah ia dikenal oleh Dia atau tidak. Dalam hal ini, seorang yang akan dikenal atau ditolak oleh Allah sudah nampak gejala dan ciri-cirinya mulai sekarang.

Hal ini berbeda dengan manusia berdosa yang menikmati dirinya secara salah, yaitu memuaskan dirinya dengan fasilitas hidup dunia, kehormatan, sanjungan dan pujian manusia. Inilah cara memuaskan diri cara anak iblis yang menggiringnya ke dalam api kekal. Dengan cara ini anak-anak manusia dibelenggu oleh kuasa kegelapan untuk menjadi mempelainya. Orang Kristen yang memuas­kan diri dengan fasilitas dunia sama dengan menyembah iblis. Jangan kiranya bahwa hanya orang-orang di luar gereja yang terjebak dalam pola hidup seperti ini, orang-orang Kristen pun banyak yang terjebak dalam kubangan ini, dan mereka tidak menyadari keadaan mereka yang sangat membahayakan itu. Mereka masih menikmati kesenangan dunia seperti anak-anak dunia menikmatinya. Dalam hal ini kita bisa memahami mengapa Tuhan Yesus menuntut agar pengikut-Nya melepaskan diri dari segala ikatan (Mat 19:21; Luk. 14:33). Untuk menjadi anak-anak Tuhan yang bisa dinikmati oleh Tuhan seseorang harus bisa tidak menikmati kesenangan dunia ini.

Melakukan kehendak Bapa akan menghidupkan dan memuaskan jiwa kita.

Tuesday 14 August 2012

Cita Rasa Jiwa

Terdapat pernyataan bahwa bagaimana kualitas fisik seseorang sangat ditentu­kan oleh apa yang dikonsumsinya. Dalam rentang waktu panjang kalau seseorang mengkonsumsi jenis makanan tertentu, maka dampaknya bukan saja pada kualitas fisik tetapi juga cita rasa lidahnya. Inilah yang menjadi persoalan berat bagi mereka yang hendak menurunkan berat badan atau diet supaya memiliki kesehatan yang prima. Hal ini, analog atau sejajar dengan kehidupan rohani seseorang. Kualitas kerohanian atau iman seseorang sangat ditentukan oleh jenis filosofi, doktrin, ajaran atau pemahaman yang diserapnya, tetapi juga menciptakan cita rasa jiwa atau selera jiwa. Inilah yang menjadi sulit untuk diubah.

Ketika seseorang sadar bahwa ia telah mengkonsumsi menu jiwa yang salah, maka ia beralih mencari asupan yang benar, yaitu kebenaran Firman Tuhan yang murni. Tetapi cita rasa atau selera jiwa belum bisa diubahkan dalam waktu yang singkat. Dibutuhkan ketekunan untuk terus menerus memperbaharui “mindset” nya dalam waktu yang panjang. Merubah cita rasa atau selera jiwa membutuhkan waktu yang benar-benar panjang. Bahkan kadang-kadang juga harus melalui pukulan, yaitu kejadian-kejadian yang menggoncangkan jiwa dan menekan perasaan. Sebab kalau “guratan” sirkuit jiwanya sudah mendalam, maka tidak mudah untuk menghapus atau menghilangkannya, harus ada guratan baru yang melampaui guratan yang sudah ada. Padahal membuat guratan baru tidak mudah, dituntut kerja keras dan rentang waktu yang cukup. Dalam hal ini tidak ada mujizat atau semacam sulapan.

Tuhan Yesus sendiri belum cukup mendidik murid-murid-Nya selama tiga setengah tahun untuk menjadikan mereka dapat memahami kebenaran-kebenaran Tuhan dengan mindset yang baru. Setelah kebangkitan-Nya, murid-murid dalam kebodohan masih meminta atau menuntut agar Tuhan Yesus memulihkan Kerajaan Israel duniawi. Rupanya tiga setengah tahun belum cukup merubah cita rasa dan selera jiwa murid-murid Tuhan Yesus. Mereka masih berpikir duniawi. Mereka belum memindahkan hatinya ke dalam Kerajaan Sorga. Mereka tidak merindukan “Firdaus-Nya”, seperti penjahat di samping salib Tuhan. Mereka masih ingin membangun Firdaus mereka sendiri. Mereka masih memiliki cita rasa dan selera Firdaus di bumi, bukan langit baru dan bumi yang baru. Kalau hal ini tidak segera ditanggulangi maka seseorang tidak pernah dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus dalam Kerajaan-Nya. Ini suatu kerugian yang luar biasa. Sarana yang mahal yang Tuhan sediakan untuk mengubah cita rasa atau selera jiwa ini adalah waktu. Bersiaplah.

Kebenaran Firman Tuhan merupakan makanan yang tepat untuk memenuhi selera jiwa kita.

Monday 13 August 2012

1 Peter 1:6-7

Take advantage of every opportunity to tidy up by finishing the things you started a few months ago. Take care of unfinished business and take the next step that will release you from dreaded and daunting responsibilities. That which is required of you is not as menacing as you have imagined. Just move ahead one step at a time until you have accomplished your goal, says the Lord. You must do this in order to find the spiritual freedom that comes as a result of being unencumbered. Freedom awaits.

1 Peter 1:6-7 In this you greatly rejoice, though now for a little while, if need be, you have been grieved by various trials, that the genuineness of your faith, being much more precious than gold that perishes, though it is tested by fire, may be found to praise, honor, and glory at the revelation of Jesus Christ.

James 4:8

How long will you falter between two opinions? (1 Kings 18:21) You entered into My kingdom by faith in the Son of God. And it is by faith that you were justified. You stand by faith and walk in faith. Yet (and I speak to many) you question My existence and have chosen to sit down like a stubborn donkey until I, the Lord, prove Myself through your circumstances. You must rise up and renew yourself in your most holy faith, says the Lord, before you will be able to move forward.

Live by faith in God's Word, not by presumptions of your own mind.

James 4:8 Draw near to God and He will draw near to you. Cleanse your hands, you sinners; and purify your hearts, you double-minded.

Kolose 3:5-6

"Apa yang menahan anda dalam kehidupan?"

Kecanduan, sakit hati, tidak adanya penguasaan diri, ego & keangkuhan, ketakutan & kekuatiran, sikap negatif... semua hal ini dapat menahan kita dalam kehidupan. Menahan kita untuk bertumbuh, maju meraih janji Tuhan & hidup berkemenangan.

Kita akan gregetan jika melihat orang-orang yg memiliki potensi luar biasa, tetapi hidup secara biasa. Mereka hidup di bawah potensi mereka, shg mereka tidak dapat mengalami yang terbaik dalam kehidupan mereka.

Di dalam roh Allah telah memberikan potensi untuk menang atas kecanduan, keterikatan, ketakutan, sakit hati, ketidakpenguasaan diri, maupun ego/kesombongan. Anda potensi manusia baru di dalam diri anda. Tidak seharusnya kita dikalahkan oleh diri kita sendiri.

Kemenangan merupakan sebuah janji. Allah berjanji memberikannya. Kita harus meraihnya. Namun sebelumnya, kita harus dapat mempercayainya. Percaya bahwa apa yg selama ini sulit kita ubah, hal tsb bisa berubah. Kerinduan Allah mendatangkan perubahan ke arah yg lebih baik JAUH LEBIH BESAR daripada kerinduan kita untk mengalami perubahan.

Rindukan perubahan ke arah yang lebih baik. Percayalah bhw Bapa sedang terus berkarya agar Ia dipermuliakan melalui kehidupan anda.

"Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)." | Kolose 3:5-6

Kesenangan Yang Mana?

Dalam diri setiap anak Tuhan ada pergumulan siapa yang akan dimenangkan, apakah kesenangan yang merugikan atau kesenangan yang tidak merugikan. Dalam kitab Yakobus 4:1-4, memang tidak tertulis bagaimana memenangkan kesenangan yang menguntungkan, tetapi dalam kitab Yakobus 3:1-18, Yakobus berbicara mengenai hikmat yang dari atas. Sebenarnya Yakobus hendak menasihati

orang percaya, kalau jiwanya diisi dengan hikmat yang dari atas, maka kesenangannya tidak diarahkan kepada obyek yang salah. Dikatakan sebagai umat pemenang adalah jika ia berhasil memenangkan pergumulan ini, yaitu memiliki gairah atau kesenangan yang bukan dunia ini. Hal ini menciptakan arah kehidupan. Perlu diingatkan di sini bahwa arah yang salah dalam waktu yang terlalu lama, tidak bisa diubah lagi. Pergumulan ini sama dengan yang dikatakan Tuhan Yesus dalam Matius 10:39, yaitu pergumulan kehilangan nyawa. Nyawa di sini adalah gambaran kesenangan. Kalau seseorang rela kehilangan kesenangan dunia ini, maka ia akan memperoleh kesenangan di dunia yang akan datang, tidak bisa menikmati keduanya, harus memilih salah satu. Apakah Tuhan yang disambut atau dunia yang di belakangnya ada Lusifer yang jatuh. Seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan (Mat. 6:24).

Dalam Matius 10:40, Tuhan Yesus menegaskan barangsiapa menyambut berita Injil, ia menyambut Tuhan Yesus, dan barangsiapa menyambut Tuhan Yesus, ia menyambut Allah Bapa. Kata menyambut dalam Mat 10:39, adalah dechomai (δέχομαι) yang berarti to take with the hand; to taker hold; to receive hospitality (menyambut dengan tangan dan menggenggam dan keramahan atau kesopanan). Perlu diperiksa seberapa pantas seseorang menyambut Tuhan Yesus sebagai Tuhan. Masalahnya adalah apakah seseorang mendengar Injil yang benar. Kalau seseorang tidak mendengar Injil yang benar, ia tidak pernah mendengar keselamatan yang sejati. Namun demikian kalaupun mendengar Injil yang benar apakah bersedia barter, yaitu rela meninggalkan segala sesuatu supaya memperoleh Kristus (Flp. 3:7-9). Seseorang tidak dapat menyambut Tuhan Yesus kalau masih mengingini kesenangan dunia. Dalam Lukas 8:14, ditunjukkan bahwa Firman Tuhan (kebenaran Injil) tidak bisa bertumbuh kalau seseorang masih menyukai kesenangan dunia (hedone). Inilah yang membuat seseorang tidak bertumbuh walaupun sering mendengar Firman Tuhan yang benar. Karena tidak rela kehilangan kesenangan dunia, maka ia bersahabat dengan dunia, menjadi musuh Allah dan dimeteraikan menjadi mempelai iblis.

Firman Tuhan tidak dapat tumbuh jika seseorang masih mencintai kesenangan dunia.

Sunday 12 August 2012

Hedone

Pada akhirnya Tuhan akan memperkarakan gairah apa yang ada pada setiap individu. Dari gairah tesebut akan terbukti seseorang berkiblat kepada siapa. Orang-orang yang memiliki banyak keinginan untuk memuaskan hawa nafsu adalah orang-orang yang berkiblat kepada dunia. Mereka menjadikan dirinya musuh Allah (Yak. 4:4). Kata kesenangan dalam teks asli dari Yakobus 4:1-3 adalah hedone (ἡδονή) yang artinya pleasure (kesenangan), enjoyment in an unfavorable sense (kesenangan atau kepuasan yang merugikan) (Luk. 8:14; Tit. 3:3; 2 Pet. 2:13). Kata hedone ini dalam Alkitab bahasa Indonesia, diterjemahkan dengan hawa nafsu. Dalam hal ini, ada hawa nafsu, atau kesenangan yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Kata mengingini (Yak. 4:2) dalam teks aslinya adalah epithumia (ἐπιθυμέω) atau lust yang artinya keinginan yang kuat atau sangat mengingini (covet, craved, longing, desire). Kalau mau jujur, setiap orang bisa memeriksa, apakah dirinya kekasih Tuhan atau musuh Tuhan? Perlu kita memeriksa, gairah apa yang paling kuat dan mendesak dalam jiwa kita. Gairah itu adalah nyawa dari seseorang. Bagaimana warna nyawa seseorang tergantung dari apa yang disiramkan atasnya. Itulah sebabnya dalam Amsal 4:23, agar hati dijaga dengan segala kewaspadaan. Kata hati adalah leb (בֵל) yang juga berarti inner man (manusia batiniah), mind (pikiran), will (kehendak), heart (hati). Dalam hal ini betapa kita harus merawat manusia batiniah kita dengan seksama. Warna gairah seseorang tidak bisa dibangun dalam satu hari. Warna, kualitas atau isi gairah seseorang dibangun melalui tahun-tahun yang panjang. Adalah kecerobohan kalau seseorang tidak mengisi jiwanya dengan Firman yang keluar dari mulut Allah.

Dalam Matius 4:4 satu aspek hendak menunjukkan bahwa makanan jiwa seseorang haruslah Firman yang keluar dari mulut Allah, tetapi aspek lain harus diwaspadai bahwa ada “firman” yang keluar dari mulut yang lain. Seseorang tidak bisa bersikap pasif. Kalau bukan Firman yang keluar dari mulut Allah, ada firman yang keluar dari mulut iblis. Inilah yang menciptakan gairah, dan gairah mengarahkan manusia menjadi kekasih Allah atau musuh Allah (Yak. 4:4). Kalau seseorang mendengar Firman yang keluar dari mulut Allah, kesenangannya adalah Tuhan (kesenangan yang menguntungkan) tetapi kalau dunia yang mengisi bejana hatinya maka kesenangannya adalah kesenangan yang membinasakan. Setiap orang akan dibawa kepada dua kemungkinan apakah gairahnya makin kuat ke arah Tuhan atau ke dunia. Oleh sebab itu setiap kita harus memperhatikan, gairah apakah yang paling banyak mengisi jiwa kita?

Memahami kebenaran Firman Tuhan, meningkatkan gairah untuk dekat kepada Allah.

Memperhatikan Jejak-Nya

Tujuan hidup orang kristen adalah menjadi anak-anak Allah yang berkapasitas berpikir dan bertindak seperti Allah Bapa. Mereka yang memiliki keberanian memasuki kehidupan cara demikian adalah manusia yang berkualitas tinggi. Allah Bapa menghendaki kita memiliki kehidupan yang berkualitas tinggi atau hidup dalam kelimpahan (Yoh. 10:10). Sebelum Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya harus sempurna seperti Bapa, Tuhan Yesus menunjukkan salah satu tindakan Allah Bapa; bahwa Allah Bapa memiliki hakekat berbuat baik kepada semua manusia tanpa perbedaan. Anak-anak Allah dianjurkan juga mengasihi semua orang termasuk orang-orang yang memusuhinya (Mat. 5:44-47). Ini berarti orang percaya harus diperhadapkan kepada dunia ini dengan segala macam manusia yang ada di dalamnya. Bagi orang percaya tidak perlu atau bahkan tidak boleh meninggalkan keramaian dunia. Justru di tengah-tengah pergumulan hidup, orang percaya diajar untuk mengenakan pribadi Allah Bapa. Melalui segala pergumulan hidup, anak-anak Allah mengasah kecerdasan Ilahi, yaitu bertindak seperti Allah Bapa. Kalau orang percaya tidak menghadapi berbagai masalah kehidupan di dunia, maka ia kehilangan kesempatan mengasah kecerdasan rohnya. Justru sekolah kehidupan bisa berlangsung di tengah-tengah masalah hidup yang berkecamuk. Supaya bisa menjadi anak-anak Allah, Allah Bapa memberikan kuasa. Kuasa yang diberikan berdaya guna tidak terbatas, tetapi akan menjadi sia-sia kalau tidak diresponi secara benar.

Kuasa kegelapan berusaha membuat manusia sibuk dengan banyak hal sehingga mengabaikan anugerah ini. Itulah sebabnya banyak orang Kristen diberi kesempatan bertumbuh melalui segala peristiwa kehidupan yang terjadi tetapi malah menjadi rusak (Ro. 8:28). Mereka tidak menanggapi peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya dengan sikap yang benar. Dalam segala perkara Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Ini berarti melalui segala hal jejak Tuhan akan sangat kelihatan. Jejak Tuhan itulah suara Tuhan dan kecerdasan-Nya yang harus ditangkap atau dimengerti. Mengerti jejak Tuhan berarti belajar kecerdasan-Nya. Dipandu oleh kebenaran Firman Tuhan, seseorang dapat membuka rahasia-rahasia pengenalan akan pribadi Allah. Sayang apa yang disediakan oleh Tuhan melalui segala kejadian hidup sering tidak dihargai. Pada hal peristiwa-peristiwa kehidupan dapat menjadi sarana umat berdialog dengan Allah. Allah Bapa selalu berbicara kepada umat di dalam dan melalui segala peristiwa. Untuk itu, kita mulai sekarang harus dengan teliti memperhatikan jejak-Nya.

Telinga yang peka terhadap firman-Nya, menyingkapkan rahasia pengenalan kepada Allah.

Thursday 9 August 2012

Hebrews 12:6

Beloved, you are still in a season of correction. Pay attention because it will sometimes come in unexpected ways. I will even use situations and circumstances to reveal places that need adjustment. All you have to do is be willing to yield and to refuse to respond defensively or take correction as rejection. You are still under My tutelage, and I am refining you as you grow in My kingdom, says the Lord. You will be glad that you surrendered to this process. 

Hebrews 12:6 For whom the LORD loves He chastens, and scourges every son whom He receives.

Teknon

Setiap orang percaya dituntut memiliki kepribadian seperti Bapa. Hal ini sama dengan memiliki kecerdasan seperti Bapa; kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan rohani, yaitu memahami apa yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Goal ini tidak boleh digantikan dengan yang lain. Penyimpangan dari tujuan ini berarti penyesatan, kesalahan yang tidak bisa ditolerir. Inilah keselamatan itu, yaitu usaha Tuhan untuk mengembalikan ma­nusia kepada rancangan-Nya semula; menciptakan makhluk yang berkualitas seperti diri Allah Bapa. Yohanes mengatakan bahwa Allah memberikan kuasa supaya orang percaya menjadi anak-anak Allah, maksudnya bisa memiliki ke­pribadian seperti Allah Bapa. Seorang yang mengaku anak Allah harus men­gusahakan diri untuk berkualitas sebagai anak-anak Allah. Menjadi anak Allah di sini bukan sekedar diakui berstatus sebagai anak Allah, tetapi berkeadaan seperti Allah Bapa. Kata anak dalam teks ini adalah teknon (τέκνον), ini be­rarti keturunan atau anak kandung (Ing. Offspring). Dalam kata teknon termuat pewarisan karakter. Karakter anak tergantung pada orang tuanya. Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus agar kita menjadi sempurna seperti Bapa. Sama seper­ti Bapa dalam kecerdasan-Nya dalam mengambil keputusan, ketepatan dalam mengambil pilihan, dalam berpikir dan kualitas perasaan.

Proses menjadi anak-anak Allah ini adalah proses dilahirkan oleh Allah (Yoh. 1:13). Proses kelahiran ini bisa terjadi oleh Firman Tuhan yang benar (1Ptr. 1:23). Dalam 1 Petrus 1 tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan hal ini antara lain: keselamatan jiwa sebagai tujuan iman (1Ptr. 1:9). Keselamatan jiwa di sini maksudnya adalah jiwa yang diubahkan. Kalau jiwa tidak atau belum diubahkan berarti belum selamat. Oleh sebab itu setelah mengaku anak Allah, harus hidup dalam ketakutan selama menumpang di dunia (1Ptr. 1:17). Sebab penebusan Tuhan Yesus dimaksudkan agar kita dikeluarkan atau diubah dari cara hidup yang sia-sia yang telah diwarisi dari nenek moyang (1Ptr. 1:18-19). Sekarang ini kalau seseorang mengaku sebagai anak-anak Allah, tetapi tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan keselamatannya, maka ia tidak pernah mengalami kelahiran baru. Hal ini dipicu oleh pengajaran, bahwa kalau seseorang sudah percaya (pengaminan akali) kepada Tuhan Yesus, berarti sudah menjadi anak Allah dan kelahiran baru akan terjadi secara otomatis. Ini merupakan suatu kesalahan fatal.

Selalu mengusahakan diri agar memiliki hidup berkualitas adalah ciri anak-anak Allah.

Wednesday 8 August 2012

Melakukan Kehendak Bapa

Hendaknya kita tidak berpikir, bahwa Tuhan hendak menjebak orang Kristen berhubung Tuhan tidak mau berterus terang sekarang ini, bahwa Tuhan tidak mengenal orang-orang tertentu (Mat. 7:21-23). Tuhan menghendaki agar orang percaya belajar untuk mulai berdialog dengan Tuhan, bukan untuk mempersoalkan apakah seseorang sudah berbuat ini atau itu, tetapi apakah hidupnya sudah melakukan kehendak Allah Bapa dan benar-benar menyukakan hati-Nya. Untuk ini seseorang harus memeriksa diri dengan jujur. Apakah dirinya menyukakan hati Tuhan atau tidak. Dalam Matius 7:21-23, Tuhan tidak mempedulikan apakah orang-orang tersebut sudah mengusir setan, mengadakan banyak mujizat atau bernubuat. Tetapi apakah mereka sudah melakukan kehendak Bapa. Sekarang ini Tuhan tidak perlu berterus terang, sebab kita sendiri harus tahu apakah kita ada di dalam kehendak Bapa atau tidak. Untuk mengetahui apakah seseorang sudah melakukan kehendak Bapa atau tidak, dibutuhkan kepekaan. Untuk memiliki kepekaan, pikiran harus diasah dengan cara mengisinya dengan kebenaran Firman Tuhan. Ini sama dengan mengalami pembaharuan pikiran. Jangan berharap ketika seseorang berkata, ”selidiki aku Tuhan,” lalu Tuhan dengan segera menunjukkan butir-butir kesalahannya. Harus diingat bahwa kekristenan bukan agama hukum yang kesalahannya bisa ditunjukkan dengan butir-butir hukum, di pasal berapa dan di ayat mana.

Bagi orang Kristen baru atau yang belum dewasa, masih dalam taraf “hukum” Tuhan menunjukkan kesalahan yang didasarkan pada hukum atau peraturan tertentu yang bersifat moral. Tetapi bagi yang sudah dewasa, penunjukan kesalahan atau kemelesetan di hadapan Tuhan harus melalui mekanisme yaitu mengerti kebenaran sehingga memiliki kepekaan, dengan kepekaan itu dengan sendirinya mengerti apakah hidupnya sudah memuaskan hati-Nya atau belum. Dengan mengalami pembaharuan pikiran maka cita rasa jiwanya sama dengan cita rasa Tuhan. Dengan cita rasa yang sama ini seseorang bisa mengerti benar apakah hidupnya bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak. Jadi, kalau kehausan seseorang masih pada perkara-perkara dunia, kehormatan, sanjungan dan segala sesuatu yang bersifat duniawi, maka tidak akan memiliki cita rasa Ilahi atau indera rohani untuk mengerti apakah dirinya bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak. Orang-orang seperti ini tidak memiliki kepastian apakah dirinya dimuliakan bersama dengan Kristus atau tidak (Rm. 8:17). Paulus memiliki keyakinan bahwa dirinya akan dimuliakan bersama dengan Kristus, setelah ia berjuang “habis-habisan untuk Tuhan” (2 Tim. 4:3-8).

Bercermin dengan menggunakan firman Tuhan, kita dapat melihat keadaan hati kita sebenarnya.

Tuesday 7 August 2012

Homologeso

Kata “berterus terang” dalam teks aslinya adalah homologeso (ὁμολογήσω) yang memiliki pengertian mendeklarasikan atau memberi pernyataan resmi (declare), mengakui (confess), berbicara apa adanya atau berterus terang (say plainly). Banyak orang hari ini merasa sebagai dekat dengan Tuhan, orang khusus-Nya dan lain sebagainya. Tetapi suatu hari nanti Tuhan akan mendeklarasikan siapa yang menjadi sahabat dekat-Nya dan yang bukan. Hal ini harus menjadi perhatian kita dengan serius, apakah dalam pengumuman atau deklarasi Ilahi nanti, nama kita disebut dan termasuk orang-orang yang tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba? Bisakah kita mengintip isi buku itu? Tentu bisa, yaitu dengan cara berusaha untuk mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya dengan benar. Sehingga keselamatan bukan lagi menjadi gambling atau spekulasi tetapi kepastian.

Kita tidak perlu mencari bocoran apakah nama kita ada di sana, tetapi dengan berusaha melakukan kehendak Bapa, kita tahu bahwa nama kita tertulis di sana. Dalam hal ini, kita tidak perlu memaksa Tuhan untuk berterus terang apakah Dia mengenal (menikmati) kita atau tidak? Sebab dalam hal ini kita dengan sendirinya akan tahu, apakah sekarang ini selama kita tinggal di dunia bisa dinikmati oleh Tuhan atau tidak? Hari ini Tuhan belum mendeklarasikan siapa umat yang terpilih dan yang tidak, Tuhan belum berterus terang. Mengapa? sebab Tuhan menghendaki agar setiap orang percaya memeriksa diri secara benar. Tentu Tuhan menghendaki orang percaya mengenali dirinya dengan benar seperti Tuhan mengenali diri kita.

Dalam hal ini seseorang harus berusaha untuk bisa mengerti apa yang dirasakan Tuhan mengenai diri kita. Kita harus berusaha tahu bagaimana penilaian Tuhan terhadap kita. Apakah kita memuaskan Dia atau tidak? Kalimat bahwa “Tuhan tidak mengenal mereka” sebenarnya berarti Tuhan tidak dapat menikmati mereka. Mengapa mereka tidak dapat dinikmati? Sebab mereka melakukan kehendaknya sendiri, bukan kehendak Bapa. Kata mengenal adalah ginosko (γινώσκω) artinya knowing by experiencing. Kata ini sejajar dengan kata “yada” dalam bahasa ibrani yada (עַ֖דָי) artinya bersetubuh. Sebenarnya ada kata lain yang bisa berarti mengenal atau mengetahui yaitu oida (οἶδα). Kata ini berarti mengetahui lengkap sempurna (fullness of knowledge). Bukan kata “oida” yang dipakai oleh Tuhan Yesus, tetapi ginosko. Dengan demikian kalimat “Aku tidak kenal kamu” artinya bahwa Tuhan tidak menikmati orang tersebut. Orang tersebut tidak menyukakan hati Tuhan. Untuk itu, usaha kita hari ini adalah mencari kehendak Tuhan dan melakukannya.

Mencari kehendak Tuhan dan melakukannya, salah satu cara untuk menyukakan hati Tuhan.

Monday 6 August 2012

Mengapa Tidak Sekarang?

Ada pernyataan Tuhan yang akan disoroti secara khusus, sebab perkataan itu sangat penting. Pada hari penghakiman nanti, Tuhan akan berbicara kepada orang-orang yang merasa sudah memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan Yesus. “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”(Mat. 7:23). Pernyataan yang dimaksudkan di atas adalah “pada hari itulah Aku akan berterus terang”. Perlu kita persoalkan, mengapa Tuhan baru berterus terang nanti, pada waktu mana tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki diri. Betapa membahayakan dan mengerikan keadaan ini! Bila keadaan seorang Kristen tidak berkenan kepada-Nya, mengapa Tuhan tidak berterus terang sekarang ini, pada waktu mana masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri? Apakah Tuhan sekarang ini sengaja berdiam diri dan membiarkan orang Kristen dalam keadaan yang membahayakan? Jawaban terhadap pertanyaan ini tidak mudah.

Tetapi Alkitab bisa menjawab. Sama seperti kisah mengenai orang kaya dan Lazarus (Luk. 16:19-30). Orang kaya tersebut tidak menduga bahwa pada akhirnya ia ada di tempat yang sangat mengerikan. Apakah Tuhan tidak mengingatkan sebelumnya? Tentu sudah! Abraham mengatakan kepada orang kaya itu, bahwa di dunia sudah ada tuntunan Firman Tuhan yang bisa menghindarkan orang kaya dari penderitaan abadi (Luk. 16:29-31). Jelas sekali orang kaya ini tahu bahwa ada tuntunan agar ia melakukan kebajikan, Tetapi ia tidak melakukannya. Ia juga tidak memberi kesempatan dirinya diselamatkan oleh kehadiran Lazarus di rumahnya. Lazarus dihadirkan dalam hidupnya agar ia bisa berbuat baik, dan kebaikannya bisa menyelamatkannya (Mat. 25:41-43). Sekarang ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Ia telah menyia-nyiakan kesempatan yang sangat mahal. Orang kaya ini tidak bertumbuh dalam kebenaran sehingga ia tidak sanggup merasakan penderitaan orang lain. Ia lebih membiasakan diri untuk memuaskan diri sendiri secara salah. Ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan (Luk. 16:19). Fragmen mengenai orang kaya dan Lazarus, analog dengan kisah penolakan Tuhan terhadap orang-orang yang merasa dirinya tidak dalam kondisi berbahaya. Mereka menikmati pelayanan dan berbagai karunia Roh, tetapi ironisnya mereka tidak dapat dinikmati oleh Tuhan. Hal ini bisa terjadi atas hidup setiap orang Kristen sebagai nak-anak Tuhan dan para aktifis gereja bahkan para pendeta. Untuk itu betapa kita harus waspada.

Selalu mengoreksi sikap hati kita, merupakan sikap waspada agar terhindar dari penolakan Tuhan.

Sunday 5 August 2012

Katharoi

Untuk memasuki kehidupan yang istimewa, yaitu berdialog dengan Tuhan, perlu memiliki landasan yaitu harus hidup suci, sebab tanpa kesucian tidak seorangpun akan melihat Allah. Kata “suci” dalam Matius 5:8 dari terjemahan kata Yunani katharoi (Ing. clean). Kata “katharoi” lebih menunjuk keadaan hati yang tidak tercemari oleh pengaruh dunia sekitar. Hati yang terpelihara dari segala perasaan negatif seperti dendam, kepahitan, cemburu, iri, tidak mengampuni, mengingini hal-hal yang bukan bagiannya dan lain sebagainya. Kata “melihat” dalam Matius 5:8, teks asli Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani adalah opsontai, kata dasarnya adalah horao (ὁράω). Melihat di sini lebih ditekankan melihat dengan pikiran atau pengertian (mind). Bukan melihat dengan mata fisik atau mata jasmani. Ini berarti seorang yang suci hatinya adalah seorang yang mampu mengerti kehendak Tuhan. Mengerti kehendak Tuhan di sini tidak sama dengan ilmu tentang Tuhan yang di­pelajari di sekolah-sekolah Theologia. Mengerti kehendak Tuhan menunjuk kepada kepekaan seseorang menangkap apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya pribadi dan rencana-rencana-Nya bagi dunia sekitar.

Jadi kata melihat di sini lebih berarti sebagai melihat dengan hati. Orang-orang seperti ini adalah pribadi-pribadi yang tergolong sebagai sensitif terhadap pikiran dan perasaan Allah. Inilah kemampuan untuk mendengar suara Roh. Dalam pelayanan pemberitaan Firman, pemberitanya haruslah seorang yang telah memiliki kemampuan untuk mendengar suara Roh. Bila tidak jemaat hanya menjadi korban pikiran manusia atau pikiran mendadak yang muncul di benak pelayan Firman tatkala berbicara di mimbar yang diakui sebagai Sabda Allah. Kesucian hati seperti yang dimaksud Tuhan dalam Matius 5:8 merupakan panggilan yang mutlak harus dialami oleh setiap warga Kerajaan Sorga. Orang percaya sebagai warga Kerajaan Sorga diperkenan untuk mengenal Allah secara dekat dan intim. Orang percaya bukanlah pribadi yang terpisah dari Allah sehingga tidak mengenali-Nya. Anugerah Allah dalam Yesus Kristus memberi peluang orang percaya untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan mengenal dekat pribadi Allah. Allah adalah Bapa yang berkenan dekat dengan anak-anak-Nya. Kehendak dan rencana-rencana-Nya rela dikenali oleh anak-anak-Nya. Jadi bila seseorang tidak mampu mengerti ke­hendak Allah dan rencana-rencana-Nya bukan karena Allah “pelit” menunjukkan kehendak dan rencana-rencana-Nya, tetapi oleh karena umat itu sendiri yang tidak mampu menangkap kehendak dan rencana-rencana-Nya.

Kepekaan hati untuk merespon firman Tuhan, merupakan tindakan mendengar suaraNya.

Merasa Mampu

Untuk memasuki kehidupan yang istimewa, yaitu berdialog dengan Tuhan, perlu memiliki landasan, yaitu aktif mencari kehendak Allah. Ini adalah orang-orang yang haus akan kebenaran. Sudah biasa orang berkata, “bimbinglah kami ya Tuhan”. Kenyataannya banyak orang tidak hidup dalam bimbingan Tuhan, sekalipun mulut mereka berkata,“bimbinglah kami”. Tuhan berusaha untuk membimbing umat-Nya (Mzm. 23:2-3), tetapi umat-Nya lah yang menolak bimbingan-Nya. Sering doa memohon bimbingan Tuhan hanya merupakan kalimat penghias doa saja, tetapi kenyataannya orang tersebut tidak sungguh-sungguh mohon bimbingan Tuhan. Padahal Allah begitu bergairah membimbing umat-Nya. Umat-Nyalah yang sering kurang bergairah. Gembala yang Agung itu selalu membimbing umat-Nya, tetapi domba-Nya yang sering memilih jalannya sendiri-sendiri. Penolakan terhadap bimbingan Tuhan nampak pada waktu seseorang tidak melibatkan Tuhan dalam perencanaan dan pilihannya, sebagai akibatnya menemui berbagai kegagalan dan kerugian bahkan bisa menyeretnya ke dalam kebinasaan.

Dalam Yakobus 4:13-17, dengan jelas Tuhan mengajarkan agar umat tidak boleh melupakan Tuhan dalam perencanaan. Allah harus dilibatkan, maksudnya adalah selalu mempertanyakan apakah sesuatu yang dilakukan sesuai dengan rencana-Nya. Tentu tidak ada yang mau menghadapi bencana seperti yang dialami oleh Naomi (Rut 1). Abraham juga pernah mengalami kepahitan, tatkala ia berjalan tanpa petunjuk Tuhan (Kejadian 16). Ia mengambil Hagar menjadi istri tanpa minta persetujuan Tuhan, sebagai akibatnya penderitaan panjang yang harus dialami anak cucunya, bahkan ia sendiri. Kita harus memiliki keberanian, kesabaran dan keyakinan teguh untuk mohon petunjuk-Nya dalam mengambil tindakan. Daud di Ziklag ketika terdesak oleh keadaan yang sulit ia berdoa mohon petunjuk Tuhan (1 Sam. 30:1-8). Dalam hal ini dibutuhkan kerendahan hati (Maz. 25:9). Kerendahan hati berpangkal pada kesadaran bahwa kita membutuhkan Tuhan. Kita tidak dapat jalan sendiri. Pengandalan kekuatan manusia adalah kutuk (Yer. 17:5). Kesombongan berpangkal pada “rasa mampu hidup tanpa Tuhan”. Kesombongan seseorang akan menutup mata hatinya menerima bimbingan Tuhan. Kerendahan hati nampak dalam kesediaan untuk memiliki hati seperti anak-anak; selalu merasa membutuhkan topangan Tuhan (Mat. 18:3). Allah menentang orang congkak, tetapi mengaruniakan anugerah kepada orang yang rendah hati (1 Ptr. 5:5). Anugerah di sini bisa berarti bimbingan Tuhan yang membawa kepada kehendak dan rencana-Nya.

Kerendahan hati, pasti akan mendatangkan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

Dia Sangat Nyata

Untuk memasuki kehidupan yang istimewa, yaitu berdialog dengan Tuhan, kita perlu memiliki landasan, yaitu selalu dalam kesadaran, bahwa Allah adalah Allah yang hidup. Ia bertelinga untuk mendengar, memiliki kehendak untuk mengambil keputusan dan bertindak. Ia memiliki perasaan yang reaktif dan responsif terhadap semua tindakan umat-Nya. Oleh sebab itu adalah kerugian kalau

kita tidak mengalami Tuhan secara riil melalui dialog dengan Tuhan. Ia adalah Allah yang nyata. Alkitab tidak pernah mencoba membuktikan adanya Tuhan, sebab para penulis Alkitab yakin dan mengalami bahwa Tuhan sangat riil. Bagi mereka Allah tidak perlu dibuktikan lagi, karena sedemikian riilnya. Berdialog dengan Tuhan bukanlah sesuatu yang jauh dari pengalaman hidup orang percaya. Seharusnya sedekat detak jantung kita, sedekat itulah suara Tuhan dapat kita dengar. Ia tinggal di dalam kita. Kenyataannya, jarang sekali orang yang dapat mengalami secara riil kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Dengan demikian mereka berpikir bahwa yang dapat mendengar suara Tuhan hanya orang khusus saja. Dengan “mental block” ini, mereka sudah menjadi sangat pesimis untuk bisa berdialog dengan Tuhan.

Dalam hal ini perlu catatan penting bahwa kita tidak boleh memaksa Tuhan menyatakan diri secara fisik. Kita tidak boleh menuntut bukti-bukti lahiriah dan pengalaman fisik baru kita percaya kehadiran-Nya. Tuhan sendiri mengajarkan bahwa kita harus percaya walau tidak melihat (Yoh. 20:29). Bila Tuhan menunjukkan bahwa ada orang yang percaya walau tidak melihat, maka Tuhan tidak menjamin bahwa Tuhan akan menyatakan diri secara fisik supaya orang percaya. Dalam hal ini dibutuhkan iman percaya, bukan perasaan atas bukti lahiriah. Pengalaman emosi tidak dapat menjadi dasar pengalaman kita dengan Tuhan. Perasaan mudah berubah bahkan kadang menipu. Kita harus melatih berjalan dengan iman bukan dengan penglihatan (2 Kor. 5:7).

Kita harus berani percaya walau kita tidak merasakan secara fisik, walau kita tidak memiliki pengalaman yang spektakuler dengan Tuhan, kita percaya Dia Mahahadir. Hal ini menjadi irama yang melekat dan menyatu dengan jiwa kita. Kalau seseorang tidak memiliki pengalaman yang spektakuler dengan Tuhan tetapi tetap percaya, maka itulah suatu hal yang berkenan di hadapan Tuhan. Membiasakan diri percaya dengan cara demikian akan mendewasakan iman kita. Inilah percaya yang benar. Memang untuk memiliki percaya demikian ini tidak mudah, tetapi kita harus membiasakannya.

Kadar iman percaya kita kepada Allah tidak dipengaruhi oleh sudah berapa lama kita menjadi seorang Kristen.

Thursday 2 August 2012

Proverbs 3:27 & 2 Corinthians 9:6

I have given you seeds to sow that will produce a powerful harvest in due season. Do not sow sparingly nor hold back what is in your power to give. I'm not only speaking to you of your finances, but of your time, energy and goodwill. Open your heart and allow Me to establish a generous spirit so that out of that generosity, you will reap abundantly, says the Lord. It is My will and desire that you prosper in all things.

Proverbs 3:27 Do not withhold good from those to whom it is due, when it is in the power of your hand to do so.

2 Corinthians 9:6 But this I say: He who sows sparingly will also reap sparingly, and he who sows bountifully will also reap bountifully.

CO2

Karena Tuhan tinggal di dalam kita melalui Roh-Nya, maka percakapan dengan Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu. Di mana kita ada, Tuhan juga berada. Ia selalu beserta di dalam kita. Sebuah perjumpaan tiada henti, sebuah hubungan interaksi yang tiada putus. Di sinilah letak nafas kehidupan orang percaya. Benarlah apa yang pernah kita dengar, bahwa doa adalah nafas rohani. Doa bukan hanya kegiatan pada waktu kita berlutut atau melipat tangan mengucapkan kalimat doa, tetapi percakapan setiap waktu di manapun kita berada dan kapan saja. Dengan demikian kita bisa mengeluarkan CO2 dosa dan menghirup O2 kebenaran dan kehadiran Tuhan. Kehidupan seperti ini tentu akan jauh dari perbuatan yang salah. Inilah langkah untuk memiliki kehidupan yang tidak bercacat dan bercela di hadapan Tuhan. Kehidupan yang dipersembahkan bagi Tuhan untuk kemuliaan-Nya. Tentu kehidupan seperti ini sungguh-sungguh dapat menyukakan hati Allah Bapa, dan kita sendiri sebagai orang percaya. Inilah mahalnya nilai sebuah kehidupan. Sebuah kehidupan yang benar-benar sangat eksklusif. Bernilai sangat tinggi.

Pengalaman ini haruslah menjadi pengalaman yang dipandang sebagai hal biasa, sebagai kehidupan wajar dan natural anak-anak Allah yang ideal. Tetapi harus diakui untuk mencapai yang wajar dan normal ini seorang Kristen harus berjuang mati-matian tanpa batas, artinya apapun yang ada pada orang percaya harus dipertaruhkan demi mencapai tujuan tersebut. Sayangnya, sedikit sekali orang Kristen yang mau melakukan hal ini. Pada umumnya merasa sudah puas dengan kehidupan kekristenannya yang biasa-biasa saja. Padahal kekristenan yang biasa-biasa adalah kekristenan yang “luar biasa” atau yang invalid atau cacat. Itu jauh dari standar yang dikehendaki oleh Allah.

Jadi memang, pokok bahasan dialog dengan Tuhan adalah pemberitaan Firman Tuhan yang ditujukan hanya kepada orang-orang Kristen yang sudah keluar dari pola hidup kekristenannya yang oportunis dan manipulatif (tidak memanfaatkan Tuhan demi berkat-Nya, tetapi demi Tuhan sendiri). Ini adalah orang-orang Kristen yang mau mengerti kehendak Tuhan untuk dilakukan, yang sungguh-sungguh dengan segenap hati mau mengabdi kepada Tuhan. Bukan orang Kristen yang hanya berusaha menggunakan Tuhan untuk kepentingannya sendiri. Dialog dengan Tuhan merupakan persoalan yang digumuli oleh orang-orang Kristen yang mau mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya, selanjutnya mau bergumul bagaimana mengabdi kepada Tuhan. Ini adalah orang-orang Kristen yang dewasa.

Jangan merasa cepat puas dan cukup untuk kehidupan rohani Anda, berikanlah rasa kurang agar selalu dipuaskan dan dicukupkan.

Wednesday 1 August 2012

Semua Orang Bisa Berdialog

Penyatuan atau penggabungan dengan Tuhan bukan proses yang terjadi dengan sendirinya atau secara otomatis. Ini adalah proses yang harus diadakan dan diperjuangkan terus tiada henti, dengan pengorbanan segenap hidup tanpa batas. Ini juga bukan proses yang hanya bisa dilakukan oleh satu pihak, tetapi dilakukan oleh ke dua belah pihak, pihak Tuhan dan pihak kita; orang percaya. Kita harus sungguh-sungguh merindukan hal ini sebagai suatu nilai yang melampaui segala nilai. Sehingga kita dapat memperjuangkannya tanpa merasa keberatan sama sekali, sebaliknya kita merasa bahwa perjuangan mencapai level “menyatu dengan Tuhan” adalah kebutuhan yang tidak bisa digantikan dengan apapun juga. Tuhan begitu aktif hendak mengajak kita menyatu, tetapi fakta yang sering terjadi adalah banyak orang Kristen yang tidak serius menyambut ajakan Tuhan tersebut. Sehingga keinginan Tuhan seperti “bertepuk sebelah tangan”. Banyak orang Kristen mengharapkan proses penyatuan dengan Tuhan bisa terjadi dengan sendirinya; tanpa kerja keras dan perjuangan. Sebagai akibatnya, banyak orang Kristen yang tidak pernah mengalami realisasi dari anugerah Tuhan yang bergitu besar ini. Pada akhirnya mereka menganggap, bahwa persekutuan dengan Tuhan yang intim dan eksklusif, hanya dimiliki oleh beberapa orang tertentu yang mendapat anugerah hak istimewa dari Tuhan. Mereka merasa tidak memiliki hak istimewa tersebut. Mereka menganggap bahwa penyatuan dengan Tuhan adalah mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Pada umumnya mereka sudah puas menjadi “orang Kristen awam”.

Penyatuan dengan Tuhan, di mana seseorang memiliki peluang untuk berdialog dengan Tuhan hanyalah untuk para pendeta, hamba Tuhan atau yang diberi karunia khusus. Mereka sebagai “orang awam” hanya dapat mengharapkan memperoleh pesan-pesan Tuhan melalui hamba-hamba Tuhan tersebut. Mereka menantikan orang lain yang bisa berdialog dengan Tuhan untuk memberi nasihat dan menyampaikan rencana-rencana-Nya kepada mereka. Ironinya, dari orang-orang yang berani berkata bahwa mereka bisa menjadi perantara antara Tuhan dan umat, tidak sedikit adalah nabi-nabi palsu. Bermodalkan keberanian untuk berdusta dan kenekatan, mereka menyaksikan bahwa mereka bisa berdialog dengan Tuhan. Dengan hal itu mereka bisa memperdaya umat yang tidak memahami apa artinya berdialog dengan Tuhan. Mereka beranggapan bahwa hanya hamba-hamba Tuhan tersebut yang bisa berdialog dengan Tuhan. Pada hal setiap orang percaya bisa berdialog dengan Tuhan tanpa kecuali. Hal ini tergantung masing-masing individu.

Mengisi hati dengan selalu merenungkan firman-Nya, melatih diri untuk dapat berdialog dengan Tuhan.

1 John 5:4

The stand that you have taken against the enemy is being challenged. Now you must decide what to do about that. Will you just sit down in defeat because your ground is too hard to hold? Or, will you rise up in faith and authority to re-establish and maintain your victory? The choice is yours, but I am with you and behind you to gain and keep the victory, says the Lord.

1 John 5:4 For whatever is born of God overcomes the world. And this is the victory that has overcome the world—our faith.

Kollomenos

Dalam 1 Korintus 6:17 Alkitab menunjukkan bahwa orang yang mengikat­kan dirinya dengan Tuhan, menjadi satu Roh dengan Dia. Mengikatkan diri dalam teks aslinya adalah “kollomenos” (κολλώμενος), yang dapat diterjemahkan “join” (menggabungkan). Kata ini dalam Alkitab Terjemahan Lama diterjemahkan “melekat”. Lengkapnya nas itu dalam bahasa Inggris tertulis “but he that is joined unto The Lord is one spirit”. Nas ini ditulis berkenaan dengan peringatan terhadap dosa persundalan. Orang yang melakukan dosa percabulan dengan perempuan sundal akan menjadi satu daging. Kenajisan itu melekat dalam dagingnya. Hal ini menjadi analogi dengan persekutuan bersama Tuhan. Orang yang melekat dengan Tuhan akan menjadi satu dengan Tuhan. Kelekatannya menjadi ikatan yang bersifat permanen. Jadi persekutuan dengan Tuhan, bukanlah persekutuan “putus nyambung”. Kadang-kadang putus, kadang-kadang nyambung. Tuhan menghendaki sebuah persekutuan terus menerus. Jadi, kalau seseorang serius hendak bersekutu dengan Tuhan, ia harus menerima dan melakukan kehendak Tuhan.

Penggabungan ini bukan sesuatu yang sederhana tetapi sesuatu yang sangat luar biasa. Para sufi “Kejawen” (filosofi orang Jawa), mereka merindukan satu level kehidupan yang diistilahkan sebagai “manunggaling kawulo Gusti,” yang artinya menyatunya antara Tuhan dan umat. Bagi orang-orang Budha mereka merindukan satu level di mana kepribadian mereka dapat mencapai tahap Budha; dalam keheningan, kedamaian, keteduhan dan kesempurnaan. Pada level ini keduniawian tidak bisa lagi menguasai hidupnya. Orang-orang yang sudah mencapai taraf ini biasanya hidupnya sungguh-sungguh mengagumkan bagi lingkungannya. Untuk mencapai taraf tersebut mereka harus mengorbankan apa saja. Tetapi faktanya, ada saja orang-orang yang berani mempertaruhkan hidup mereka demi mencapai level itu. Sejatinya kekristenan menuntut orang percaya dapat mencapai level mirip dengan level itu (tentu harus lebih tingi). Level di mana orang percaya bisa menjadi satu dengan Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Inilah isi doa Tuhan Yesus; “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yoh. 17:21). Setiap orang Kristen harus berjuang untuk mencapai level tersebut, walaupun rasanya mustahil untuk mencapai level puncak, di mana seseorang menemukan Tuhan sebagai “Firdausnya” atau tempat perhentian satu-satunya

Penyelarasan diri dengan Tuhan, membutuhkan persekutuan yang bersifat intim dan permanen.